Mata Kuliah : Pengolahan dan Pengawetan Kode MK : TP 034014 Semester/SKS : 5 / 3 Prodi : Ilmu Gizi Fakultas : ilmu Kesehatan - UNISA KETENGIKAN LEMAK, MINYAK DAN MAKANAN BERLEMAK Beberapa tipe ketengikan yg terjadi pada lemak, minyak dan makanan berlemak tidak selalu berhubungan dengan reaksi oksidasi. Tipe Ketengikan 1. Tengik lipolytic, terutama akibat enzim lipase (triacylglycerol-acyl hydrolases EC 3.1.1.3) yang mengkatalisis pemutusan triacylglycerol (trigliserid) menjadi asam lemak bebas dan sebagian ester-ester gliserol monoacylglyserol (monogliserid), diacylglycerol (digliserid) dan glycerol. Padasebagian besar lemak dan minyak, keberadaan asam lemak bebas tidak jelas dapat dipersepsikan oleh manusia, sehingga tidak digambarkan sebagai suatu kerusakan flavor.
Kecualipada lemak susu yg mengandung ester-
ester dari asam butirat. Asam butirat bebas yg dihasilkan melalui hidrolisis, memberikan sejenis off-flavor yg tidak disukai menyerupai mentega tengik. Dalam minyak yg diperoleh dari biji palm (Palmaceae) seperti minyak kelapa atau kelapa sawit, asam-asam caproic, caprylic dan capric, dilepaskan melalui lipolysis, dimana menghasilkan aroma sabun. Seperti kerusakan yang sering terjadi pada produk makanan yg mengandung kelapa yg disimpan. Flavor sabun bukan hanya karena sabun yg dihasilkan dari minyak kelapa, tapi juga karena semua turunannya (asam lemak bebas, methyl atau ester ethyl) yg memiliki suatu rantai hidrokarbon dari atom karbon 6-10. Tengiklipotytic tidak dapat dihambat dengan antioksidan. Sebaliknya tengik oksidatif (merupakan tipe ketengikan paling penting), dapat dihambat oleh senyawa antioksidan. 2. Reversi flavor
Adalah tipe ketengikan untuk minyak
kedelai. Ia berhubungan dengan penyerapan oksigen oleh minyak.
Reaksi ini muncul selama penyimpanan
minyak kedelai murni, dan menimbulkan off-flavor beany pada produknya. Hal ini sebagai hasil dari oksidasi spesifik produk, kemungkinan dihasilkan dari asam lemak yang tersubstitusi oksigen, yang terdapat dalam minyak kedelai. 3. Tengik ketonik Dengan suatu karakteristik off-flavor floral, terkadang ditemukan selama penyimpanan makanan yg mengandung asam lemak randai pendek atau sedang (4-10 atom karbon), misalnya makanan yg mengandung lemak susu atau minyak kelapa. Itu disebabkan degradasi mikrobial dari asam lemak rantai sedang menjadi alkan-2-ones atau methyl ketone. 4. Tengik Oksidatif Persepsi sensori dari tengik adalah karena keberadaan senyawa volatil yg memiliki 3-12 atom karbon; beberapa kelas dari senyawa- senyawa tsb. aktif dalam menghasilkan ketengikan seperti aldehid, keton, alkohol dan beberapa hidrokarbon. Pada umumnya, turunan tidak jenuh lebih aktif secara sensori dibanding turunan jenuh. Tengik oksidatif (biasa disebut autooksidasi) adalah suatu reaksi rantai radikal bebas yg terdiri dari 3 mekanisme yakni inisiasi, propagasi dan terminasi. Selama autooksidasi, semua asam lemak tak jenuh yg terikat dalam lemak secara lambat teroksidasi. Asam lemak tak jenuh ganda adalah senyawa yg paling tidak stabil, sehingga mudah diserang oleh oksigen udara. Pada suhu yg lebih tinggi, asam lemak jenuh juga dioksidasi. Sensitifitas senyawa lainnya yg mengandung suatu rantai hidrokarbon (misal; karotenoid, sterol dan terpen pada minyak essensial) sering dicurigai kontribusinya terhadap ketengikan total. Tabel 1. Tipe Ketengikan dalam Lemak, Minyak dan Asam Lemak Types of Main Substance Types of Materials Rancidity Producing Chemical Subject to the Rancidity Reaction Type of Rancidity Lipolytic Low fatty acid, Enzymic hydrolysis Milk fat, palm- medium-chain fatty seed oils acids
reversion cleavage and and rearrangement rearrangement products Ketonic 2-Alkanones (methyl Β-oxidation and Milk fat, palm- ketones) enzymic seed oils decarboxylation MEKANISME KETENGIKAN LEMAK- TENGIK OKSIDATIF 1. Reaksi Inisiasi Selama oksidasi asam lemak esensial polyenoic, gugus metil berdampingan dengan ikatan rangkap; –CH=CH-CH₂-CH=CH- yang terdapat dalam asam linoleat dan asam linolenat, adalah posisi utama diserang oksigen. Ia dengan mudah dirubah menjadi radikal bebas; R-HR*+H* Dalam asam lemak monoenoic, radikal bebas dibentuk melalui pemutusan atom hidrogen pada salah satu sisi dari ikatan rangkap; -CH₂-CH=CH-CH₂- -C*H-CH=CH-CH₂- atau –CH₂-CH=CH-C*H- tapi energi aktivasi dari reaksi ini lebih tinggi.
Paling sering, radikal bebas dibentuk melalui
pemutusan molekul hidroperoksida (Eq. 5). Hidroperoksida biasanya terdapat dalam jumlah kecil di dalam bahan berlemak, dimana mereka dihasilkan melalui singlet oksigen atau oksidasi yang dikatalisis oleh enzim. 2. Reaksi Propagasi Radikal asam lemak tak jenuh mudah menyerap satu molekul oksigen, membentuk radikal peroksi (Eq.2).
Radikal peroksi sangat reaktif, mengikat satu
atom hidrogen dari molekul lainnya dari suatu asam lemak tak jenuh ganda, membentuk suatu hidroperoksida dan suatu radikal bebas alkil (Eq.3). Molekul hidroperoksida mudah terputus membentuk suatu peroksi bebas atau radikal alkoksi (Eq.4).
Tahapan reaksi ini dapat terulang beberapa
kali. Selama reaksi ini, sistem ikatan rangkap dari asam lemak tak jenuh ganda bisanya terisomerisasi menjadi suatu sistem dienoic konjugasi yang lebih stabil (Eq.5). 3. Reaksi Terminasi Rangkaian dari reaksi propagasi diinterupsioleh rekombinasi 2 radikal bebas (Eq.6); tahap terakhir dari autooksidasi ini disebut reaksi terminasi. • Dekomposisi hidroperoksida dalam autooksidasi lemak dikatalisis oleh ion-ion logam (Eq.7). Dua radikal bebas dihasilkan dari masing-masing hidroperoksida, dimana menginisiasi rangkaian reaksi selanjutnya (Eq.8). Sehingga sejumlah kecil Cu dan Fe, Mn dan Co mampu memicu oksidasi. • Berbagai tipe enzim, terutama lipoksigenase (linoleate oxidoreductases, EC. 1.13.11.12), mengkatalisis oksidasi linoleat, linolenat dan secara struktur berhubungan dengan asam lemak essensial.
Hasilnya berbeda dari yang dibentuk melalui
autooksidasi, oleh stereoselektivitas dan selektivitas posisi. Lipoksigenase terutama disertai dengan liase, dimana memutus hidroperoksida menjadi senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah yang berbeda. Hidroperoksida dimana merupakan hasil reaksi utama, dapat terdekomposisi, terjadi pada suhu ruang, membentuk radikal-radikal bebas (Eq.4), dimana menginisiasi reaksi oksidasi lebih lanjut. Sehingga penting ituk menambahkan senyawa yang akan menstabilkan hidroperoksida dalam bahan pangan. Hidroperoksida dari asam lemak tak jenuh ganda tidak memiliki bau atau flavor, tapi mereka biasanya dengan mudah diputus pada ikatan rangkap yang berhubungan dengan gugus hidroperoksi, menghasilkan pembentukan berbagai senyawa volatil dengan berat molekul rendah (3-12 atom karbon) aldehid, hidrokarbon, alkohol dan keton. Hanya produk hasil reaksi kedua itu yang menimbulkan off-flavor tengik pada lemak atau minyak yang teroksidasi. Mereka dengan mudah teroksidasi pada gilirannya,sehingga menghasilkan asam lemak berberat molekul rendah dan produk hasil reaksi tersier lainnya. Polimer lemak, terutama dimer dihasilkan sebagai produk hasil pemutusan (Eq.9), tapi mereka bukan yang utama mempengaruhi nilai sensori. Diperoksida juga dibentuk melalui oksidasi kedua hidroperoksida, terutama tahap reaksi lanjutan dari lemak tak jenuh ganda pada akses oksigen yang memadai. Lemak, minyak dan senyawa-senyawa yang berhubungan, dimana menjadi tengik terhadap oksidasi, pada umumnya teroksidasi oleh oksigen udara. Oksigen berpenetrasi ke dalam makanan dan terlarut di dalam fase air dan lemak. Jika reaksi dikatalisis oleh enzim, oksidan (senyawa pengoksidasi) masih oksigen udara. Oksidan lainnya ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Oxidant in Food Product
Oxidant Importance Occurrence
Air (triplet) oxygen Most important in processed and General
(autooxidation) stored foods Enzimatically Stored raw materials Oilseeds, nuts, catalized oxidation cereals, legumes Singlet oxygen In light and in the presence of Edible oils, green photosensitizer foods Ozone Very low in foods Essential oils Quinones In foods subject to enzymic Fruits, vegetables, browning potatoes Metals Initiation of free radicals Meat, fruits oxidation Superoxide anion Mainly in vivo system Meat Hydrogen peroxide In presence of ascorbic acid Fruits, vegetables Lipid In presence of polyunsaturated Fruits, vegetables, hidroperoxides acids and carotenoids fatty foods Dengan keberadaan fotosensitizer (seperti klorofil) dan cahaya, triplet oksigen diubah menjadi singlet oksigen, dimana 100-300x lebih reaktif. Suatu singlet oksigen yang ditambahkan pada suatu ikatan rangkap dari lemak tak jenuh dan produk-produk antara yang tidak stabil, secara cepat terisomerisasi menjadi suatu hidroperoksida. Hidroperoksida mudah diputus, menghasilkan pembentukan radikal-radikal bebas, yang dengan cepat mengoksidasi asam lemak tak jenuh. DEFINISI DAN JENIS ANTIOKSIDAN
Antioksidan adalah semua senyawa yang dapat
menjaga bahan (tidak hanya makanan) menahan autooksidasi. Potensi penangkapan radikal bebas adalah metode penting untuk menentukan aktivitas antioksidan. Antioksidan dapat juga menghambat dekomposisi hidroperoksida lemak, dimana jika tidak akan membentuk radikal bebas. Jenis antioksidan yang paling penting dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Types of Oxidation Inhibitors (Antioxidants)
Group of Mechanism of Action Example of
Compounds Inhibitor Antioxidants Reaction with free Propyl gallate, radicals tochopherols Hydroperoxide Reaction with Cysteine, deactivators hydroperoxides selenometathione Synergist Regeneration of an Ascorbyl antioxidant palmitate Singlet oxygen Transformation of singlet Carotenes quenchers oxygen into triplet oxygen Chelating agent Binding heavy metals into Polyphosphates, inactive complexes citric acid MEKANISME KERJA ANTIOKSIDAN
Antioksidan bereaksi dengan radikal peroksi yang
dihasilkan dalam lemak yang teroksidasi (Eq.1), membentuk suatu molekul hidroperoksida dan suatu radikal bebas dari antioksidan. Radikal bebas antioksidan relatif stabil sehingga reaksi balik sangat lambat. Mereka tidak menginisiasi reaksi berantai autooksidasi, kecuali keberadaannya yang berlebihan. Mereka bereaksi dengan cara yang sama dengan suatu radikal bebas alkoksi yang dibentuk selama dekomposisi hidroperoksida (Eq.2). Radikal bebas antioksidan dapat bereaksi dengan hidroperoksida lemak lainnya dengan pembentukan kuinon. Antioksidan membentuk ikatan fisika dengan hidroperoksida lemak, menghambat dekomposisinya menjadi radikal-radikal bebas. Beberapa reaksi kedua dari radikal bebas antioksidan; radikla bebas antioksidan bereaksi dengan suatu peroksi atau alkoksi membentuk suatu copolymer (Eq.3 dan 4) atau dengan radikal antioksidan lainnya (Eq.5). Melalui kerja beberapa antioksidan yang sinergis, misal asam askorbat, antioksidan asli dapat dihasilkan. Melalui reaksi dengan suatu molekul oksigen, radikal bebas antioksidan diubah menjadi suatu radikal peroksi antioksidan (Eq.6), terutama jika antioksidan dan oksigen terdapat berlebih. Radikal bebas antioksidan juga dapat bereaksi dengan beberapa senaywa yang labil seperti terpene, dimana membentuk radikal bebas dengan mudah. (Eq.7). Perubahan antioksidan terjadi di bawah kondisi pengolahan pangan dan penyimpanan. Mekanisme kerja antioksidan fenolik alamai pada dasarnya sama dengan antioksidan fenolik sintetik. Perbedaanya hanya bahwa mereka bisanya terdapat dalam campuran dengan senyawa yang berhubungan dari berbagai aktifitas dan dengan sinergis, seperti posfolipid, asam amino atau terpen. A-H + R-O-O* A* + R-O-OH (1) A-H + R-O* A* + R-OH (2) A* + R-O-O* A-O-OR (3) A* + R-O* A-OR (4) A* + A* A-A (5) A* + O₂ A-O-O* (6) A* + R-H A-H + R* (7) 1. Antioksidan Alami Tabel 4. Antioxidant from Oilseeds Oil Seed Systematic name Type of Substance
All seeds - Tocopherol
Palm fruit Elaeis guineensis Tocopherol
Olive fruit Olea europea Oleoeuropein aglycone
Sesame seed Sesamum indicum Sesamol
Cottonseed Gossypium hirsutum Gossypol
Rapeseed Brassica napus Sinapic acid
Flaxseed Linum usitatissiumum Lignins
Rice bran Oryza sativa Oryzanol
ANTIOKSIDAN DALAM BUAH DAN SAYURAN Species Systematic Name Types of Substance Citrus Citrus sp. Flavonoids, carotenoids Plums Prumus sp. Phenolics Persimmon, kaki Diospyros kaki Procyanins, cathecins Red wine Vitis vinifera Anthocyanins Pineapple Ananas comosus Flavanols Onion Allium cepa Sulfur compounds Garlic Allium sativum ssp. vulgare Sulfides, disulfides Green pepper Capsicum annuum Flavonoids Carrots Daucus carota Carotenoids, flavonoids Betel Areca catechu Oleoresins, eugenol, Hydroxychavicol Legume Leguminosae Flavonoids Green olives Olea europaea Anthocyanin Mustard Sinapis alba Phenolics, isothiocyanates Oak (wood) Quercus ilex Phenolic acids, lignins APLIKASI ANTIOKSIDAN DALAM MAKANAN Lemak hewan hanya mengandung sedikit antioksidan alami sehingga stabilitasnya menahan oksidasi sangat rendah. Antioksidan alami dan sintetik sangat aktif dalam menstabilkan lemak hewan. Antioksidan larut lemak menunjukkan hasil yang baik, namun antioksidan polar (larut air) pun dapat juga digunakan. Jika lemak yang distabilkan dengan antioksidan polar, digunakan untuk persiapan makanan misal pemasakan atau pemanggangan, maka aktifitas antioksidan sebagian hilang melalui ekstraksi antioksidan ke dalam fase air. Antioksidan nonpolar tidak kehilangan aktifitasnya karena mereka tetap dalam fase lemak, itu artinya bahwa mereka memiliki efek pembawaan yang baik. Minyak sayur lebih sulit distabilkan karena kandungan asam lemak tak jenuh gandanya yang tinggi. Keuntungan mereka adalah keberadaan antioksidan alami, dlama minyak yang dapat dimakan, terutama tocopherol. Penambahan antioksidan fenolik biasanya menunjukkan efisiensi yang terbatas, tapi penambahan sinergisnya sangat membantu. Ascorbyl palmitate, phospolipids atau organic polyvalent acids digunakan sebagai inhibitor dalam minyak sayur. Minyak tak jenuh ganda pada umumnya diperlakukan dengan phosporic, citric atau polyvalent acid lainnya selama pengolahan (ditambahkan pada saat deodorization) sehingga beberapa residu sinergis sering terdapat dalam minyak mentah. Minyak mengandung level antioksidan alami yang lebih tinggi, misalnya olive oil (minyak zaitun), sesame oil, rice oil dll, cukup stabil pada penyimpanan tanpa penstabil tambahan. Penambahan lebih jauh dari tocopherol pada minyak tak jenuh ganda adalah tidak effisien, karena kandungan alaminya dalam minyak sangat mendekati optimum. Tocopherol acetat kadang ditambahkan untuk meningkatkan aktifitas vitamin, bukan untuk memperpanjang umur simpan. Minyak goreng memiliki kasus yang spesial karena mereka terekspos oksigen udara pada suhu tinggi (130-200 C) selama penggorengan. Banyak antioksidan fenolik yang kehilangan aktifitas antioksidannya, diamati pada suhu penyimpanan, dibawah kondisi menggoreng sampai batas tertentu. Biasanya sntioksidan sintetik terdestilasi dengan uap air yang dilepaskan dari makanan selama menggoreng. Sehingga lebih baik menggunahan inhibitor non volatil. Karoten dan senyawa hidrokarbon lainnya ditemukan sangat efisien dalam minyak goreng, karena mereka membentuk lapisan tipis pada permukaan antara minyak dan air, melindungi terhadap resiko akses oksigen udara. Minyak goreng secara efisien distabilkan oleh penambahan sejumlah kecil minyak silikon terutama siloxanes, dimana membentuk suatu lapisan tipis melindungi terhadap resiko akses oksigen udara. Minyak goreng dengan kandungan asam lemak tak jenuh ganda rendah seperti linoleat yang rendah, minyak biji bunga matahari tinggi oleat, minyak kacang tanah tinggi oleat atau palmolein, biasanya cukup stabil di bawah kondisi penggorengan sehingga mereka tidak membutuhkan penstabil tambahan. Tabel 7. Antioxidants Used in Edible Fats and Oils
Antioxidant Abbreviation Applications
Propyl gallate PG Fats and oils Dodecyl gallate DG Fats, emulsion tert-Butylhydroxytoluene BHT Fats and oil, foods tert-Butylhydroxyanisole BHA Fats and oil, foods Di-tert-butylhydroquinone DBHQ Vegetable and fish oils, frying oils Ascorbyl palmitate AP Vegetable oils, sinergist Tocopherol To General use in fats, oils Citric acid, esters CA Sinergist, edible oils Thiodipropionic acid Sinergist Lechitin Sinergist Carotenes Sinergist Silicons oils Frying oils 1. Aplikasi Antioksidan dalam Emulsi Lemak Aktifiatas antioksidan dalam emulsi sangat berbeda dari yang diukur dalam lemak atau minyak curah. Antioksidan larut air, misal propyl gallate atau flavonoids, yang diektrak ke dalam fase air dan hanya sedikit yang tersisa dalam fase lemak; mereka kemudian kehilangan aktifitasnya. Antioksidan sintetik non polar tersisa dalam fase lemak dan hanya sedikit tersisa dalam fase air, tapi kadang-kadang, mereka membentuk misel kurang efisien. Antara antioksidan polar dan non polar terakumulasi pada lapisan intermediet antara 2 fase. Akibat perubahan tersebut antioksidan polar lebih aktif dalam medium non polar, sedangkan antioksidan non polar lebih aktif dalam medium polar.