Anda di halaman 1dari 85

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDM LHK

PERPETAAN

DIKLAT PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SMK KEHUTANAN


2015
1. Pengertian

 Perpetaan (Kartografi) adalah suatu ilmu,


keterampilan dan seni dalam merencanakan dan
membuat peta, sehingga menjadikan peta sebagai
suatu dokumen yang selain bersifat ilmiah juga
indah sebagai suatu karya seni.
 Peta adalah gambaran dari permukaan bumi pada
suatu bidang datar yang dibuat secara kartografis
menurut proyeksi dan skala tertentu dengan
menyajikan unsur-unsur alam dan buatan serta
informasi lain yang diinginkan.
2. Skala Peta
 Skala Peta perbandingan dari suatu jarak di
peta dengan jarak yang sama sebenarnya di
lapangan, dinyatakan dengan angka ataupun
garis, skala angka disebut skala numeris.
 Contoh; 1 : 25.000

 Skala garis
 Contoh ;
RUANG LINGKUP DAN
TUJUAN PERPETAAN;

 Mengumpulkan dan menganalisa data


berbagai unsur permukaan bumi dari
hasil pengukuran di lapangan, hasil
potret udara atau citra secara grafis
dengan perbandingan (skala) tertentu,
sehingga dapat dilihat, dipelajari dan
dimengerti atau dipahami.
3. KARAKTERISTIK DAN FUNGSI PETA

Karakteristik Peta

Sebuah peta yang menyajikan informasi permukaan bumi, secara


umum mempunyai Karekteristik sebagai berikut:

 Gambar disajikan pada bidang datar dalam bentuk 2 dimensi;

 Merupakan bentuk reduksi dari keadaan sebenarnya;

 Telah mengalami proses generalisasi sehingga tidak semua informasi


dapat tersaji;

 Memberi bentuk penegasan dari unsur-unsur di permukaan bumi


(misalnya kontur).
Fungsi peta

Selain mempunyai karakteristik, sebuah peta mempunyai


fungsi, yaitu:

 Memperlihatkan posisi relatif dari suatu titik/tempat;

 Memperlihatkan ukuran dalam pengertian arah, jarak, luas;

 Memperlihatkan berbagai bentuk dan unsur di permukaan


bumi

 Menghimpun dan memilah data dan informasi dari


permukaan bumi.
4. KLASIFIKASI/JENIS PETA

BERDASARKAN ISI

1. PETA DASAR atau PETA UMUM


Peta dasar adalah peta yang bersifat umum. Peta
Rupa Bumi Indonesia (Peta RBI) adalah peta dasar
nasional yang dibuat oleh BIG sejak tahun 1992.
Peta RBI menampilkan sebagian unsur-unsur buatan
manusia (kota,jalan, struktur bangunan lain) serta
unsur alam (sungai, danau, gunung,dsb). Peta
Rupabumi juga merupakan Peta Topografi,
1. Peta Tematik
Tema peta menunjukkan isi peta dan menjadi judul
peta. Jadi peta Tematik adalah peta yang hanya
menyajikan subyek tertentu sesuai dengan judul
peta tersebut, misalnya; “ Peta Tata Batas Kawasan
Taman Nasional Kutai”, “Peta Tata Guna Lahan di
Kabupaten Bogor”. Peta tematik dapat dibuat oleh
berbagai instansi pemerintah dan swasta misalnya
Kehutanan, pertanian, perkebunan, geologi,
kelautan dan lain-lain. Peta tematik ada yang
memuat satu tema atau dua tema .
b. PETA BERDASARKAN SKALA
Skala peta menunjukan cakupan wilayah dalam
selembar peta
1) Peta skala besar:
skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar.
2) Peta skala sedang:
skala peta 1 : 10 000 - 1 : 100 000.
3) Peta skala kecil:
skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000.
Skala peta menunjukkan ketelitian dan kelengkapan
informasi yang tersaji dalam peta. Peta tanpa skala
kurang atau bahkan tidak berguna. Peta skala besar
lebih teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta
skala kecil. Skala peta bisa dinyatakan dengan:
persamaan (engineer's scale), perbandingan atau
skala numeris (numerical or fractional scale) atau
skala fraksi dan grafis (graphical scale).
5. Peta sebagai alat komunikasi
kelengkapan dan kebenaran sebuah peta tergantung
dari data dan informasi yang terkumpul dan diolah.
Sekalipun sebuah peta dibuat dan disajikan dengan baik
tetapi jika memuat data dan informasi yang salah maka
akan menyebabkan data dan informasi yang diperoleh
oleh pengguna peta menjadi salah pula.
Dalam pembuatan suatu peta, diperlukan daya cipta
atau imajinasi, seni dan keterampilan dari pembuat
peta agar peta yang dibuat dan disajikan dapat dibaca
dengan mudah atau pesan-pesan yang dimuat dapat
dimengerti oleh pengguna peta, serta mempunyai
tampilan yang menarik.
kesalahan dalam menggunakan peta dapat
disebabkan oleh:
Kesalahan Konsepsi:
Adalah kesalahan yang dibuat oleh pembuat
peta, misalnya penggunaan simbol yang salah
atau detail yang salah.

Kesalahan Persepsi:
Adalah kesalahan yang dibuat oleh pengguna
peta, misalnya salah interpretasi akibat
kurangnya pengatahuan atau pengalaman dalam
mengartikan simbo dan data.
SISTIM KOORDINAT PETA

A. PENGERTIAN

Sistim koordinat pemetaan terdiri dari, koordinat geografi


(lintang/paralel dan bujur/meridian) serta koordinat
bidang datar kartesian (sumbu siku X, Y) yang
menghubungkan posisi antar titik - titik. Koordinat Geografi
adalah koordinat untuk menyatakan posisi suatu
titik/tempat di permukaan bumi, sedangkan koordinat
bidang datar kartesian adalah koordinat untuk menyatakan
posisi titik di bidang proyeksi/peta.
Posisi suatu tempat di permukaan bumi dinyatakan oleh besar
sudut lintang (φ) dari ekuator dan besar sudut bujur (λ) dari
meridian tertentu. Pernyataan ini dikenal dengan sistim
koordinat geografis. Sedangkan posisi suatu tempat pada peta
dinyatakan oleh ukuran absis (x) dan ordinat (y) yang dikenal
dengan sistem koordinat bidang datar dengan dengan pusat
koordinat tertentu dan satuan ukuran metrik (meter).
A. SISTEM KOORDINAT

1. KOORDINAT GEOGRAFIS
Koordinat geografis adalah adalah suatu sistim
koordinat di permukan bumi, dimana posisinya ditentukan
oleh perpotongan garis lengkung meridian dan garis
lengkung paralel.
 Garis Meridian, adalah ellips permukaan bumi yang
melalui kutub-kutub bumi dan pusatnya berimpit
dengan pusat bumi. Meridian yang melalui kota
Greenwich di Inggeris utara merupakan/disebut
meridian nol.
 Garis Paralel, adalah lingkaran permukaan bumi yang
bidang lingkarannya memotong tegak lurus sumbu
putar bumi. Garis paralel yang merupakan lingkaran
terbesar disebut ekuator atau paralel nol.
Garis meridian dan paralel bumi

Gb. 1. Garis Meridian Gb. 2. Garis Paralel


 Koordinat Geografi suatu titik di permukaan bumi ditentukan
oleh perpotongan garis meridian dan paralel yang melalui titik
tersebut, besar/harganya ditentukan dengan Lintang dan
Bujur.
 Lintang (latitude = ),
 Lintang suatu titik adalah panjang busur yang diukur pada
suatu meridian dihitung mulai dari ekuator sampai ke
garis paralel yang melalui titik tersebut. Harga dari
besarannya adalah:
 Ke arah kutub selatan dari ekuator disebut Lintang
Selatan (LS), diberi tanda – (minus) dari 0o – 90o.
 Ke arah kutub utara dari ekuator disebut lintang utara
(LU), diberi tanda + (plus) dari 0o - 90o.
 Bujur (Longitude = )
Bujur suatu titik adalah panjang busur
yang diukur pada suatu garis paralel antara
meridian suatu titik dengan meridian nol.
Harga besarannya ialah;
 Dari0o – 180o ke arah barat dari meridian nol
disebut bujur barat (BB);
 Dari0o – 180o ke arah timur dari meridian nol
disebut bujur timur (BT).
2. Koordinat Bidang Datar

Pada sistim koordinat bidang datar (planimetris), koordinat


suatu titik dinyatakan dengan besaran absis (X) dan ordinat
(Y) dari suatu sistem koordinat siku-siku Cartesius
(Kartesian) dua dimensi (2D) yang berbentuk salib sumbu
X,Y. Sumbu X merupakan garis proyeksi dari salah satu garis
paralel atau garis yang disinggungkan dengan salah satu
garis paralel. Sedangkan sumbu Y merupakan proyeksi dari
salah satu garis meridian atau garis yang disinggungkan
dengan salah satu garis meridian (gambar 2.3).
Koordinat bidang datar
Pada sistim koordinat bidang datar ini, besaran X dan
Y dinyatakan dalam satuan panjang metrik (m).
Sedang dalam penggambarannya di lembar peta, garis
X dan Y akan digambarkan menjadi pasangan garis-
garis saling tegak lurus lurus yang disebut Grid. Letak
dan ukuran Pusat koordinat tergantung dari sistim
proyeksi yang digunakan.
3. Koordinat Polar
Sistem koordinat ini bersifat lokal, yaitu mempunyai nilai
relatif berdasarkan arah dan jarak dari suatu titik ke titik
lainnya yang ditetapkan. Pada aplikasi pengukuran dan
pemetaan tanah datar (plane surveying), untuk
menentukan tempat suatu titik (misalnya titik P) dapat
dilakukan dengan menggunakan suatu titik yang telah
tertentu (misalnya titik A) dan suatu garis acuan yang
telah tentu pula (misalnya garis AB). Caranya ialah
dengan mengukur jarak P dari A dan mengukur sudut yang
terbentuk oleh garis AP dan AB.
Koordinat Polar
Dari gambar di atas, tempat kedudukan titik P ditentukan
dengan cara mengukur sudut BAP sebesar α1 dan jarak AP
sepanjang d1. Demikian pula untuk menentukan tempat titik
Q dilakukan dengan mengukur sudut BAQ sebesarα2 dan
jarak AQ sepanjang d2.
Jika garis acuan adalah garis arah utara, maka tempat
kedudukan titik P ditentukan oleh sudut αst, yaitu sudut
yang dibentuk mulai dari garis arah utara sampai garis ST
dan jarak ST. Dalam ilmu geodesi, pengertian jarak disini
adalah panjang busur geodetis dari S ke T yang terletak pada
bidang lengkung elipsoid bumi.
B. Gratikul dan Grid

Pada setiap peta terdapat garis-garis kerangka yang saling


berpotongan, yaitu garis gratikul dan garis grid.
1. Garis Gratikul
Gratikul adalah garis-garis kerangka peta yang merupakan
proyeksi garis paralel dari lintang dan proyeksi garis meridian
dari bujur. Gratikul mempunyai panjang busur yang berubah
menuju utara dan selatan. Perpotongan dua garis gratikul
merupakan pernyataan posisi lintang dan bujur suatu
titik/tempat di permukaan bumi.
Harga dari setiap garis gratikul diperlihatkan pada setiap
selang tertentu sepanjang tepi peta. Umumnya harga garis
gratikul ditulis penuh di setiap sudut peta dalam satuan
derajat, menit dan detik yang merupakan harga-harga untuk
koordinat geografis.
Kegunaan garis gratikul adalah:
1. Untuk memberikan informasi tentang data
koordinat geografis suatu titik/tempat pada peta;
2. Memudahkan pembuatan sistim penomoran peta.
2. Garis Grid
Grid adalah garis-garis kerangka peta yang tergambar pada
peta saling tegak lurus. Garis Grid terdiri dari dua seri garis
sejajar yang saling tegak lurus. Garis tegaknya sejajar dengan
meridian tengah dari sistim proyeksi peta yang digunakan.
Titik pusat bidang grid adalah perpotongan meridian tengah
dengan ekuator dan pada titik tersebut arah utara sebenarnya
(true North) berimpit dengan arah utara grid (grid north).
Garis tegaknya dihitung positif ke arah utara dan garis
mendatarnya dihitung positif ke arah timur.
Untuk pemetaan yang sistematis harus digunakansistim grid
yang sifatnya universal (seragam dan menyeluruh), misalnya
Universal Transver Mercator (UTM) grid.
Kegunaan garis grid adalah:
1. Untuk membuat segi empat dari muka peta; semua
titik dihitung dan digambar pada suatu sistim
koordinat salib sumbu X,Y, sehingga akan
memudahkan dalam perhitungan sudut dan jarak
2. Untuk menentukan koordinat suatu titik di peta
terhadap suatu sistim koordinat dengan referensi
tertentu.
3. Memudahkan tata letak peta dan urutan lembar peta
yang bersebelahan.
III. PROYEKSI PETA

A. PENGERTIAN

Proyeksi Peta merupakan pemindahan posisi titik dari


bidang lengkung permukaan bumi yang dinyatakan
dalam system koordinat geodetic (lintang (φ) dan bujur
(λ)) ke posisi titik pada bidang datar (bidang peta) yang
dinyatakan dalam system koordinat siku-siku bidang
datar Cartesius (X,Y).
Sistem Proyeksi (peta) adalah teknik-teknik yang digunakan
untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan
permukaan bidang lengkung tiga dimensi yang mendekati
bentuk bola ke permukaan bidang datar dua dimensi dengan
distorsi (penyimpangan) seminimal mungkin. Jadi proyeksi
peta memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka
bumi dengan di peta (gambar 3.1).
Prinsip Proyeksi dari bidang bola ke bidang datar

Gambar 3.1
Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips
3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan istilah
spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk
bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan istilah
geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai
ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang tidak beraturan.
(gambar 3.2.).
Gambar 3.2
Karena bentuk bumi yang tidak beraturan
tersebut, maka sulit melakukan perhitungan-
perhitungan dari hasil pengukuran. Untuk itu perlu
dipilih bidang alternatif yang teratur dan
mendekati bentuk fisik bumi secara umum, bidang
itu disebut bidang ellipsoid (Gambar 3.3), yaitu
bidang ellips 3 dimensi yang merupakan pendekatan
untuk geoid, disebut juga bentuk spheroid.
Gambar 3.3)
Untuk menghindari kerumitan model matematik geoid, maka dipilih
model ellipsoid terbaik pada daerah pemetaan, yaitu yang
penyimpangannya terkecil terhadap geoid. WGS-84 (World Geodetic
System) dan GRS-1980 (Geodetic Reference System) adalah
ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid. Penyimpangan terbesar
antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di atas dan 100 m
di bawah-nya. Bila ukuran sumbu panjang ellipsoid (a = jari-jari
lingkaran ekuator) WGS-84 adalah 6378137 m dengan rasio
kegepengan ke arah kutub-kutub 1/298.257.
Indonesia dengan banyak negara lainnya, menggunakan ukuran
ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan. Selanjutnya
dengan menggunakan Ellipsoid Reference (ER) yang sama (WGS
84), sejak 1996 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan
datum geodesi absolut, yaitu DGN-95

Bidang ellipsoid ini digunakan sebagai bentuk matematis dari


permukaan bumi. Semua unsur prmukaan bumi dipindah ke
bidang ellipsoid. Penggambaran dari bentuk ellipsoid ke bidang
datar dilakukan dengan cara-cara tertentu yang disebut dengan
proyeksi peta.
Cara penggambaran dari bentuk elipsoid ke
bidang datar dapat dilakukan dengan rumus
matematis tertentu, cara ini disebut dengan
proyeksi peta.

Karena permukaan bumi merupakan bidang


lengkung yang tak mungkin didatarkan tanpa
adanya distorsi (penyimpangan), maka
pemetaan suatu daerah di permupaan bumi
pada bidang datar akan mengalami perubahan
dari bentuk aslinya.
Sebenarnya yang paling diinginkan dari hasil
pemetaan suatu daerah di permukaan bumi
adalah suatu peta yang ideal, yaitu memenuhi
persyaratan :
 Luasyang benar
 Bentuk yang benar
 Jarak yang benar
 Arah yang benar

Keempat hal tersebut tidak mungkin dapat


dipenuhi sekaligus di satu peta, bebarapa
bersyaratan untuk memperoleh peta yang ideal
dapat dipenuhi tapi dengan mengorbankan syarat
lainnya.
Ada tiga macam perubahan (distorsi) yang terjadi
pada saat proyeksi dilakukan, yaitu;
 Perubahan jarak
 Perubahan sudut
 Perubahan luas

Cara yang dapat diupayakan untuk meredusir distorsi


menjadi seminimal mungkin adalah;
 dengan membagi daerah yang dipetakan dalam daerah-
daerah yang tidak terlalu luas ( mis. < 50 km x 50 km);
 menggunakan bidang datar atau bidang yang dapat
didatarkan sehingga distorsi terkecil serta tidak
mengalami distorsi lebih lanjut.
B. Macam Proyeksi Peta

1. Menurut bidang proyeksi yang digunakan:

 Proyeksi Kutub (azimuthal); bidang proyeksinya bidang datar

 Proyeksi Kerucut (polyeder); bidang proyeksinya bidang


kerucut

 Proyeksi Silinder (mercator); bidang proyeksinya bidang


silinder
2. Menurut Kedudukan Garis Sumbu Bidang Proyeksi,
 Proyeksi normal, apabila garis Sumbu Bidang
Proyeksinya berimpit dengan sumbu bumi;
 Proyeksi miring (oblique), apabila Garis Sumbu Bidang
Proyeksinya membentuk sudut dengan sumbu bumi;
 Proyeksi Transversal, apabila Garis Sumbu Bidang
Proyeksinya tegak lurus dengan sumbu bumi
3. Menurut keinginan yang dipertahankan,
 .Proyeksi Equivalent, adalah apabila luas di
peta sama dengan luas di permukaan bumi
setelah diperhitungkan dengan skalanya,
 .Proyeksi Equidistance, adalah apabila jarak di
peta sama dengan luas di permukaan bumi
setelah diperhitungkan dengan skalanya,
 .Proyeksi Konform, adalah apabila sudut pada
bidang elipsoide bumi sama dengan sudut yang
sama di peta.
4. Menurut persinggungan/perpotongan dengan bumi

• Tangent; bila bidang proyeksi menyinggung bola bumi


• Secant; bila bidang proyeksi memotong bola bumi
C. Jenis Sistem Proyeksi Peta
1. Polyeder (Kerucut normal konform)

Proyeksi ini mempunyai ciri/sifat;


1. Sumbu bidang proyeksi (sumbu
kerucut) berimpit dengan sumbu
bumi
2. Perbesaran ke arah meridian dan
paralel sama
3. Digunakan untuk setiap wilayah
permukaan bumi seluas ukuran 20’ x
20’ (kira-kira 37 km x 37 km).
2. Proyeksi Mercator (Silinder Normal Konform)

Proyeksi ini mempunyai ciri/sifat;


▫ Equator diproyeksikan equidistance, artinya panjang equator di
bidang referenci (bola bumi) sama panjangnya dengan di bidang
proyeksi.
▫ Proyeksinya adalah konform, artinya perbesaran ke arah meridian
sama dengan ke arah parallel.
▫ Kutub-kutub tidak dapat diproyeksikan
3. Proyeksi Transverse Mercator

Proyeksi TM adalah proyeksi silinder transversal yang bersifat


konform. Pada proyeksi ini bidang silinder menyinggung sebuah
meridian pada bola bumi (tangent), meridian ini disebut meridian
tengah. Jadi pada meridian tengah ini tidak terjadi penyimpangan
(distorsi).
4. Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)
Proyeksi UTM adalah proyeksi silinder transversal yang bersifat konform.
Namun pada proyeksi ini bidang silinder memotong bola bumi (secant)
pada dua meridian (gambar 3.10).

Gambar 3.10 Pemotongan bola bumi pada Proyeksi Universal


Transverse Mercator (UTM)
IRISAN ZONA PRYEKSI UTM
Gambar 3.12. Zone-zone proyeksi UTM
Grid Zone UTM
Setiap negara memilih proyeksi yang paling sesuai
dengan posisi wilayahnya di permukaan bumi serta
keterkaitannya secara global. Proyeksi yang umum
digunakan adalah Proyeksi kerucut normal konform
(Polyeder), Proyeksi silinder normal konform
(Mercator), Proyeksi silinder transverse konform
(Transverse Mercator/TM dan Universal
Transverse Mercator/UTM). Terbanyak digunakan
termasuk Indonesia adalah Proyeksi Universal
Transverse Mercator (UTM), yaitu Proyeksi
silinder transversal yang bersifat konform.
4. SISTIM PETA DASAR NASIONAL

A. Dasar pemilihan proyeksi Peta


Pemilihan Proyeksi menyangkut ketentuan-
ketentuan yang berkaitan dengan ketelitian
pemetaan, karena itu pemilihan ini menjadi
sangat terbatas. Hal ini disebabkan oleh
penetapan sistem referensi yang seterusnya
membatasi terhadap bagaimana caranya bentuk
elipsoid bumi di transformasikan pada suatu
bidang datar atau bidang yang dapat didatarkan.
Karena bidang bola tidak dapat didatarkan, maka
proyeksinya pada bidang datar akan selalu
mengalami distorsi (penyimpangan). Meliputi
penyimpangan jarak dan kesalahan sudut.
Pengalaman menunjukkan bahwa kesalahan sudut
lebih serius dari kesalahan jarak, ini terutama
terrasa pada peta-peta untuk kepentingan
navigasi dan militer. Sehingga kini telah
disepakati bahwa untuk semua peta yang teliti
kesalahan sudut harus ditiadakan. Ini hanya dapat
dipenuhi oleh proyeksi konform
B. SISTEM PROYEKSI PETA NASIONAL
Sistem proyeksi yang secara resmi dipakai di Indonesia adalah sistem
Proyeksi Universal Tranvers Mercator (UTM). Proyeksi UTM ini merupakan
pengembangan dari proyeksi Mercator. Indonesia memilih sistem proyeksi
Universal Transverse Mercator (UTM) dengan alasan:

1. Indonesia sangat luas membentang dari barat ke timur mulai meridian 94°
T sampai meridian 141° T, sehingga memerlukan sistim proyeksi tunggal
yang berkesinambungan.

2. Indonesia terbagi dua oleh ekuator mulai dari paralel (lintang) 11° S
sampai dengan lintang 6° U. Sehingga proyeksi kerucut tidak bisa
diterapkan sinambung untuk seluruh wilayah.

3. UTM digunakan secara global (sebagian besar negara di dunia).


C. PEMBAGIAN SKALA PETA DASAR NASIONAL

 Dalam sistim UTM, kepulauan Indonesia dari barat


ke timur mencakup 9 zone, dimulai dari zone 46
(bujur 90° T) sampai dengan zone 54 (bujur 144° T).
Batas Aceh paling barat 94° T dan papua paling
timur adalah 141° T.
 Dari utara ke selatan zone-zone tersebut terbagi
atas blok zone huruf N, M dan L blok dari zone UTM
dinyatakan dengan angka dan huruf, misalnya blok
zone 48 M adalah antara bujur 102° T sampai
dengan 108° T dan antara lintang 0° S sampai
dengan 8°S, berukuran 6°x 8°, dengan meridian
tengah 105° T.
Zone UTM Indonesia
INDEKS PETA DASAR
Skala Peta Ukuran Lintang (L) Ukuran Bujur (B)
 1 : 1.000.000 -- 4° x 6°
 1 : 500.000 ---2° x 3°
 1 : 250.000 ---1° x 1° 30’
 1 : 100.000 ---30‘ x 30’
 1 : 50.000 ---15’ x 15’
 1 : 25.000 ---7’ 30” x 7’ 30”
 1 : 10.000 ---2’ 30” x 2’ 30”
Sistematika ukuran peta mulai dari skala 1:1.000.000 sampai
skala 1:10.000 (Sumber: BAKOSURTANAL, 1998 dengan
modifikasi)
D. SISTEM PENOMORAN LEMBAR PETA DASAR
Dengan mengikuti sistem pembagian lembar peta
tersebut di atas, maka pemberian nomor lembar peta
dilakukan dengan sistem sel. Seluruh wilayah Indonesia
dari bujur 91° T sampai dengan 141° T dibagi dengan
interval 1°30’ dan dari 15°S sampai dengan 10°U
dibagi dengan interval 1° , sel ini menjadi ukuran untuk
peta skala 1 : 250.000.
Jadi menurut ukuran lembar peta yang berskala 1 :
250.00 tersebut, setiap lembar peta yang berskala 1 :
250.000 dari barat ke timur diberi nomor mulai dari 01,
02, 03 ... sampai nomor 34. Dan dari selatan ke utara
mulai nomor 01, 02, 03 .... sampai nomor 25
INDEKS LEMBAR PETA DASAR 1 : 250.000
Maka setiap lembar peta skala 1 : 250.000 akan
diidentifikasi dengan 4 digit, misalnya lembar peta
1308 adalah lembar peta nomor 13 dari barat ke
timur dan nomor 8 dari selatan ke utara
Untuk peta-peta dengan skala 1 : 100.000, misalnya
yang berada dalam lembar 1308 diidentifikasi
dengan menambah 1 digit lagi sesuai dengan sistim
penomoran dari bawah kiri ke kanan, misalnya peta
nomor lembar 1308-2
Untuk peta-peta dengan skala 1 : 50.000, misalnya yang
berada dalam lembar 1308-2 diidentifikasi dengan
menambah 1 digit lagi sesuai dengan sistim penomoran
dari bawah kiri ke kanan, misalnya peta nomor lembar
1308-21 sampai dengan 1308-24.
Untuk peta-peta skala 1 : 25.000, misalnya yang berada
dalam lembar 1308-22 diidentifikasi dengan menambah 1
digit lagi sesuai dengan sistim penomoran dari bawah kiri
ke kanan, misalnya peta nomor lembar 1308-221 dst. Dan
untuk peta skala 1 : 10.000 ditambah lagi satu digit
contohnya lembar 1308-2218.
Sistem Penomoran Lembar Peta Dasar

Penomoran Lembar Peta Rupabumi Indonesia (RBI)


(sumber: BAKOSURTANAL, 1998 dengan modifikasi)
V. SIMBOL UNSUR- UNSUR TOPOGRAFI
A. Penulisan dan penempatan nama unsur
Penulisan nama unsur topografi brtujuan untuk
memberi penjelasan tentang unsur topografi yang
disajikan pada muka/isi peta, karena itu penulisan
dan penempatan nama harus baik dan teratur agar
tidak menimbulkan kesalahan persepsi, indah dan
tidak mengganggu penampakan unsur topografi
yang disajikan. Beberapa ketentuan umum dalam
penulisan dan penempatan nama unsur topografi
adalah sebagai berikut:
1. Nama-nama kampung, desa dan kota ditulis pada
arah barat-timur
2. Penempatan nama harus bebas kesalahan penafsiran
antara unsur-unsur yang berdekatan.
3. Nama-nama unsur sungai, pantai, pegunungan dan
unsur-unsur lain yang berbentuk memanjang harus
ditempatkan di atas unsur yang bersangkutan dengan
arah penulisan mengikuti bentuk unsur tersebut. Unsur
sungai yang digambar dua garis menurut lebarnya
ditempatkan diantara dua garis. Bila unsur topografi
terlalu panjang, penulisan nama diulang pada jarak
tertentu.
4. Jarak antara huruf-huruf terutama yang
direnggangkan harus nampak merata.
5. Nama suatu wilayah ditempatkan memanjang dan
menempati ½ sampai 2/3 bagian serta dapat menunjukan
karakteristik bentuk wilayah.
6. Penyebaran nama-nama unsur harus diupayakan
merata, bila tidak memungkinkan upayakan agar tidak
terjadi pengelompokan nama yang terlalu padat di suatu
bagian peta.
7. Angka ketinggian pada garis kontur ditempatkan
dengan cara memotong garis kontur selebar angka yang
akan dituliskan. Penulisan angka dari barat ke timur atau
mengikuti garis.
8. Pemilihan jenis dan ukuran huruf dan angka harus
memperhatikan ketentuan yang ada, keseimbangan dan
keharmonisan. Pada umumnya huruf tegak digunakan
selain untuk judul juga untuk penulisan nama unsur-unsur
topografi buatan seperti nama kota, daerah pemukiman
dan lainnya, sedangkan huruf miring untuk nama unsur-
unsur topografi alami seperti sungai, pengunungan dan
lain-lain.
B. Penyajian relief permukaan bumi
Penyajian relief, yaitu gambaran bentuk permukaan bumi
sangat penting pada peta-peta untuk keperluan
pekerjaan teknis seperti peta rencana jalan dan saluran
air, peta rencana jalur pipa air minum. Di bidang
kehutanan gambaran bentuk permukaan bumi diperlukan
dalam rencana pengelolaan daerah aliran sungai ( DAS),
pembukaan wilayah hutan sampai pemanenan kayu.
Relief permukaan bumi dapat digambarkan pada suatu
peta dengan berbagai bentuk simbol dan warna seperti
garis kontur, dan perubahan warna yang mengartikan
perubahan ketinggian tempat.
Kontur adalah garis-garis pada peta yang mewakili garis
khayal di permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik
dengan ketinggian sama dari bidang acuan tertentu
Penggambaran garis-garis kontur yang rapat untuk
permukaan bumi yang curam dan jarang untuk permukaan
bumi yang landai adalah informasi relatif kontur peta,
karena interval kontur satu dengan yang lainnya sama.
Interval kontur adalah selisih nilai ketinggian atau beda
tinggi dari dua kontur yang saling berdekatan dalam satuan
metrik (meter). secara umum terdapat hubungan empiris
antara peta topografi dengan interval kontur yang
digambarkan, yaitu :
Interval kontur = 1/2000 X skala peta
C. SIMBOL
Perlu mendapat perhatian adalah simbol-simbol pada
peta yang bersifat umum dan digunakan secara nasional
sebagai Peta Dasar Nasional, yaitu Peta Rupa Bumi
Indonesia (Peta RBI). Sehingga simbol-simbol untuk
berbagai informasi pada peta dasar tersebut harusnya
menjadi acuan pembuatan simbol informasi yang sama
pada peta-peta tematik yang dibuat oleh instansi
pemerintah, swasta dan perorangan pembuat peta.
Simbol peta topografi terdiri atas dua jenis, yaitu jenis
simbol berdasarkan bentuk dan jenis simbol
berdasarkan arti.
1. Jenis Simbol berdasarkan bentuknya
a. Simbol titik; digunakan untuk menyatakan lokasi
suatu titik atau suatu tempat, misalnya titik batas,
simbol kota. Simbol titik berhubungan erat dengan skala
peta, suatu kota pada peta skala 1 : 500.000 dapat
digambarkan dalam bentuk titik tetapi tidak pada peta
skala 1 : 25.000.
Contoh simbol titik :

 ,▲, ▣,◉
b. Simbol garis; digunakan untuk mewakili unsur-
unsur permukaan bumi yang berbentuk garis seperti
sungai, jalan, garis pantai, garis kontur dan garis
batas administrasi pemerintahan. Simbol garis dapat
dibedakan lagi atas garis khayal (misalnya kontur) dan
garis nyata (misalnya sungai)
Contoh simbol garis :
c. Simbol luas/ruang; digunakan untuk mewakili
unsur topografi yang berbentuk luasan seperti
danau, pemukiman dan lain-lain.
Contoh simbol luas :
1. Jenis simbol berdasarkan arti

a. Simbol kualitatif; adalah simbol yang menyatakan


keadaan atau wujud asli dari unsur di lapangan,
misalnya; jalan raya, sungai, danau. Simbol
kualitatif terbagi atas simbol titik kualitatif, simbol
garis kualitatif dan simbol luas kualitatif.

 Simbol titik kualitatif terdiri atas tiga macam


simbol, yaitu simbol piktorial, simbol geometrik
dan simbol huruf
Simbol piktorial, yaitu simbol titik kualitatif yang
melukiskan gambaran bentuk asli dari unsur atau
bagian unsur yang diwakilinya, contohnya simbol
mesjid, simbol gereja.
Simbol geometrik, yaitu simbol titik kualitatif yang
digambarkan secara geometrik pada posisi yang tepat,
contohnya simbol titik trianggulasi, titik GPS, titik
batas kawasan hutan.
Simbol huruf, yaitu simbol titik kualitatif yang
digunakan untuk mewakili unsur-unsur tertentu yang
spesifik.
Simbol garis kualitatif, terdiri atas dua macam simbol,
yaitu simbol deskriptif dan simbol abstrak.
Simbol garis kualitatif deskriptif, yaitu simbol garis
kualitatif yang menggambarkan bentuk sebenarnya dari
unsur yang diwakilinya, contohnya simbol sungai, jalan
raya dan lainnya.
Simbol garis kualitatif abstrak, yaitu simbol garis
kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan garis
khayal di muka bumi, contohnya garis kontur, garis
batas admisnistrasi pemerintahan.
Simbol luas kualitatif, terdiri dari simbol deskriptif
dan simbol abstrak
Simbol luas kualitatif deskriptif, menggambarkan
simbol luasan dalam bentuk sebenarnya atau
mendekati bentuk sebenarnya dari unsur yang
diwakilinya, contoh simbol pesawahan.
Simbol luas kualitatif abstrak, digunakan untuk
mengidentifikasi suatu daerah yang biasanya
digambarkan dengan screen garis atau screen titik.
b. Simbol kuantitatif; adalah simbol yang menyatakan
jumlah atau ukuran dari unsur yang diwakilinya di
permukaan bumi. Simbol ini terbagi atas simbol titik
kuantitatif, simbol garis kuantitatif dan simbol luas
kuantitatif.
Simbol titik kuantitatif, yaitu simbol titik yang disertai
dengan nilai simbol tersebut, contohnya simbol titik
trianggulasi yang disertai dengan angka ketinggiannya
Simbol garis kuantitatif, yaitu simbol garis yang
menghubungkan tempat atau titik-titik yang bernilai
sama, contoh garis kontur
c. Simbol luas kuantitatif, yaitu simbol luas yang
menggunakan kerapatan garis, titik atau bentuk lain
pada luasan tertentu yang menunjukan kuantitas
luasan tersebut, makin rapat garis atau titik
menunjukkan kuantitas yang makin tinggi.
C. Warna

Penggunaan warna dalam suatu peta berwarna bertujuan untuk


memudahkan pengamatan terhadap suatu simbol unsur, ada
beberapa warna yang umum digunakan, yaitu;
 Biru; digunakan untuk simbol-simbol perairan dan tulisan
untuk nama unsur tertentu, misalnya nama sungai, danau,
laut dll.
 Hijau, digunakan untuk simbol vegetasi
 Kuning, Coklat; digunakan untuk menggambarkan ketinggian
dan rellief lapangan’
 Merah; digunakan untuk meggambarkan jalan raya
 Hitam; digunakan untuk menggambarkan bentuk planimetris
dari bangunan, perkampungan dan jalan kereta api/lori.
VI. PENGGAMBARAN DAN PENYAJIAN PETA KEHUTANAN

Anda mungkin juga menyukai