Anda di halaman 1dari 52

MEDIASI DI AMERIKA

 Ameriksa Serikat telah mendukung


lembaga penyelesaian sengketa secara
formal oleh hukum positif, berupa Dispute
Resorution Act yang dikeluarkan pada saat
pemerintahan Presiden Jimmy Carter pada
tanggal 12 Februari 1980
 Berbagai macam jenis sengketa dapat
dimediasikan, baik jenis sengketa yang
bersifat umum maupun jenis sengketa yang
bersifat khusus, seperti sengketa
perceraian dan sengketa bisnis.
Penjelasan mengenai konsiliasi
(kerjasama), mediasi (chotei)
Consolidation

Pemasya
rakatan Keadilan, hak melalui pengadilan
hukum

Mediasi (chotei) untuk mencapai


kesepakatan independen Mediation
Diperlukan (komunitas) pengguna
dan moderator untuk mewujudkan
kemungkinan digunakannya
mediasi (chotei) baru
 Era Taisho
 Undang-undang penyewaan tanah dan rumah (1922)
 Sebagai model pada undang-undang mediasi selanjutnya,
terbatas pada perkotaan dan bidang-bidang (perkara) tertentu.
Digunakan pada masa rekonstruksi kerusakan akibat gempa
bumi besar Kanto tahun 1923.
 Undang-undang penyewaan lahan pertanian (1924). Undang-
undang mediasi (chotei) perdagangan (1926) – keputusan
arbitrase dengan komisi mediasi (chotei).
 Era Showa (sebelum perang)
 Undang-undang arbitrase temporer hutang finansial (1932) –
mediasi (choteI) sebagai pengganti pengadilan.
Undang-undang mediasi (chotei) masalah personal (1939) –
perkara-perkara keluarga, komisi mediasi (chotei) beranggotakan
pria dan wanita.
Undang-undang perdata khusus saat perang (1942) – mediasi
(chotei) diterapkan pada seluruh perkara perdata.
Berdasarkan data-data dari Mr. Irie Hidenori
 Era Showa (setelah perang)
 Undang-undang pengadilan keluarga (1947). Undang-
undang mediasi (chotei) perkara perdata (1951).
 Keputusan bahwa mediasi sebagai pengganti pengadilan
adalah menyalahi konstitusi (1960).
 Revisi Undang-undang mediasi (chotei) perkara perdata
(1974) – perbaikan (sistem) pemilihan anggota komisi
mediasi (chotei).

 Era Heisei
 Pendirian pusat arbitrase pada pertemuan ke-2 asosiasi
pengacara di Tokyo (1990).
 Proposal prinsip-prinsip penanganan perkara perdata
melalui mediasi (chotei) (1993).

Berdasarkan data-data dari Mr. Irie Hidenori


MEDIASI DI
SINGAPURA
 Singapura telah mengenal konsepsi
penyelesaian sengketa nonlitigasi sejak
tahun 1966, yang termuat dalam
subordinate Rules 1966. Ketentuan ini
mengatur bahwa sebelum para pihak
melanjutkan keinginannya membawa
sengketa ke pengadilan, hendaknya
terlebih dahulu menempuh jalur
penyelesaian antar pihak, oleh sebab itu
singapura mempunyai Court Mediation
Centre
 Di Singapura dikembangkan pula Night
Court Mediation yang ditujukan bagi
pihak-pihak yang hanya mempunyai waktu
setelah mereka bekerja pada siang hari.
Kasus-kasus yang diselesaikan pada
umumnya kasus-kasus keluarga (family
cases).
 Keberhasilan mediasi sengketa bisnis

90%
MEDIASI DI INDONESIA
Sejarah Medisi di Indonesia
• Sudah ada sebelum Indonesia merdeka
• Forum Runggun Adat dalam masyarakat
Batak
• Di Minangkabau Penyelesaian sengketa
melalui lembaga hakim perdamaian
dimana hakim tersebut sebagai mediator
atau fasilitator
• Di Jawa penyelesaian sengketa dilakukan
memalui musyawarah yang difasilitasi
oleh tokoh masyarakat atau agama
Mediasi Masuk di Indonesia
• Mediasi di Indonesia diikenalkan pertama kali
sejak masa pemerintahan Belanda, yaitu dengan
cara penerapan cara-cara damai sebelum
perkara disidangkan.
• Aturan mediasi pertama kali diperkenalkan oleh
pemerintah hindia belanda melalui Reglement op
de burgerlijke Rechtvordering atau disingkat Rv
pada tahun1894.
• Selain itu juga mengeluarkan beberapa aturan
melalui surat edaran, peraturan-peraturan dan
perundang-undangan.
Lanjutan…
• Penyelesaian non litigasi dirilis oleh para ahli hukum
• Makamah Agung menggelar rapat Kerja Nasional
pada tahun 2001 di yogyakarta, dan menghasilkan
SEMA No.1 tahun 2002 tentang Pemberdayaan
Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga
Damai
• Januari 2003 MA menyelenggarakan temu karya
tentang mediasi, dan menghasilkan adalah Perma
No. 2 tahun 2003
• 31 Juli 2008, ditetapkan PERMA No.1 Tahun 2008
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
• Perma No.1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi
di Pengadilan
 Tahun 2013 sebanyak 4.223 kasus, (kasus
tahun 2012 sebanyak 1.888 kasus
ditambah 2.335 kasus baru)
 Kasus yang telah selesai mencapai 2.014
kasus atau 47,69% yang tersebar di 33
Propinsi
 793 kasus selesai dengan Mediasi
• It is a process by which a neutral third party, the mediator, assists
disputing parties in reaching a mutually satisfactory resolution
(KOVACH)
• Secara etimologi mediasi berasal dari bahasa latin, mediare yang
berarti berada ditengah.
• Menurut Kamus besar bahasa Indonesia Mediasi adalah “Sebagai
proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu
perselisihan sebagai penasehat”
• Menurut PERMA No.1 Tahun 2008 “Mediasi adalah cara
penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh
Mediator”.
- Sudah ada sejak zaman nenek moyang
- Sebagai bagian dari proses hidup
bermasyarakat, manusia hidup berkelompok
- Dulu: diperankan tetua kepala suku
- Sekarang diperankan oleh pihak ke-3 sebagai
penengah ; ketua RW, RT, tokoh masyarakat,
tokoh agama
- Tak perlu berlatar belakang keilmuan hukum
- Bisa berkomunikasi dalam konteks Budayanya
 Penyelesaian sengketa melalui perundingan,
rembugan, berazas budaya kekeluargaan
 Pihak ketiga (mediator) bersifat netral
 Mediator bertugas membantu para pihak yang
bersengketa untuk mencari penyelesaian
 Dengan demikian Mediasi adalah .....
Peran sebelum perundingan
 Mengumpulkan informasi
 Mengundang para pihak yang terlibat
dan saksi
 Menyiapkan tempat perundingan
 Menyiapkan logistik
 Menyiapkan peralatan
 Membuat penjadwalan
Peran pada saat perundingan
 Penyelenggara pertemuan
 Pemimpin rundingan yang netral
 Memelihara atau menjaga aturan-aturan perundingan
 Mendorong para pihak untuk menyampaikan masalah dan
kepentingannya secara terbuka
 Mendorong para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan
pertarungan yang harus dimenangkan tetapi diselesaikan
 Mendengar, mencatat, mengajukan pertanyaan
 Membantu para pihak mencapai titik temu
 Pengedali emosi para pihak
 Pendorong pihak atau peserta perundingan yang kurang mampu atau
segan untuk mengungkapkan pandangannya
 Menjamin kerahasiaan
Peran pada saat Perundingan
 Mempersiapkan dan membuat notulen perundingan
 Membantu para pihak untuk menyadari, bahwa
sengketa bukan sebuah pertarungan untuk
dimenangkan, tetapi untuk deselesaikan
 Menyusun dan mengusulkan alternatif-alternatif
pemecahan masalah
 Membantu para pihak untuk menganalisis alternatif-
alternatif pemecahan masalah yang ada
 Merumuskan atau mengartikulasikan titik temu atau
kesepakatan para pihak
Pasca perundingan :
 Membantu menyusun draft nota perdamaian
 Memfasilitasi untuk mengusulkan penetapan
nota perdamaian di pengadilan bila diperlukan
 Melaporkan hasil akhir proses mediasi ke
pengadilan bila perkara yang dimediasi berasal
dari lembaga peradilan
Proses Perundingan
• Sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan
perundingan
• Adanya pihak ketiga yang bersifat netral yang disebut
sebagai mediator (penengah) terlibat dan diterima
oleh para pihak yang bersengketa di dalam
perundingan itu
• Mediator tersebut bertugas membantu para pihak
yang bersengketa untuk mencari penyelesaian atas
masalah-masalah sengketa
• Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat
keputusan selama proses perundingan berlangsung
• Mempunyai tujuan untuk mencapai atau menghasilkan
kesepakatan yang dapat diterima para pihak yang
bersengketa guna mengakhiri sengketa
Kronologi Mediasi di Pengadilan

PERAN MEDIATOR
(Raiffa)
• Sebagai Katalisator (mampu mendorong lahirnya
suasana yang konstruktif bagi diskusi dan bukan
sebaliknya, yakni menyebabkan terjadinya salah
pengertian di antara para pihak)
• Sebagai Pendidik (berusaha memahami kehendak,
aspirasi, prosedur kerja, keterbatasan dan kendala
usaha dari para pihak)
• Sebagai Penerjemah (harus berusaha
menyampaikan dan merumuskan usulan pihak yang
satu kepada pihak yang lainnya melalui bahasa, atau
ungkapan yang enak didengar oleh pihak lainnya,
tetapi tanpa mengurangi maksud atau sasaran yang
hendak dicapai oleh si pengusul)
• Sebagai Nara Sumber (harus mampu
mendayagunakan atau melipatgandakan kemanfaatan
sumber-sumber informasi yang tersedia)
• Sebagai Penyandang Berita Jelek (harus menyadari
bahwa para pihak dalam proses perundingan dapat
bersikap emosional)
• Sebagai Agen Realitas (harus memberitahu atau
memberi pengertian secara terus terang kepada satu
atau para pihak, bahwa sasarannya tidak mungkin atau
tidak masuk akal untuk dicapai melalui sebuah proses
perundingan
• Sebagai Kambing Hitam (harus siap menjadi pihak
yang dipersalahkan apabila ada pihak yang tidak
sepenuhnya merasa puas terhadap pasyarat-2 dalam
kesepakatan)
• Social Network Mediator
• Authoritative Mediator
• Independent Mediator
 Dipilih karena dikenal oleh para pihak
(misal tokoh masyarakat, human-
relationship, ahli dlm bidang yang
disengketakan)
 Berasal dari lingkungan para pihak
 Tokoh yang dipercaya dapat membantu
menyelesaikan sengketa
 Berasal dari kalangan yang berpengaruh, atau
mempunyai kedudukan yang kuat
 Memiliki kapasitas untuk mengarahkan hasil
perundingan, tetapi tidak memiliki wewenang atau
menggunakan pengaruh berdasarkan pandangannya
sendiri
 Para Pihak tetap diberi kesempatan untuk menentukan
hasil kesepakatan mereka sendiri
 Mediator yang menjaga jarak antara para pihak
maupun dengan persoalan yang tengah dihadapi oleh
para pihak. (mediator tipe ini lebih banyak ditemukan
dalam masyarakat atau budaya yang telah
mengembangkan tradisi kemandirian dan
menghasilkan mediator-2 profesional)
 Dipilih karena profesinya ( mediator bersertifikat)
 Tidak mempunyai hubungan dengan para pihak
 Tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan
Introduction

Statement of Parties

Schedule

Kaukus

Parlei

Agreement/Settled
Introduction

 Perkenalan diri
 Mediator menjelaskan proses mediasi: Musyawarah, rahasia, tidak
berpihak, tidak berwenang memutuskan.
 Mediator menjelaskan kaukus (pertemuan terpisah) dan
fungsinya
 Mediator menjelaskan hak pihak untuk menarik diri atau
mengganti mediator
 Mediator dan para pihak menyepakati aturan dasar dan jadwal
mediasi
 Mediasi memberikan kesempatan pada para pihak untuk
bertanya
Statement of
Parties
 Mediator memberikan waktu yang sama kepada para
pihak untuk menceritakan sengketa
 Mediator membiarkan pihak menyalurkan emosi
moderat
 Mediator menganalisis pernyataan secara tidak
langsung untuk mencari tahu topik umum masalah.
 Mediator dan para pihak tidak saling menyela
 Mediator mengingatkan para pihak mengenai aturan
dasar.
Schedule I

 Mediator mengusulkan perumusan agenda


 Mediator menanyakan apakah ada usulan atau
tambahan lain
 Mediator menanyakan urutan agenda yang dibuat
 Mediator menjaga supaya agenda relevan dan
menghadapi inti permasalahan
Schedule II

 Mediator mendengarkan pernyataan para pihak


 Mediator mengajukan pertanyaan kepada para pihak
 Mediator menyimpulkan pernyataan pada pihak yang
dia dapat secara langsung atau tidak langsung
 Mediator mengembangkan pilihan penyelesaian
masalah
 Mediator membantu menganalisis pilihan penyelesaian
masalah secara realistis dan konstruktif
Kaukus

 Kaukus merupakan usaha penerobosan jalan buntu


 Kaukus adalah pertemuan antara mediator dengan
salah satu pihak
 Kaukus memungkinkan Mediator untuk mengungkap
kepentingan tersembunyi
 Kaukus membantu Mediator untuk mengembangkan
dan menganalisis pilihan yang lain bersama pihak
secara individu
 Kaukus membiarkan para pihak menyalurkan emosi
tanpa membahayakan proses mediasi.
Parlei

 Mediator memfasilitasi proses tawar-menawar agar


mediasi tetap berjalan
 Mediator selalu memberikan kesempatan yang sama
kepada dua pihak untuk bicara
 Mediator menanyakan apakah usulan penyelesaian
masalah memenuhi kepentingan para pihak.
 Mediator membantu para pihak melihat titik temu
kepentingan mereka dan memberikan konsesi kepada
pihak lain.
Agreement

 Mediator mengulas kembali hal-hal yang telah


disepakati para pihak
 Mediator mengajukan pertanyaan mengenai perincian
kesepakatan agar jelas
 Kesepakatan tertulis dapat ditandatangani oleh para
pihak dan mediator
 Kesepakatan ditulis dalam bahasa yang mudah
dimengerti dan lazim dipakai oleh para pihak
 Kesepakatan tertulis hanya mengikat para pihak yang
ikut dalam proses mediasi
 Mengutamakan peran aktif para pihak yang
bersengketa dalam menentukan solusi akhir.
 Melakukan negosiasi atau pembicaraan untuk
mencapai kesepakatan akhir yang diterima oleh kedua
belah pihak. Peran mediator adalah sebagai fasilitator
untuk membantu kelancaran proses negosiasi.
 Dilarang memotong pembicaraan
 Dilarang menyerang pribadi individu
 Menjaga kerahasiaan
 Walaupun perkara akan diselesaikan di pengadilan,
mediator tidak akan memberikan kesaksian sebagai
saksi.
 Kefleksibelan
 Kecepatan
 Kerahasiaan
 Perlu/ tidaknya bantuan pengacara
 Biaya
 Dapat/tidaknya memelihara hubungan
 Pemegang hak melakukan prosedur
 Isi penyelesaian
Mediasi Persidangan
 Peraturan dapat dibuat oleh orang yang  Hukum gugatan perdata (pendirian)
bersangkutan asalkan berpijak pada Surat gugatan, surat jawaban, surat
peraturan dasar pembicaraan, setelahnya sanggahan dan pernyataan (pembuktian).
bebas “ Sertifikat, surat keterangan bukti, surat
 Waktu dan tempat bebas. keterangan pengajuan bukti, interogasi
 Kehadiran orang yang berkaitan dan orang bergantian pemeriksaan.
yang berkepentingan bebas sesuai jadwal 
Kefleksibelan

Pertemuan ditetapkan oleh pengadilan.


yang disepakati para pihak Kesanggupan waktu dari wali orang yang
 Apa yang akan diselesaikan bersangkutan. Pembukaan sidang hanya
di dalam pemrosesan prosedur pun dapat dilakukan di pengadilan.
memungkinkan ditanggapi  Hanya orang yang bersangkutan atau
walinya saja yang hadir.
 Hanya hal yang ditetapkan dalam surat
gugatan saja yang menjadi topik.
 Perubahan gugatan memerlukan formalitas
(Hukum Gugatan Perdata Pasal 143).
Mediasi Persidangan
 Atas kesepakatan orang yang bersangkutan  Pertukaran pendirian
dengan mediator, kapan pun, di mana pun, Dilakukan dalam tempo 1 kali dalam 1
kapan pun. bulan, berkali-kali sampai beberapa puluh
 Bila sudah bias mencapai kesepakatan, di kali.
Kecepatan

situ terjadi penyelesaian akhir.  Interogasi saksi


Karena memerlukan waktu yang lama,
waktu pertemuannya lebih ke depan lagi.
 Putusan pengadilan
Memerlukan waktu untuk membuat usulan
dan kalimat oleh pengadilan
 Naik banding  Kasasi
Mediasi Persidangan

 Prosedurnya tertutup  Pada prinsipnya prosedur dan putusan


 Pada prinsipnya kesepakatan juga pengadilan keduanya terbuka.
tertutup.
 Sejauh mana kesepakatan akan dibuka
Kerahasiaan

dapat ditentukan oleh orang yang


bersangkutan
Mediasi Persidangan

 Tidak selalu perlu  Perlu


 Asal menaati peraturan dan dapat  Formalitas prosedur
Perlu bantuan pengacara?

berpembicaraan sudah OK Bila tidak disertai pengacara pada


 Asal memiliki hak yang dapat disepakati kenyataannya sulit
dengan pihak lawan sudah OK  Obyek pertimbangan
 Hal konsultasi dengan pengacara, bebas. Ada atau tidaknya hak secara hukum
Menang, kalah
Bantuan pengacara diperlukan
Mediasi Persidangan

 Uang komisi permohonan  Pendaftaran Perkara


pengajuan (Uang komisi  Materai utk ditempel
Biayanya murah?

pertemuan) pembayaran di depan biaya


Imbalan tercapai kesepakatan pengacara.
(Biaya pengacara)  Fee Pengacara
Mediasi Persidangan

 Bisa memelihara  Tidak bias memelihara


 Menuju pada penyelesaian dengan  Ada atau tidaknya hak secara hukum.

Bisakan memelihara hubungan?

pembicaraan Memperebutkan kalah atau menang


 Hubungan setelah kesepakatan dapat  Hubungan permusuhan
dipertahankan  Hubungan setelah selesai gugatan akan
sulit dipertahankan
Mediasi Persidangan

 Orang yang bersangkutan.  Pengadilan


 Menjalankan prosedur berdasarkan 
Siapakah pemegang hak melakukn prosedur?

Prosedur dijalankan berdasarkan pada


keikutsertaan orang yang peraturan hukum.
bersangkutan secara sukarela.  Keikutsertaan dipaksaakan
 Mau berhenti ditengah-tengan juga  Pencabutan gugatan pun tidak bebas
bebas.  Pada prinsipnya sampai dengan jatuhnya
 Mau menyepakati atau tidak juga putusan pengadilan
bebas
Mediasi Persidangan

 Kesepakatan dari orang  Menang dan Kalah, sesuai


Isi Penyelesaian

yang bersangkutan permintaan penggugat


• Kurang populernya mediasi sebagai alternatif
penyelesaian sengketa
• Tergantung itikad mediator
• Mediasi merupakan tugas yang cukup melelahkan
• Tidak memberikan penghargaan yang cukup
• Memerlukan kesabaran ekstra
• Mediasi tidak dapat dipaksakan kepada salah satu
pihak
• Jika salah satu merasa menang maka bisa jadi
mediasi gagal
• Para pihak harus bersiap mengorbankan tujuan
asal
Pusat Mediasi Indonesia
Sekolah Pascasarjana UGM
Pusat Studi Kebudayaan, Unit Mediasi,
Jl. Trengguli E.9, Sleman, Yogyakarta, 55281
Telp. (0274) 2921058, Fax. (0274) 625448
email: pusatmediasiugm@yahoo.co.id
web: www.pusatmediasi.com

Anda mungkin juga menyukai