Anda di halaman 1dari 28

Kebutuhan Dasar Manusia 2

PERAWATAN POST MORTEM


DEFINISI KEMATIAN

• Kematian
s/ keadaan alamiah yg setiap individu pasti akan
mengalaminya
• merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi,
dan TD, serta hilangnya respon terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya
aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan
terhentinya fungsi jantung dan paru secara
menetap atau terhentinya kerja otak secara
menetap.
PERUBAHAN TUBUH
POST MORTEM

• Algor mortis (Penurunan suhu jenazah)


• Livor mortis (Lebam mayat)
• Rigor mortis (Kaku mayat)
• Dekomposisi ( Pembusukan)
ALGOR MORTIS
(Penurunan suhu jenazah)

• FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALGOR MORTIS


YAITU :
1. Faktor lingkungan
2. Suhu tubuh saat kematian
3. Keadaan fisik tubuh serta pakaian yang
menutupinya
4. Aliran udara/ kelembaban udara
5. Aktivitas sebelum meninggal, konstitusi tubuh
6. Sebab kematian, posisi tubuh
LIVOR MORTIS
(Lebam mayat)

• Terjadi akibat peredaran darah terhenti


mengakibatkan stagnasi maka darah menempati
daerah terbawah sehingaa tampak bintik merah
kebiruan.
RIGOR MORTIS
(Kaku mayat)

• Adl. kekakuan pd otot (kontraktur) tanpa atau


disertai pemendekan serabut otot.
• Tahapan :
1. 0-2 s/d 4 jam : kaku belum terbentuk
2. 6 jam : kaku lengkap
3. 12 jam : kaku menyeluruh
4. 36 jam : relaksasi sekunder
DEKOMPOSISI
( Pembusukan)

• Hal ini merupakan suatu keadaan dimana bahan-


bahan organik tubuh mengalami dekomposisi baik
yang disebabkan karena adanya aktifitas bakteri,
maupun karena autolisis (penghancuran sel oleh
enzim). Skala waktu terjadinya pembusukan
• Mulai terjadi setelah kematian seluler. Lebih dari
24 jam mulai tampak warna kehijauan di perut
kanan bawah (caecum).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBUSUKAN

1. Mikroorganisme
2. Suhu optimal (21 – 370C)
3. Kelembaban tinggi dapat mempercepat
pembusukkan
4. Sifat mediumnya udara:air:tanah (1:2:8)
5. Umur bayi, anak, ortu lebih lambat
6. Kostitusi tubuh misalnyaorang gemuk (cepat)
7. Keadaan waktu mati kematian :edema(cepat),
dehidrasi(lambat)
8. Sebab kematian : radang (cepat)
JENIS KEMATIAN

• Mati Klinis
• Mati Biologis (Kematian Semua Organ)
• Mati Serebral (Kematian Korteks)
MATI KLINIS

• henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan)


• henti sirkulasi (jantung) total dengan semua
aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel.
Pada masa dini kematian inilah, pemulaian RJP
dapat diikuti dengan pemulihan semua fungsi
sistem organ vital termasuk fungsi otak normal,
asalkan diberi terapi optimal.
MATI SEREBRAL
(Kematian Korteks)

• Mati serebral adalah kerusakan ireversibel


(nekrosis) serebrum, terutama neokorteks.
• Mati otak adalah mati serebral ditambah dengan
nekrosis sisa otak lainnya, termasuk serebelum,
otak tengah dan batang otak.
MATI BIOLOGIS
(Kematian Semua Organ)

• Mati biologis selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan


resusitasi jantung paru (RJP)
• Mati biologis merupakan proses nekrotisasi semua jaringan,
dimulai dengan neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-
kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oaleh jantung, ginjal, paru dan
hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam atau hari.
• Henti jantung (cardiac arrest) berarti penghentian tiba-tiba kerja
pompa jantung pada organisme yang utuh atau hampir utuh.
Henti jantung yang terus berlangsung sesudah jantung pertama
kali berhenti mengakibatkan kematian dalam beberapa menit.
Dengan perkataan lain, hasil akhir henti jantung yang
berlangsung lebih lama adalah mati mendadak (sudden death).
Diagnosis mati jantung (henti jantung ireversibel) ditegakkan
bila telah ada asistol listrik membandel (intractable, garis datar
pada EKG) selama paling sedikit 30 menit, walaupun telah
dilakukan RJP dan terapi obat yang optimal.
PENYEBAB KEMATIAN

• Menurut dokter H. Tabrani Rab disebabkan empat


faktor, yaitu :
1. Berhentinya pernafasan
2. Matinya jaringan otak
3. Tidak berdenyutnya jantung
4. Adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh
bakteri-bakteri

• MENURUT DR. SUNATRIO


Jika fungsi pernafasan/paru-paru dan jantung telah
berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi
kematian batang otak
TANDA KEMATIAN

1. Tanda Kematian Tidak Pasti


a. Berhentinya sistim pernafasan dan sistim
sirkulasi
b. Kulit yang pucat
• Terjadi krn berhentinya sirkulasi darah shg
darah yg ada di kapiler & venula dibawah kulit
muka akan mengalir ke bagian yang lebih
rendah sehingga warna kulit muka tampak
menjadi lebih pucat.
• Pada mayat yang mati akibat kekurangan
oksigen atau keracunan zat-zat tertentu
(misalnya karbon monoksida) warna semula
dari raut muka akan bertahan lama dan tidak
cepat menjadi pucat.
c. Relaksasi otot
• Pada saat kematian sampai beberapa saat
sesudah kematian , otot-otot polos akan
mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya
tonus.
• Relaksasi pada stadium ini disebut relaksasi
primer. Akibatnya rahang turun kebawah yang
menyebabkan mulut terbuka, dada menjadi kolap
dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun
akan jatuh kebawah.
• relaksasi pada otot polos akan mengakibatkan iris
dan sfincter ani akan mengalami dilatasi.
d. Perubahan pada mata
• hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang menyebabkan
kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif.
• Hilangnya reflek cahaya pada kornea ini disebabkan karena
kegagalan kelenjar lakrimal untuk membasahi bola mata.
• Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah
kematian tergantung dari posisi kelopak
• Kekeruhan pada lapisan dalam kornea ini tidak dapat
dihilangkan atau diubah kembali walaupun digunakan air untuk
membasahinya.
• Bila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar
kornea akan mengalami kekeringan dan berubah menjadi
kuning dalam beberapa jam yang kemudian berubah menjadi
coklat kehitaman.
• Iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai 4 jam
sesudah kematian somatik, tetapi reflek cahaya segera hilang
bersamaan dengan iskemik pada batang otak. Pupil biasanya
pada posisi mid midriasis yang disebabkan oleh karena
relaksasi dari muskulus pupilaris walaupun ada sebagian ahli
yang menganggap ini sebagai proses rigor mortis. Diameter
pupil sering dihubungkan dengan sebab kematian seperti lesi
di otak atau intoksikasi obat seperti keracunan morphin
dimana sewaktu hidup pupil menunjukan kontraksi.

• Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan


intra okuler yang turun ini mudah menyebabkan kelainan
bentuk pupil sehingga pupil kehilangan bentuk sirkuler setelah
mati dan ukurannya pun menjadi tidak sama ,pupil dapat
berkontraksi dengan diameter 2 mm atau berdilatasi sampai 9
mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil mempunyai
sifat tidak tergantung dengan pupil lainnya maka sering
terdapat perbedaan sampai 3 mm.
2. Tanda Kematian Pasti
• Setelah beberapa waktu timbul perubahan paska mati yang
jelas, sehingga memungkinkan diagnosa kematian menjadi
lebih pasti.
• Tanda-tanda tsb dikenal sbg tanda pasti kematian berupa:
a. Lebam mayat / Livor Mortis (hipostatis/lividitas paska mati)
b. Kaku mayat (rigor mortis)
c. Penurunan suhu tubuh
d. Pembusukan
e. Mummifikasi
f. Adiposera (salah satu penghambat pembusukan di jaringan
lemak karena faktor kelembaban dan suhu panas)
TINDAKAN PERAWAT DALAM MENANGANI
JENAZAH
• Prinsip perawat harus memperlakukan tubuh jenazah
dengan hormat, seperti memperlakukan orang hidup.
• Setelah kematian terjadi, anggota tubuh harus diikat
dan kepala dinaikkan ke atas bantal. Tubuh harus
dibersihkan dengan membasuhnya dengan air hangat
secara perlahan. Segala sesuatu yang keluar dari
tubuh pasien harus dicuci dan dibersihkan rawatan
postmortem,
• Perawatan tubuh setelah kematian disebut perawatan
postmortem. Hal ini dapat menjadi tanggung jawab
perawat.
• Perawat akan lebih mudah melakukannya apabila
bekerja sama dengan staf kesehatan lainnya.
• Adapun hal yang harus diperhatikan :
• Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama
perawat lakukan terhadap orang yang masih
hidup.
• Periksa prosedur manual rumah sakit sebelum
melanjutkan perawatan postmortem.
PERAWATAN POST MORTEM
• Adl. perawatan yang dilakukan oleh perawat setelah
kematian klien yang telah dinyatakan meninggal secara
medis oleh tim medis.

• Perawatan meliputi :
a. Mengatur transport pemindahan menuju ruang
jenazah atau rumah klien
b. Menyiapkan barang-barang klien yang akan dibawa
oleh klg.

• Perawatan post mortem dapat ditunda apabila pada


kematian klien diperlukan pemeriksaan lebih lanjut
(otopsi).
TUJUAN PERAWATAN POST MORTEM

Menurut Johnson, Smith-Temple, Carr (2005) :


1. Jenazah dan lingkungan bersih dengan
penampilan alamiah
2. Keluarga memandang jenazah tanpa tanda
distres ekstrem pada penampilan fisik
3. Tubuh disiapkan dalam kaitannya dengan
keaslian/ kondisi sebagaimana aslinya
4. Tidak ada penyebaran penyakit
PERSIAPAN ALAT

• Peralatan yang dibutuhkan dalam tindakan adalah :


1. Kasa gulung atau tali kain
2. Sarung tangan
3. Tanda atau identitas jenazah
4. Kantong plastik
5. Air sabun dalam waskom besar
6. Handuk
7. Waslap
8. Pampers dewasa
9. Tempat tidur dorong
IMPLEMENTASI
PERAWATAN POST MORTEM
1. Memastikan bahwa pasien sudah meninggal secara
medis
2. Tutup pintu ruangan untuk menjaga privasi klien
3. Kenakan sarung tangan dan skort isolasi untuk
semua orang yang terlibat untuk melindungi tubuh
dari sekresi jenazah
4. Tutup kelopak mata jenazah sampai tetap tertutup
atau tempatkan kasa basah pada kelopak mata
jenazah
5. Lepaskan slang seperti kateter iv, nasogastrik jika
diizinkan dan tidak ada autopsi yang akan dilakukan
6. Singkirkan alat-alat yang tidak akan digunakan agar
memudahkan perawat mobilisasi
IMPLEMENTASI
PERAWATAN POST MORTEM
7. Cuci sekresi dari wajah dan tubuh
8. Ganti linen yang kotor dan skort dengan yang bersih
9. Tempatkan alas linen dibawah jenazah dan
ekstremitas dan singkirkan linen yang kotor.
10. Posisikan jenazah supine dengan tangan disamping,
telapak telungkup
11. Tempatkan bantal dibawah kepala, tutup mulut dan
tempatkan gulungan handuk dibawah dagu
12. Lepaskan semua perhiasan dan barang milik jenazah
kepada keluarga dan minta keluarga menandatagani
catatan pengembalian barang.
13. Tempatkan penutup jenazah bersih pada tubuh
dengan membiarkan wajah tetap terpajan
IMPLEMENTASI
PERAWATAN POST MORTEM
14. Tempatkan kursi disamping tempat tidur
15. Atur pencahayaan yang redup agar membuat
situasi lebih tenang dan meminimalkan
penampilan jenazah yang abnormal.
16. Berikan dukungan emosional dan kenyamanan
pada keluarga. Berikan privasi pada keluarga saat
melihat klien.
17. Setelah keluarga selesai melihat klien, ikat
longgar dagu klien ke atas sampai dengan
puncak kepala menggunakan kasa gulung. Ikat
pergelangan kaki dengan kasa gulung.
IMPLEMENTASI
PERAWATAN POST MORTEM

18. Isi formulir kematian (nama klien, ruangan, tanggal, dan


waktu kematian serta tim medis yang menyatakan kematian
klien. Biarkan gelang pengenal klien tetap terpasang untuk
kepastian identitas.
19. Tutupi tubuh klien dg pakaian & linen bersih kemudian
tempatkan pada tempat tidur dorong.
20. Jika klien meninggal karena penyakit menular, berikan
keterangan pada label klien dan beritahukan kepada
keluarga.
21. Antarkan klien ke kamar jenazah
22. Dokumentasikan tanggal dan waktu klien dipindahkan ke
kamar jenazah, catat pengembalian barang-barang klien
kepada keluarga.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai