Euthanasia (“kematian yang mudah”, atau “membunuh karena kasih”) tindakan mengakhiri hidup tanpa rasa sakit atas seorang penderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau cacat yang parah. • Euthanasia pasif menghentikan penanganan2 yang dulunya diberikan • Euthanasia aktif kematian disebabkan dengan sengaja, seperti menginjeksi obat dengan dosis mematikan TAHAP2 MENJELANG KEMATIAN MENURUT KUBLER ROSS • Penolakan dan isolasi menyangkal akan meninggal, merupakan mekanisme pertahanan diri dan bersifat sementara • Marah penyangkalan memunculkan kemarahan, kebencian, kegusaran dan iri hati. Sasaran kemarahan yaitu dokter, perawat, anggota keluarga, Tuhan • Menawar berharap kematiannya ditunda, berjanji mendedikasikan hidupnya pada Tuhan atau melayani orang lain • Depressi mulai menerima kepastian akan kematiannya, menjadi pendiam, menolak dikunjungi, menangis dan berduka • Menerima akhir perjuangan menjelang kematian, mengembangkan rasa damai, menerima nasibnya, perasaan dan rasa sakit pada fisik mulai kurang. • Meninggal dengan anggun pasien nyaman, mendapat dukungan dari orang yang dicintai, perawatan kesehatan yang memadai, menerima datangnya kematian dan tidak menjadi beban bagi orang lain
• Hospice program yang berkomitmen untuk
mengusahakan berakhirnya hidup tanpa rasa sakit, cemas, dan depresi. Penekanan pada paliatif care (mengurangi rasa sakit, penderitaan, dan membantu individu meninggal secara bermartabat). BERDUKA
• Reaksi terhadap kehilangan yang merupakan
respons emosional yang normal
• Menentukan kesehatan jiwa individu, karena
memberi kesempatan individu untuk melakukan koping terhadap kehilangan secara bertahap sehingga dapat menerima kehilangan KEHILANGAN
• Suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan, atau tidak ada sesuatu yang dulunya ada (Wilkinson, 2005).
• Suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan.
• Dapat terjadi tiba2 atau bertahap.
JENIS KEHILANGAN
• Kehilangan orang yang bermakna kematian, dipenjara
• Kehilangan kesehatan bio spiko sosial menderita
penyakit /amputasi, kehilangan pendapatan, kehilangan harga diri, kehilangan kedudukan, kehilangan kemampuan seksual
• Kehilangan milik pribadi uang, perhiasan
FAKTOR PREDISPOSISI
• Genetik riwayat keluarga depresi sulit mengembangkan
sikap optimistik dalam menghadapi permasalahan • Kesehatan fisik keadaan fisik sehat cenderung mampu mengatasi stress • Kesehatan mental individu gangguan jiwa dengan riwayat depresi merasa masa depan suram sehingga peka dengan situasi kehilangan • Pengalaman kehilangan masa lalu kehilangan masa kanak2 mempengaruhi kemampuan menghadapi kehilangan di masa dewasa PROSES BERDUKA KARENA KEHILANGAN
• Penyangkalan (denial)
• Marah (anger)
• Tawar menawar (bargaining)
• Depressi
• Penerimaan (acceptance) TAHAP PENYANGKALAN
• Reaksi : Terkejut, tidak percaya, merasa terpukul,
menyangkal pernyataan kehilangan kadang berhalusinasi (seolah2 masih melihat atau mendengar suara orang tersebut).
diare, sesak nafas, denyut jantung cepat, menangis TAHAP MARAH
• Individu mulai sadar dengan kenyataan kehilangan
• Menunjukkan perasaan marah yang meningkat yang diproyeksikan pada orang tertentu atau yang ada di lingkungannya • Reaksi fisik : wajah merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur,tangan mengepal TAHAP TAWAR MENAWAR
Menyatakan kata2 : “seandainya saya hati2”, “kenapa
harus terjadi pada keluarga saya”
TAHAP DEPRESI
• Reaksi : menarik diri, tidak mau bicara, putus asa
• Reaksi fisik : menolak makan, susah tidur, letih,
libido turun TAHAP PENERIMAAN
• Reorganisasi perasaan kehilangan
• Gambaran objek atau orang yang hilang mulai dilepas
perlahan, perhatian dialihkan pada objek baru
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
• Mengkaji pasien dan anggota keluarga berduka dan
menentukan tingkat berduka • Mengkaji gejala klinis berduka : sesak dada, nafas pendek, berkeluh kesah, perasaan penuh di perut, kehilangan kekuatan otot, distress perasaan yang hebat • Kaji karakteristik berduka, kaji respons fisiologis, respons tubuh terhadap kehilangan (reaksi stres) • Kaji faktor yang mempengaruhi reaksi stres : umur, budaya, keyakinan spiritual, peran seks, status sosial ekonomi • Kaji faktor predisposisi DIAGNOSA KEPERAWATAN • Dukacita adaptif berhubungan dengan risiko tinggi kehilangan orang terdekat • Dukacita maladaptif berhubungan dengan tidak ada antisipasi terhadap berduka • Gangguan penyesuaian berhubugnan dengan berduka yang tidak selesai • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan respon dukacita yang tertahan • Perubahan koping keluarga • Perubahan proses keluarga • Keputus asaan berhubungan dengan stres jangka panjang • Isolasi sosial berhubungan dengan sumber pribadi tidak adekuat • Distress spiritual • Gangguan pola tidur INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan :
pasien dapat melalui proses berduka secara
normal dan sehat
TAHAP PENYANGKALAN Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan. • Dorong pasien mengungkapkan perasaan duka • Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap, siap mental • Dengarkan pasien dengan penuh pengertian, jangan menghukum atau menghakimi • Jelaskan bahwa sikap pasien wajar terjadi • Beri dukungan non verbal : memegang tangan, menepuk bahu • Jawab pertanyaan pasien dengan bahasa sederhana, jelas dan singkat • Amati respons pasien selama bicara • Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap TAHAP MARAH
• Beri dorongan dan kesempatan pasien
menungkapkan rasa marahnya secara verbal
• Dengarkan dengan empati, jangan memberi respons
yang mencela
• Bantu pasien memanfaatkan sumber2 pendukung
TAHAP TAWAR MENAWAR
Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah
dan rasa takutnya • Amati perilaku pasien • Diskusikan bersama pasien tentang perasaan • Tingkatkan harga diri pasien • Cegah tindakan merusak diri TAHAP DEPRESI
Mengidentifikasi tingkat depresi, risiko merusak diri dan
membantu pasien mengurangi rasa bersalah. • Amati perilaku pasien • Diskusikan bersama pasien mengenai perasaan • Cegah tindakan merusak diri • Hargai perasaan pasien • Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif yang terkait dengan kenyataan • Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya, bila perlu biarkan dia menangis sambil tetap didampingi • Bahas pikiran yang selalu timbul bersama pasien TAHAP PENERIMAAN
Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa
dihindari • Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur • Bantu pasien/keluarga berbagi rasa, karena biasanya setiap anggota keluarga tidak berada pada tahap yang sama pada saat bersamaan