Anda di halaman 1dari 45

Pneumokoniosis

Oleh:
Arief Gusman
Avissa Fadlika D
Ayu Putri Firda N
Hanifah Rahma
Indra Budi Permana
Irham Abshar
Rania Ulfa
Roberta Charles
Ulfah Nichi

Preseptor:
dr. Deddy Herman, Sp.P (K), FCCP, FAPSR, MCH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Latar Belakang

Polusi udara lingkungan kerja -> penyakit paru akibat kerja

Pada 2013, 260.000 kematian akibat pneumokoniosis.

Pneumokoniosis merupakan penyakit paru kerja yang disebabkan oleh inhalasi


partikel debu.

Tantangan dalam penegakan diagnosis


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Latar Belakang

Batasan Masalah
• Batasan penulisan makalah ini membahas mengenai pneumokoniosis (asbestosis, silicosis,
pneumokoniosis batubara)
Tujuan Penulisan
• Tujuan penulisan makalah ini untuk menambah pengetahuan mengenai pneumokoniosis

Metode Penulisan
• Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literatur.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Tinjauan Pustaka
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

DEFINISI

Greek: Pneumo berarti paru dan konis berarti debu.

Kelainan yang termasuk kedalam pneumokoniosis:


• Pajanan debu anorganik seperti silika (silikosis), asbes
(asbestosis) dan timah (stannosis)
• Akibat pekerjaan seperti pneumokoniosis batubara
• Pajanan debu organik seperti kapas (bisinosis)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

DEFINISI

ILO (international labor organization):


Kelainan reaksi non-neoplasma akibat
Kelainan yang terjadi akibat penumpukan
debu tanpa memasukkan asma, PPOK dan
debu dalam paru yang menyebabkan
pneumonitis hipersensitif.
reaksi jaringan terhadap debu tersebut.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Epidemiologi

Prevalensi 0,5-9,8%. Darmanto


Data pneumokoniosis nasional et al.di tambang batubara
di Indonesia belum ada tahun 1989 pneumokoniosis
batubara 1,15%.

OSH th 2000 pada pekerja


Bandung pada pekerja
keramik1,5% silikosis
tambang batu tahun 1990
Damayanti et al pada pabrik
3,1%.
semen0,5%.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

EPIDEMIOLOGI

Health and Safety Executive (HSE)


 2013 275 kasus baru
 2014 215 kasus pneumokoniosis pada pekerja batu bara di Inggris dan 45
kasus baru silikosis

Kasus kematian
 2013 147 dan meningkat sekitar 130 kejadian per tahun selama 5 tahun
terakhir.
 201418 kasus kematian akibat silikosis
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

ETIOLOGI

Penyebab Host Lingkungan

• Kimiawi: debu • Imunitas • lama kerja


logam • Gizi • Lama istirahat
berat,debu • ketersediaan
organik, debu pelayanan
anorganik kesehatan kerja
• Biologis: bakteri,
virus dan jamur
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

KLASIFIKASI (cont)

Keppres RI no 22 tahun 1993 penyakit paru akibat kerja


meliputi Pneumokoniosis, Penyakit paru dan saluran
napas oleh debu logam berat, Penyakit paru dan saluran
napas disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal
(Byssinosis), Asma akibat kerja, Alveolitis alergika akibat
debu organik, Kanker paru atau mesothelioma
Pneumokinosis
1. Asbestosis
2. Silikosis
3. Antrakosis
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Patogenesis

Bentuk kelainan berupa Debu yang berukuran Debu yang berukuran


peradangan dan 0.1 – 10 mikron mudah lebih dari 5 mikron akan
pembentukan jaringan terhirup pada saat kita mengendap disaluran
fibrosis bernapas napas bagian atas

Debu berukuran 3-5


Debu berukuran 1-3
mikron akan menempel
mikron akan sampai ke
disalurun napas
alveoli
bronkiolus
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PATOGENESIS (cont)

Debu-debu tersebut masuk ke dalam paru, dan akan


terdistribusikan di saluran napas sehingga
menimbulkan reaksi sistem pertahanan tubuh sebagai
respon terhadap debu tersebut

Reaksi yang ditimbulkan juga bergantung


terhadap komposisi kimia, sifat fisik, dosis dan
lama pajanan yang menentukan dapat atau
mudah tidaknya terjadi pneumokoniosis.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PATOGENESIS (cont)
tergantung pada sifat Pajanan lama
Partikel debu yang fagositosis debu oleh
toksisitas partikel menimbulkan reaksi
terhirup makrofag
debu inflamasi awal

Debu yang difagosit Sitokin menyebabkan makrofag alveolar Debu yang sitotoksik
di keluarkan melalui fibrosis pada jaringan mengeluarkan difagositosis diikuti
sistem mukosilier intersisial paru mediator inflamasi fibrositosis

Hilangnya integritas Kejadian awal


menyebabkan
epitel akibat fibrogenesis di pneumokoniosis
proliferasi fibroblas
mediator inflamasi intersisial paru
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PATOGENESIS (cont)

• Kecenderungan partikel tidak dapat berubah arah pada percabangan


Impaksi saluran napas
• Partikel berukuran lebih besar dari 5 mm tertahan di nasofaring

• Deposisi partikel bertahap sesuai berat partikel terutama berukuran


sedang (1-5 mm)
Sedimentasi • Sekitar 90% dari konsentrasi 1000 partikel per cc akan dikeluarkan dari
alveoli, 10% sisanya diretensi dan secara lambat dapat menyebabkan
pneumokoniosis

• Gerakan acak partikel akibat kecepatan aliran udara. Terjadi hanya pada

Difusi partikel dengan ukuran kecil. Debu dengan ukuran 0,1 mm sampai 0,5 mm
keluar masuk alveoli, membentur alveoli sehingga akan tertimbun di
dinding alveoli
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

GEJALA KLINIS

asimptomatik batuk

sputum Sesak nafas


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Radiologi

Pemeriksaan faal paru

Analisis Debu Penyebab


Foto polos thoraks

 pneumokoniosis dapat mengahsilkan beranekaragam


bentuk bayangan densitas tinggi

Perselubungan
Bercak noduler Pembesaran
Garis Tipis paru menyerupai
(1-2mm- cm) kelenjer hilus
radang paru
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Foto polos thoraks

Pada pneumokoniosis digunakan klasifikasi standar menurut


International Labour Organization (ILO) untuk interpretasi gambaran
radiologi kelainan parenkim difus yang terjadi.

Perselubungan Perselubungan Tingkat


halus kasar kerapatan
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Foto polos thoraks (cont)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Foto polos thoraks (cont)

Gambar 1. Gambaran radiologi paru


pneumokoniosis pada pekerja batubara
(A) simpel pneumokoniosis (B)
prorgresif masif fibrosis.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

 Gambar 3. Rontgen Thoraks (posisi


 Gambar 2. Rontgen thorak PA) Pneumokoniosis komplikasi
(posisis PA) pekerja pabrik dengan nekrosis fibrosis progresif
masif
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

 Gambar 4. Gambaran nodul dengan  Gambar 5. Gambaran fibrosis masif yang


diameter 2-5 mm di zona tengah dan progresif di daerah tengah dan atas paru
atas paru pada pasien silikosis. pada pasien silikosis lanjut.
Gambar : Egg shell app. pada silikosis
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

USG

Komplikasi yang
Melihat komplikasi yang terdapat pada pleura
ditimbulkan oleh diantaranya pleural
pneumokoniosis plaq, efusi pleura,
penebalan pleura difus

Sering ditemukan pada


pneumokoniosis akibat
asbestos
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

USG
Gambar 6. Tampak efusi dengan
septasi multipel pada pasien
pekerja tambang batu bara
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PEMERIKSAAN PENUNJANG FAAL PARU

Tujuan Pemeriksaan
Spirometri
Studi epidemiologi pekerja yang • Normal
terpajan debu • Obstruksi
• Restriksi
• Campuran

Diagnosis penyakit paru akibat


kerja Kapasitas Difusi (Dlco)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Pemeriksaan Penunjang Analisis Debu penyebab

Sputum

Bronchoalveolar
Biopsi paru terbuka Analisis lavage/BAL

Biopsi transbronkial
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Bronchoalveolar lavage (BAL)

 Debu dalam makrofag

 Serat asbes dan asbestos body (AB)  Asbestosis

 Makrofag berisi partikel granit  Silikosis


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

DIAGNOSIS

ANAMNESIS Riwayat pekerjaan


Keluhan yang seperti lama
dirasakan oleh bekerja,
penderita penempatan tugas,
dan lingkungan

Riwayat pekerjaan seperti


lama bekerja, penempatan
tugas, dan
lingkungan
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

DIAGNOSIS

Kriteria mayor diagnosis Pajanan signifikan dengan debu yang dicurigai


dapat menyebabkan pneumokoniosis dan disertai
dengan periode laten yang mendukung

Gambaran spesifik penyakit terutama pada kelainan


radiologi dapat membantu menentukan jenis
pneumokoniosis

Tidak dapat dibuktikan ada penyakit lain yang


menyerupai pneumokoniosis
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

TATALAKSANA

Medikamentosa: Simptomatis, mengurangi


kemungkinan komplikasi

Pemeriksaan berkala, Pemeliharaan


pengontrolan kadar kesehatan:
debu di lingkungan Menghindari merokok,
kerja vaksinasi
Laporan Kasus

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Tanggal Lahir : 11 Desember 1955
Usia : 62 tahun
Alamat : Batu payung kecamatan lareh sago
halaban, lima puluh kota sumatera barat
Pekerjaan : Penambang batu emas
No. RM : 489805
Tanggal masuk RS : 21 Februari 2018
ANAMNESIS

Keluhan utama :
Pasien mengeluhkan sesak nafas meningkat sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit sekarang:


Sesak nafas meningkat sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak tidak menicut,
meningkat dengan aktivitas, dan tidak dipengaruhi cuaca dan makanan.
Batuk sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk berdahak warna putih dan
kental. Riwayat batuk sebelumnya (+)
Batuk darah (-), riwayat batuk darah (+) 6 tahun yang lalu
Nyeri dada kanan (+) sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak menjalar, riwayat
nyeri dada sebelumnya (-)
Demam (+) sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, demam
dirasakan terus menerus, tidak menggigil, riwayat demam
sebelumnya (-)
Keringat malam (-), riwayat keringat malam (+) 6 tahun yang lalu
Penurunan nafsu makan (+), BB menurun 3 kg.
Mual (-)
Muntah (-)
Nyeri ulu hati (-)
BAB dan BAK tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat minum OAT (+) 6 tahun yang lalu, tahun 2012. OAT didapatkan
dari puskesmas Pasaman. Diminum selama 3 bulan. Pasien
memberhentikan sendiri pengobatan.
Riwayat DM (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat keganasan pada organ lain (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat TB dalam keluarga (-)
Riwayat Hipertensi dalam keluarga (-)
Riwayat DM dalam keluarga (-)
Keganasan pada organ lain dalam keluarga (-)
Riwayat pekerjaan, sosial-ekonomi, kebiasaan
Pasien bekerja sebagai penambang batu emas sejak tahun 1987
hingga sekarang dengan aktifitas fisik berat
Pasien seorang perokok berat, merokok 32 batang per hari selama
40 tahun. Berhenti sejak 2 minggu yang lalu
Pasien memiliki riwayat minum alkohol (+)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Vital Sign :
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis Cooperatif
Suhu : 37 C
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi Nafas : 24 x/menit
Frekuensi Nadi : 86x/menit

Kepala : normocephal, rambut hitam dan tidak mudah


dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/- Sklera ikterik -/-
Hidung : Nafas cuping hidung (-), sianosis (-)
Bibir : sianosis (-)
Leher :
JVP : 5+0 cmH20
Trakea : tidak ada deviasi trakea
KGB : tidak ada pembesaran KGB

Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba 1 jari medial linea midklavikula
sinistra RIC V
Perkusi : Atas = RIC II
Kiri = 1 jari medial linea midklavikula sinistra RIC V
Kanan = Linea sternalis dekstra
Auskultasi : S1 S2 reguler, bising jantung (-), Gallop (-)
Paru depan (dada) :
Inspeksi : Statis : Dada kanan lebih cembung dari kiri (unilateral prominence)
Dinamis : Pergerakan dada kanan tertinggal dari dada kiri
Palpasi : fremitus kanan lebih lemah dibanding fremitus kiri
Perkusi : Paru kanan : redup
Paru kiri : sonor
Auskultasi : Suara nafas paru kanan melemah dibanding paru kiri.
Rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Paru belakang (Punggung) :


Inspeksi : Statis : dada kanan lebih cembung dari kiri (unilateral prominence)
Dinamis : pergerakan dada kanan tertinggal dari dada kiri
Palpasi : fremitus kanan lebih lemah dari kiri
Perkusi : Paru kanan : redup
Paru kiri : sonor
Auskultasi : Suara nafas paru kanan melemah dibanding paru kiri.
Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+), normal

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan


Ekstremitas : Tidak ada edem di semua ekstremitas,
tidak ditemukan clubbing finger tangan kiri dan kanan,
akral hangat, CRT < 2 detik.
Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 13,1 g/dl
Leukosit : 13.480
Ht : 36,3%
Hitung jenis leukosit : 0,4/0,9/83,8/8,8/6,1
Ureum : 27 mg/dl
Creatinin : 0,92 mg/dl
GAMBARAN RONTGEN TORAK

Kesan :
Tampak fibroinfiltrat di kedua
lapangan paru
Diagnosa Kerja : pneumokoniasis
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

KESIMPULAN
Pneumokoniasis : bagian dari penyakit paru kerja akibat inhalasi
partikel debu.

Sering industri pertambangan dan perkebunan

Pneumokoniosis terbanyak di Indonesia  Silikosis, asbestosis


dan pneumokoniosis batu bara

Prevalensi : 0,5 – 9,8 %


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

Gejala  batuk, produksi sputum (kadang dapat berwarna


hitam) dan sesak nafas
Pemfis  ditemukan rhonki basah kasar

Penunjang : Radiologi, faal paru, analisis debu

Diagnosis pneumokosis ditegakkan berdasarkan tiga kriteria

Penatalaksanaan : medikamentosa dan pencegahan

Anda mungkin juga menyukai