Anda di halaman 1dari 54

Dr. Heidy Agustin Sp.

P(K)
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran
Respirasi, FKUI, RSUP Persahabatan
• Tuberkulosis adalah penyakit menular

• Penyebab :
kuman Mycobacterium tuberculosis

• Menyerang :→ paru-paru
→ organ-organ lain
• Batuk darah
• Batuk lebih dari 2-3 minggu
• Keringat malam
• Napsu makan menurun
• Berat badan menurun
• Demam tidak terlalu tinggi
penemu kuman
Mycobacterium
tuberculosis sebagai
penyebab penyakit
tuberkulosis (1882)

Sekarang….?
Temuannya dalam
diagnosis TB sering
dilupakan oleh
sebagian besar dokter
Kuman Mycobacterium tuberculosis

• Bentuk : batang
• Tahan terhadap asam pada pewarnaan
( BTA = Batang Tahan Asam )
• Mati bila terkena sinar matahari
• Dapat bersifat dormant
Pasien dengan BTA (+)

Batuk/ bersin-bersin
Droplet nuclei

Masuk saluran nafas

Sistem Saluran Limfe Sistem


Sirkulasi Darah Menyebar
langsung

Bagian tubuh lain


1. Peringkat Indonesia : kasus terbanyak no 3 di dunia ( 1.
India . 2. China. 3. Indonesia)
2. Jumlah kasus di Indonesia : 842.000, tercatat : 446.732.
Kasus belum terlapor: 47%
3. Keberhasilan Pengobatan : 86%
4. TBC Anak: 52.929
5. TBC pada HIV : 7.729
6. TBC pada DM : 11% dari pasien DM
7. TBC Resisten Obat (RO/MDR):3.119
• HIV/AIDS
• Keadaan yang menurunkan keadaan imunitas tubuh:
pemakaian kortikosteroid jangka waktu lama
• Silikosis
• Malnutrisi,kurang gizi
• Terpajan polusi dan asap (rokok, asap kendaraan bermotor,
asap pabrik)
• Diabetes Mellitus
Resiko Penularan
• Makin banyak jumlah kuman dalam droplet
(= derajat positif hasil dahak)
• Makin banyak konsentrasi droplet
• Makin lama terhirup udara yang mengandung droplet

MAKIN MENULAR
FAKTOR RISIKO KEJADIAN TB

transmisi

Risiko mjd TB bila HIV (+)


Juml kasus BTA (+)
• 5-10 % setiap thn
Fc lingkungan
• > 30 % life time
Fc perilaku

HIV (+) SEMBUH

TERPAJAN ===

INFEKSI
10%
TB MATI

Konsentrasi kuman Keterlambatan dx & tx


Malnutrisi
Lama kontak Tatalaksana tdk adekuat
DM
Kondisi kesehatan
Imunosupr
PATOGENESIS
I. INFEKSI PRIMER
Kuman TB

Saluran Nafas Sembuh


Sembuh Dengan
Alveolus GHON FOCUS KOMPLEK Bekas
PRIMER
Menyebar
Saluran Limfe RANKE

Kelenjar Limfe

• Kelanjutan infeksi primer tergantung banyaknya kuman & daya tahan tubuh
• Beberapa kuman akan menetap → PERSISTER/ DORMANT
TB PARU TB EKSTRA PARU
Sering Jarang

-Cavitas - Effusi Pleura - Empyema


- Upper lobe infiltrate - Limfadenopati - Traktus Urogenital
- Fibrosis cervical - Ginjal
- Progresive Pneumonia - Pericarditis - Kelenjar Adrenal
- Endobronchial - Gastrointestinal - Kulit
- Spondilitis
1. Paru
2. Kelenjar limfa
3. Tulang : vertebrae, pinggul, lutut dll
4. Otak / Meninggiti TBC
5. Saluran cerna
6. Kulit
7. Alat reproduksi
8. Mata, THT
1. Demam-demam, sering tidak
tinggi
2. Berat Badan turun
3. Berkeringat berlebihan pada
malam hari
4. Batuk- batuk >2 minggu
a. demam yang tdk terdiagnosis
(sering ditatalaksana sebagai demam tipus)
b. TB ekstra Paru: lakukan ekplorasi TB paru
c. DM dengan hiperglikemi: eksplorasi TB Paru,
karena 10% pasien DM terinfeksi TB
d. Luka dan ganggren DM yang sulit sembuh
(terutama ulkus durum)
• Pasien TB dipisahkan ruangan nya, paling tidak harus memakai
masker 2 lapis
• Bila kasus TB ditemukan harus di cek DM, HIV, status gizi,
pekerjaan pasien
• Sebaliknya bila ditemukan pasien DM hiperglikemia dengan
segala akibatnya termasuk ganggren, disarankan dengan
sangat kuat agar di eksplorasi kemungkinan ada infeksi TB,
lakukan foto toraks, LED
Temukan TB Obati Sampai Sembuh (TOSS)
dengan konsep 4 Benar:
1. Benar diagnosisnya adalah TBC
2. Benar regimen obat TBC nya, harus
minimal 4 macam obat TBC (RHZE/S)
3. Benar dosis obatnya, sesuai berat badan
4. Benar lama pemberian obatnya
1. TB Pleura: Pleuritis, Efusi Pleura, Empiema, Pneumotoraks
2. TB kelenjar getah bening
3. TB Mamae
4. TB peritonium
5. TB saluran urogenital
6. TB sistem saraf pusat
7. TB tulang, sendi dan osteomyelitis
8. TB endometrium
9. TB perikardial
10. TB kulit
11. TB retina
12. TB laring, sinus, tonsil.
1. TB Milier
2. TB dengan Diabetes Melitus
3. TB dengan HIV/AIDS
4. TB pada Ibu Hamil dan Menyusui
5. TB dengan Gagal Ginjal
6. TB dengan hepatitis
7. Hepatitis Imbas OAT
8. TB pada Geriatri
9. TB pada Gangguan Imun
Komplikasi
• Hemoptisis Berat Syok hipovolemik
Sumbatan Jalan Nafas
• Atelektasis
• Bronkiektasis
• Fibrosis
• Pneumothorax spontan
• Penyebaran infeksi ke organ lain
• Insufisiensi kardiopulmoner
• Tanda fisik penderita TB tidak khas
• Tergantung lokasi kelainan & luas kelainan struktur
paru
• Dapat berupa : penarikan struktur sekitar, ronkhi
basah
• Pada effusi pleura : gerak nafas ↓, keredupan, suara
nafas menurun
• Pada TB : kelenjar Limfe > (sering di leher) ;
Scrofuloderma
• Pemeriksaan bakteri :
* Spesimen : dahak, cairan pleura, CSF, Cairan
lambung
* Dapat dilakukan secara mikroskopis & biakan
* Gen Xpert
• Pemeriksaan histopatol : biopsi
• Pemeriksaan penunjang
- Kurang spesifik
- LED → evaluasi ?
- Serologi : ELIZA, Mycodot, PAP
• OAT lini pertama yang sangat penting
• Digunakan untuk TB aktif dan TB latent
• Aktivitas bakterisid tinggi
• Aman
• Jika resisten INH dapat mengancam penurunan
efektivitas pengobatan TB
• Harganya murah
• Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak
berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya.
• Menurut WHO: hampir semua OAT aman untuk
kehamilan, kecuali Streptomisin (permanent ototoxic dan dapat
menembus barier placenta). Keadaan ini dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan pendengaran dan
keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan.
• Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan
• pengobatan sangat penting artinya supaya proses
• persalinan berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan
• terhindar dari kemungkinan tertular TB.
• Prinsip pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda
dengan pengobatan TB pada umumnya. Semua jenis OAT aman
untuk ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderita B
harus mendapat OAT secara adekuat.
• Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik
untuk mencegahpenularan kuman TB pada bayinya.
• Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat
terus disusui.
• Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi
tersebut sesuai dengan berat badannya.
• Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi
• hormonal (pil KB, suntikan KB, implant/susuk
• KB), sehingga dapat menurunkan efektifitas
• kontrasepsi tersebut. Seorang pasien TB
• sebaiknya menggunakan kontrasepsi nonhormonal,
• atau kontrasepsi yang mengandung
• estrogen dosis tinggi (50mcg)
• Tatalaksana pengobatan TB pada pasien dengan infeksi
HIV/AIDS fase lanjutan setiap hari, mendahulukan
pengobatan TB.
• Sebaiknya diberikan secara terintegrasi dalam satu UPK untuk
menjaga kepatuhan pengobatan secara teratur.
• Pasien TB yang beresiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu
dirujuk ke pelayanan VCT (Voluntary Counceling and Testing=
Konsul sukarela dengan test HIV)
Kebijakan TB-HIV (dalam Permenkes 21)
 Penawaran Tes HIV
pada seluruh pasien TB
tanpa memandang
faktor risiko HIV (Pasal
22, 23, 24:
Pemeriksaan Diagnosis
HIV)
 Pemberian ARV pada
pasien ko-infeksi TB-
HIV tanpa melihat nilai
CD4 (Pasal 34 :
Pengobatan dan
Perawatan)
• Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut
• atau klinis ikterik, ditunda sampai hepatitis akutnya
• mengalami penyembuhan.
• Pada keadaan di mana pengobatan TB sangat
• diperlukan dapat diberikan streptomisin (S) dan
• Etambutol (E) maksimal tiga bulan sampai hepatitisnya
• menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin (R) dan
• isoniazid (H) selama 6 bulan.
• Bila ada kecurigaan gangguan faal hati, dianjurkan
pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan TB.

• SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 5 kali dan bilirubin lebih
dari 3 kali OAT tidak diberikan dan bila telah dalam
pengobatan, harus dihentikan.
• Pasien dengan kelainan hati, Pirazinamid (Z) tidak
boleh digunakan. Paduan OAT yang dapat dianjurkan
adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE
• Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z) dapat di
ekskresi melalui empedu dan dapat dicerna menjadi
senyawa yang tidak tosik. OAT jenis ini dapat diberikan
dengan dosis standar pada pasien-pasien dengan gangguan ginjal.
• Streptomisin dan Etambutol diekskresi melalui ginjal,
oleh karena itu hindari penggunaannya pada pasien
dengan gangguan ginjal. Apabila fasilitas pemantauan
faal ginjal tersedia, Etambutol dan Streptomisis tetap
dapat diberikan denagn dosis yang sesuai faal ginjal.
• Panduan OAT yang paling aman untuk pasien dengan
gagal ginjal adalah 2HRZ/4HR
• Diabetes harus dikontrol. Penggunaan Rifampisis dapat
mengurangi obat oral anti diabetes (sulfonil urea) sehingga dosis
obat antidiabetes perlu ditingkatkan.
• Insulin dapat digunakan untuk mengontrol gula darah,
setelah selesai pengobatan TB, dilanjutkan dengan anti
diabetes oral.
• Pada pasien DM sering terjadi komplikasi retinopathy
diabetika, oleh karena itu hati-hati dengan pemberian
etambutol, karena dapat memperberat kelainan tersebut.
• Kortikosteroid (menekan peradangan / anti inflamasi)
hanya digunakan pada keadaan khusus yang
membahayaan jiwa pasien seperti:
• Meningitis TB
• TB milier dengan Pleuritis eksudativa
• TB dengan Perikarditis konstriktiva
• Selama fase akut prednison diberikan dengan dosis 30-
• 40 mg per hari, kemudian diturunkan secara bertahap.
• Lama pemberian disesuaikan dengan jenis penyakit
dankemajuan pengobatan.
• Pasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi
(reseksi paru), adalah:
1. Untuk TB paru:
• Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi
dengan cara konservatif.
• Pasien dengan fistula bronkopneumonia dan empiema
yang tidak dapat diatasi secara konservatif.
• Pasien MDR TB dengan kelainan paru yang terlokalisir.
2. Untuk TB ekstra paru:
• Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya
• pasien TB tulang yang disertai kelainan neurologik.
• TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai