Anda di halaman 1dari 19

GANGGUAN SOMATOFORM

PEMBIMBING KLINIK
dr. Andi Soraya, m.kes, Sp.KJ
DEFINISI
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok
gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya,
nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak dapat ditemukan
penjelasan medis yang adekuat.
Pada gangguan somatoform, orang memiliki simptom
fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak
ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagai
penyebabnya. Gejala dan keluhan somatik menyebabkan
penderitaan emosional/gangguan pada kemampuan
pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau
pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh
pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.
ETIOLOGI
 Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh
genetis (biasanya pada gangguan somatisasi).
 Faktor Psikososial
Penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala
sebagai suatu tipe komunikasi sosial, hasilnya adalah
menghindari kewajiban, mengekspresikan emosi atau untuk
mensimbolisasikan suatu perasaan atau keyakinan (contoh:
nyeri pada usus seseorang).
MANIFESTASI KLINIS
 Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi
menjadi3
F.45.0 gangguan somatisasi
F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci
F.45.2 gangguan hipokondriasis
F.45.3 disfungsi otonomik somatoform
F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap
F.45.5 gangguan somatoform lainnya
F.45.6 gangguan somatoform YTT
DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan
klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah dengan gangguan
konversi, dan gangguan dismorfik tubuh. Pada bagian
psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah
gangguan somatisasi dan hipokondriasis.
 F45.0 Gangguan Somatisasi
PedomanDiagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
1. Ada banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang
tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang
sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun.
2. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari bebarapa
dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan
keluhannya.
3. Terdapat disabilitas dalam fungsinya dimasyarakat dan
keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluha-keluhannya dan
dampak dari prilakunya
 F45.1 Gangguan Somatoform Tak Terinci
Pedoman Diagnostik:
1. Ada banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang
tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang
sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun.
2. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari bebarapa
dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan
keluhannya.
3. Terdapat disabilitas dalam fungsinya dimasyarakat dan
keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluha-keluhannya dan
dampak dari prilakunya
 F45.2 Gangguan Hipokondrik
Untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus ada:
1. Keyakinan yg menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit
fisik yg serius yg melandasi keluhan-keluhannya, meskipun
pemerikasaan yg berulang-ulang tidak menunjang adanya alasan
fisik yg memadai, ataupun adanya peokupasi yg menetap
kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan
fisiknya ( tidak sampai waham);
2. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari
bebearap dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau
abnormalitas fisik yg melandasi keluhan.
 F45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform
Pedoman diagnostik Diagnosis pasti, memerlukan semua hal
berikut:
1. Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi,
berkeringat, tremor, muka panas/”flushing”, yg menetap dan
mengganggu;
2. Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau orgab
tertentu (gejala tidak khas);
3. Preokupasi dengan dan penderitaan (disterss) mengenai
kemungkinan adanya gangguan yang serius (sering tidak begitu khas)
dari sistem atau organ tertentu, yg tidak terpengaruh oleh hasil
pemeriksaan berulang, maupun penjelasan dari para dokter;
4. Tidak terbukti adanya gangguan yg cukup berarti para
struktur/fungsi dari sistem atau organ yg dimaksud.
 F45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap
Pedoman diagnostik
1. Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap,
yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses
fisiologik maupun adanya gangguan fisik.
2. Nyeri timbul dalam hbungan dengan adanya konflik emosional
atau problem psikososial yg cukup jelas untuk dapat dijadikan
alasan dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut.
3. Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan,
baik personal maupun medis, untuk yang bersangkutan.
 F45.8 Gangguan Somatoform lainnya
Pedoman diagnostik
1. Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui sistem saraf otonom,
dan terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu. Ini
sangat berbeda dengan gangguan Somatisasi (F45.0) dan Gangguan
Somatoform Tak Terinci (F45.1) yg menunjukkan keluhan yg banyak dan
berganti-ganti
2.Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan.
3. Gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok ini:
4.“globus hystericus” (perasaan ada benjolan di kerongkongan yg
menyebabkan disfagia) dan bentuk disfagia lainnya.
5. Tortikolis psikogenik, dan gangguan gerakan spasmodik lainnya (kecuali
sindrom Tourette);
6. Pruritus psikogenik;
7. Dismenore psikogenik;
8. “teet grinding”
TATALAKSANA
 Tujuan pengobatan
1. Mencegah adopsi dari rasa sakit, invalidasi (tidak
membenarkan pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada
dalam pikiran tidak untuk kehidupan nyata).
2. Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-
tes diagnosis, treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu.
3. Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid
(memperparah kondisi).
 Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial
A. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama
B. Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang
memadai
C. Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke
masalah sosial.

 Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik


A. Diberikan hanya bila indikasinya jelas
B. Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi
C. Anti anxietas dan antidepressant.
 OBAT ANTI – ANXIETAS
Golongan Benzodiazepin
1.Diazepam (Lovium, Mentalium, Valium dll.)
2.Chlordiazepoxide ( Cetabrium, Tensinyl, dll.)
3. Bromazepam (Lexotan)
4. Lorazepam (Ativan, Renaquil, Merlopan)
5. Alprazolam (Xanax, Alganax, Calmlet, dll.)
6. Clobazam (Frisium)
Golongan Non- Benzodiazepin
1. Buspirone (Buspar, Tran-Q, Xiety)
2. Sulpiride (Dogmatil-50)
3. Hydroxyzine (Iterax)
 OBAT ANTI – DEPRESI
Golongan Tricyclic Compound
1. Amitriptyline (Amitriptyline)
2. Imipramine (Tofrani)
3. Clomipramine (Anafranil)
4. Tianeptine (stablon)

Golongan Tetracyclic Compound


1. Maprotiline (Ludiomil)
2. Mianserin (Tolvon)
3. Amoxapine (asendin)
 Golongan Mono-Amine-Oxydase Inhibitor (MAOI)- Reversible
1. Moclobemide (Aurorix)
2.Golongan Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI)
3. Sertraline (Zoloft)
4. Paroxetine (Seroxat)
5. Fluvoxamine (Luvox)
6. Fluoxetine (Prozac, Nopres)
7. Citalopram (Cipram)
 Golongan atypical Antidepresants
1. Trazodone (Trazone)
2. Mirtazapine (Remeron)
PROGNOSIS
Dubia et malam. Pasien susah sembuh walau sudah
mengikuti pedoman pengobatan. Sering kali pada pasien
wanita berakhir pada percobaan bunuh diri
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai