Anda di halaman 1dari 26

EXANTHEMATOUS ERUPTION DRUGS

JOURNAL READING

FEBRI SIDIQ ARTHAROSA


01.210.6158

Pembimbing
dr.Endang Sukmawati, Sp.KK
Identitas Jurnal

• Exanthematous Eruption Drugs


TITLE

• Robert S. Stern, M.D.


WRITTER

• The New England Journal of Medicine, 366;66


PUBLISHED
KASUS JOURNAL

Wanita 50
tahun, bipolar
Tidak
fase depresi,
demam,
ruam pruritus
memiliki riw.
1 hari
eksema, riw.
alergi AB
Sulfonamid

Tiroksin,
Nafroxen
intermiten,
Lamotrigin

Evaluasi dan
penanganan ??
Masalah Klinis
Di Amerika Serikat setiap harinya ada lebih dari 300 juta pasien membeli resep obat dan
jutaan orang membeli obat secara langsung di toko obat. Rata - rata mereka adalah
pengguna pertama kali obat tersebut.

Reaksi efek samping pada kulit yang sering terjadi yaitu oleh karena penicillin,
cephalosphorin, sulfonamid, dan alupurinol (dengan insidensi hingga 50 kasus per 1000
pengguna baru) dan khususnya obat kejang anti aromatik, termasuk carbamazepine,
phenytoin, dan lamotrigine ( dengan insidensi hingga 100 kasus per 1000 pengguna baru).

Reaksi tersebut dapat berupa ringan tanpa gejala sampai dengan kondisi yang
mengancam jiwa. Reaksi kulit mungkin sulit untuk dibedakan dari ruam umum yang tidak
terkait dengan penggunaan obat, terutama virus eksantematosa.
•Morbiliformis atau makulopapular erupsi
obat
•Urtika dan angioderma
Gambaran •Eritroderma
klinis erupsi •Purpura
•Fotosensitifitas
obat •Vaskulitis
•Pustulosis dan eksantematosa generalisata
akut

Bentuk lebih •Stevens-Johnson syndrome (SSJ)


serius •Nekrolisis Epidermal Toksik (TEN)
•Acute Generalized Exathematous
Pustulosis (AGEP)
•Drug Reaction Eosinophilia and
Systemic Symptoms (DRESS)
ERUPSI OBAT EKSANTEMATOSA
 Erupsi obat eksantematosa biasa disebut morbiliformis
atau ruam makulopapular terjadi dalam 1 sampai 5 %
pada pengguna pertama dihampir semua obat.
 Reaksi pruritus biasanya muncul 4 sampai 21 hari setelah
seseorang mengkonsumsi obat. Bentuk ruamnya simetris,
merah muda sampai merah dan papul yang menyebar
cepat.
 Pasien dengan infeksi virus human imunodefisiensi atau
transplantasi sumsum tulang memiliki resiko lebih tinggi.
 Pengelolaan yang paling penting adalah pemberhentian
obat-obatan penyebabnya. Pengobatan simptomatis
seperti antipruritus dan glukokortikoid topikal bisa
membantu.
 Tanda dan gejala yang harus diwaspadai adalah reaksi
kulit yang parah, keterlibatan selaput lendir, suhu diatas
38.5 C, edema wajah, eritema wajah, limfadenopati.
A dan B memperlihatkan erupsi obat
eksantematosa dengan makula dan papula
yang bervariasi ukurannya dan cenderung
membentuk plak. Erupsi pada panel A relatif
ringan dengan makula dan papula kemerahan
simetris , Erupsi yang diperlihatkan di panel B
lebih intens dengan lesi yang lebih merah dan
indurasi.
Panel C memperlihatkan
reaksi eksantematosa
yang melibatkan kaki,
dengan makula dan
papula merah dan
membentuk plak.
Panel D,
memperlihatkan
urtikaria dengan
karakteristik central
blancing dan red rim.
Panel E, reaksi
fototoksik akibat
doksisiklin
Panel F, fixed drug eruption
dengan hiperpigmentasi
dari reaksi sebelumnya
karena ada paparan
ulang dari obat penyebab.
Panel G, memperlihatkan
campak dengan papul
dan makula yang
kemerahan, membentuk
plak pada pasien yang
baru saja mendapatkan
dosis tunggal vaksin.
Tabel 1. Infeksi yang dipilih dan Kondisi lain yang Sering Sertakan eksantema dan
Karakteristik yang Membantu Membedakan Mereka dari Erupsi Obat Eksantematosa

Diagnosis Deskripsi dan Ciri Yang Membedakan

Measles (rubeola) Ruam yang terbentuk yaitu morbiliformis (yang berarti "seperti-
campak"), istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan
erupsi obat eksantematosa dan biasanya gatal. Tidak seperti
kebanyakan erupsi obat, ruam yang terlihat pada campak sering
dimulai pada kepala dan leher dan menyebar dengan cepat. Ini
biasanya dimulai beberapa hari setelah timbulnya demam, batuk dan
konjungtivitis. Bintik-bintik putih pada mukosa bukal (bintik Koplik)
membantu mendirikan diagnosis, yang khas ruam dapat terjadi pada
orang dewasa yang divaksinasi sebelumnya, atau yang tidak lengkap
divaksinasi.

Rubella Gejala biasanya lebih ringan daripada yang terlihat di campak, dengan
ruam serupa yang biasanya menghilang dalam

3 atau 4 hari. Ruam sering disertai dengan demam, adenopati, dan


arthralgia.

Roseola infantum Anak-anak memiliki suhu tinggi selama 3 sampai 5 hari; lalu biasanya
sembuh saat waktu timbulnya ruam, merah muda, erupsi berumur
pendek. Human herpesvirus 6 adalah penyebab paling sering. Pada
orang dewasa memiliki adenopati serviks, dengan ruam variabel dan
demam yang bisa berlangsung selama berbulan-bulan. Ruam biasanya
dimulai pada batang dan menyebar ke wajah dan ekstremitas.
Erythema Pada anak-anak, demam (dengan karakteristik "menampar
infectiosum pipi") berlangsung 2 sampai 4 hari sebelum ruam umum, yang
dimulai pada ekstremitas proksimal dan menyebar baik di pusat
dan perifer. Pada orang dewasa, arthralgia, yang dapat bertahan
selama berminggu-minggu, dan demam yang menonjol. Ruam
seringkali memiliki pola livedo. Keterlibatan wajah kurang
menonjol pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak.
Penyakit ini disebabkan oleh Parvovirus B19

Infectious Pada remaja dan dewasa, ruam biasanya berhubungan dengan


mononucleosis administrasi aminopenicillin, dengan onset dalam waktu 3 hari
setelah pemberian (onset lebih cepat daripada biasanya untuk erupsi
obat). Pasien mungkin memiliki ruam dengan readministration dari
aminopenicillin setelah pemulihan.

Acute graft-versus- Ruam biasanya terjadi 2 sampai 4 minggu setelah transplantasi.


host disease Mungkin pruritus. Jika umum, ruam seringkali sulit untuk
membedakan secara klinis dari erupsi obat eksantematosa.

Acute human Ruam memiliki onset akut 1 sampai 6 minggu setelah infeksi dan
immunodeficiency biasanya disertai dengan demam, malaise, mialgia, arthralgia, dan
virus limfadenopati. Ini adalah ruam eksantematosa simetris yang
seroconversion melibatkan wajah, telapak tangan, dan telapak kaki. Bisa didapatkan
jenis ulkus oral dan kelamin.

Other viral Agen penyebab termasuk echoviruses, virus coxsackie, togavirus, dan
exanthems lain-lain.
Evaluasi
 Ruam
 Terkait obat yang digunakan?
 Bisa menjadi memburuk?
 Obat
 Yang paling mungkin menjadi penyebabnya
 Yang harus segera dihentikan
 Penggunaan obat dimasa datang
 Gejala lain
 Demam
 Malaise
 Sakit tenggorokan
DIAGNOSIS
 Anamnesis
 Obat yang dikonsumsi
 Rasa gatal disertai demam subfebril
 Erupsi muncul pertama kali dengan lesi simetris
dan luas
 Batas maksimal dalam waktu 2 hari
 Memudar dalam waktu seminggu
 Bentuk kelainan yg timbul : eritema, urtikaria,
purpura, eksantema, papul, eritroderma.
Menunjukkan indurasi,
makula dan papula merah
keunguan bergabung
seperti membentuk plak
pada pasien yang memiliki
ruam obat dengan
meningkatnya eosinofilia
dan gejala sistemik (DRESS).
Menunjukkan luas,
papula edema terang-
merah dan plak pada
pasien dengan sindrom
Stevens-Johnson.
Beberapa lesi purpura.
Menunjukkan
eksantematosa pustulosis
generalisata akut dengan
gambaran pustul kecil,
yang sebagian besar
terkonsentrasi di pinggiran
plak eritematosa di daerah
lentur (misalnya, aksila),
dan tersebar papula dan
plak, beberapa dengan
pustula.
Menunjukkan lesi
eritematosa pada pasien
dengan fase awal vaskulitis
kulit. Lesi tidak sepenuhnya
pucat dan menjadi
purpura dalam beberapa
hari.
Menunjukkan lesi target merupakan ciri khas
eritema multiforme yang biasanya bukan
karena obat. Lesi tersebut memiliki tiga zona:
sebuah papul eritematosa pucat atau
kehitaman, cincin tengah edema, dan cincin
luar eritematosa.
Pengelolaan
 Identifikasi & penarikan cepat obat penyebab.
 Kortikosteroid
 Prednison 30mg sehari
 Antihistamin
 diphenhydramine dan hydroxyzine (gol sedatif)
 Topikal
 Luka kering  as. Salisilat cr 2%
 Luka basah  kompres NaCL
 Kortikosteoroid topikal  hidrokortisone 1%-2,5%
Kesimpulan dan Rekomendasi
 Pasien yang dijelaskan diawal, hampir pasti memiliki
erupsi obat eksantematus karena lamotrigin.
 Pasien juga harus disarankan untuk berhenti minum
lamotrigin dan meminta psikiater untukmeresepkan
obat alternatif yang tidak menimbulkan erupsi obat.
 Merekomendasikan bahwa ia sebaiknya
menggunakan emolien dan mengkonsumsi
antihistamin sebelum tidur.
 Merekomendasikan pengobatan dengan
glukokortikoid topikal kuat selama 1 minggu
 Pasien harus diberi konseling untuk menghindari obat
ini dan amina aromatik lainnya, termasuk fenitoin dan
karbamazepin.

Anda mungkin juga menyukai