Anda di halaman 1dari 17

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU PENYAKIT PARU


RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU
MEDAN

GAGAL NAFAS

Oleh :
Jeanne Meilisa Sitopu
Definisi
 Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem
pernafasan untuk mempertahankan suatu keadaan
pertukaran antara atmosfer dan sel-sel tubuh yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh normal
 Gagal napas terjadi bila:
 PO2 arterial(PaO2) < 60 mmHg
 PCO2 arterial (PaCO2) > 45 mmHg

 Gagal nafas dibedakan


 Tipe hiperkapnia
 Tipe hipoksemia
Etiologi
 Kelainan SSP, seperti: tumor
 Kelainan sistem saraf perifer, otot pernapasan, dan dinding
dada
 Tipe hipoksemia sering disebabkan oleh kelainan yang
mempengaruhi parenkim paru meliputi jalan nafas, ruang
alveolar, intersisiel, dan sirkulasi pulmoner.
 Gagal nafas tipe hiperkapnia sering disebabkan oleh
kelainan yang mempengaruhi komponen non-paru dari
sistem pernafasan yaitu dinding dada, otot pernafasan,
atau batang otak
11/13/2019
Patofisiologi
 Mekanisme gangguan pertukaran gas pada sistem
respirasi :
 Hipoventilasi
 Right to left shunting of blood
 Gangguan difusi
 Ventilation/perfusion mismatch, V/Q mismatch.

 Kelainan extrapulmoner menyebabkan hipoventilasi


 Kelainan intrapulmoner dapat meliputi seluruh
mekanisme tersebut
Gagal Nafas tipe hipoksemia
 Hipoksemia menunjukkan PO2 yang rendah di
dalam darah arteri (PaO2) dan dapat digunakan
untuk menunjukkan PO2 pada kapiler, vena dan
kapiler paru.
 Rendahnya kadar O2 darah atau berkurangnya
saturasi oksigen di dalam hemoglobin.
Patofisologi Gagal Nafas Hipoksemia

 Berkurangnya PO2 alveolar


 Meningkatnya pengaruh campuran darah vena
(venous admixture).
 Jika darah vena yang bersaturasi rendah kembali
ke paru, dan tidak mendapatkan oksigen selama
perjalanan di pembuluh darah paru, maka darah
yang keluar di arteri akan memiliki kandungan
oksigen dan tekanan parsial oksigen yang sama
dengan darah vena sistemik.
Klasifikasi Gagal Nafas
 Type 1 Akut  Type 2 kronik
Hiposekmia Hiperkapnia
PaO2 < 60 mmHg
dengan normal atau PaCO2 > 50 mmHg
PaCO2  sering kali disertai
 Berhubungan dengan hiposekmia
penyakit paru akut,  OD, Penyakit sistem
edema (Kardiogenik,
Non-kardiogenik saraf, deformitas
(ARDS), Pneumonia, dinding dada dinding,
Perdarahan paru, COPD, dan Asma
kolaps. Bronkial
11/13/2019
Manifestasi Klinis Gagal Nafas Hipoksemia

 Hipoksemia arterial meningkatkan ventilasi melalui


stimulus kemoreseptor glomus karotikus, diikuti
dispnea, takipnea, hiperpnea, dan biasanya
hiperventilasi
 Hipoksia menyebabkan pergeseran metabolisme ke
arah anaerobik disertai pembentukan asam laktat.
 Hipoksia dini yang ringan dapat menyebabkan
gangguan mental, terutama untuk pekerjaan
kompleks dan berpikir abstrak.
 Hipoksia yang lebih berat dapat menyebabkan
perubahan status mental yang lebih lanjut
Gagal Nafas Tipe Hiperkapnia
 Kegagalan tubuh untuk mengeluarkan CO2
 Umumnya disebabkan oleh kegagalan ventilasi
yang ditandai dengan retensi CO2 (peningkatan
PaCO2 atau hiperkapnea) disertai dengan
penurunan pH yang abnormal.
 Hiperkapnik yang terjadi karena kelainan
extrapulmoner dapat disebabkan karena
penekanan dorongan pernapasan sentral atau
gangguan pada respon ventilasi.
 Terutama disebabkan oleh hipoventilasi elveolar
Manifestasi Klinis Gagal Nafas Hiperkapnia

 Hiperkapnia akut terutama berpengaruh pada


sistem saraf pusat.
 Kadar PH yang rendah lebih berkorelasi dengan
perubahan status mental
 Dispnea, takipnea, hiperpnea, bradipnea, dan
hipopnea dapat berhubungan dengan gagal napas
hiperkapnea
Diagnosis Banding
 Edema paru
 ARDS

11/13/2019
Diagnosis Klinis Gagal Nafas
 Gejala klinis pada gagal napas terdiri dari tanda
kompensasi pernapasan yaitu takipneu,
penggunaan otot pernapasan tambahan, restriksi
intrakostal, suprasternal dan supraklavikular.
 Gejala peningkatan tonus simpatis seperti takikardi,
hipertensi dan berkeringat.
 Gejala hipoksia yaitu perubahan status mental
misalnya bingung atau koma, bradikardi dan
hipotensi.
 Gejala desaturasi hemoglobin yaitu sianosis
Penatalaksanaan Gagal Nafas
 Tujuan : membuat oksigenasi arteri adekuat, sehingga
meningkatkan perfusi jaringan, serta menghilangkan
underlying disease, yaitu penyakit yang mendasari gagal
nafas tersebut.
 Menangani sebab gagal nafas dan bersamaan dengan itu
memastikan ada ventilasi yang memadai dan jalan nafas
yang bebas
 Perbaiki jalan napas (Air Way)
 Terapi oksigen
 Ventilasi Bantu
 Ventilasi Kendali
 Terapi farmakologi
 Pengobatan Spesifik
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg

Pemeriksaan rontgen dada


Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit
yang tidak diketahui
• Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
• EKG

11/13/2019
Terapi farmakologi
 Bronkodilator.]
 Mempengaruhi langsung pada kontraksi otot polos bronkus
 Agonis B adrenergik / simpatomimetik
 Memilik efek agonis terhadap reseptor beta drenergik pada otot
polos bronkus sehingga menimbulkan efek bronkodilatasi
 Antikolinergik
 Respon bronkodilator terhadap obat antikolinergik tergantung
pada derajat tonus parasimpatis intrisik
 Teofilin
 Mekanisme kerja melalui inhibisi kerja fosfodieterase pada AMP
siklik, translokasi kalsium, antagonis adenosin, dan stimulasi
reseptor beta-adrenergik, dan aktifitas anti-inflamasi
 Kortikosteroid
Komplikasi dan Prognosis
 Komplikasi gagal nafas dapat mempengaruhi organ-organ
vital terutama otak dan jaringan karena tidak adekuatnya
oksigenasi.
 Prognosis dari gagal nafas sangat ditentukan oleh faktor
penyebab gagal nafas, penyakit primer, berat dan
lamanya gagal nafas, kecepatan penanganan, serta
komplikasi yang terjadi.
 Jika penyakit tersebut diterapi dengan benar maka
hasilnya akan baik.
 Adanya penyakit ginjal dan infeksi paru akan
memperburuk prognosis.
 Terkadang transplantasi paru diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai