Anda di halaman 1dari 17

Manajemen ODF di desa Ngasinan

Kecamatan Bulu Kabupaten


Sukohajo

Disusun oleh : Ayu, Annisa, Beti,


Chavis, Danish
LATAR BELAKANG
• Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia
adalah masalah sosial budaya dan perilaku
penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB)
di sembarang tempat, khususnya ke badan air
yang juga digunakan untuk mencuci, mandi
dan kebutuhan higienis lainnya.
• Diare dan demam berdarah sendiri merupakan momok
yang menakutkan bagi setiap masyarakat Indonesia,
begitupun di Desa Ngasinan, Kabupaten Sukoharjo. Dari
data yang dihimpun angka penderita diare pada tahun
tahun 2015 di Desa Ngasinan mengalami penurunan
dimana sampai minggu ke 37 sebanyak 38 orang dari 5.579
warga Desa Ngasinan. Angka ini jelas mengalami
penurunan dibandingkan pada tahun 2014 dimana
penderita diare sebanyak 40 orang.

• Sedangkan untuk angka penderita demam berdarah di Desa


Ngasinan untuk tahun 2015 tidak didapatkan sampai pada
minggu ke 38. Hasil ini sama seperti tahu 2014 dimana
tidak ada penderita demam berdarah di Desa Ngasinan.
Rumusan Masalah
• Apakah program ODF ( Open Defecation Free )
di Desa Ngasinan Kecamatan Bulu Kabupaten
Sukoharjo pada tahun 2015 telah berjalan baik
?
Tujuan
Umum
• Bertujuan untuk mengevaluasi program ODF ( Open Defecation Free ) di
Desa Ngasinan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2015

Khusus
• Bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan program ODF ( Open
Defecation Free ) di Desa Ngasinan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
• Bertujuan untuk mengetahui di tim pelaksana program ODF ( Open
Defecation Free ) Desa Ngasinan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
• Bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan ODF ( Open Defecation Free ) di
Desa Ngasinan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
• Bertujuan untuk mengetahui proses monitoring program ODF ( Open
Defecation Free ) di Desa Ngasinan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
Manfaat
Puskesmas
• Sebagai acuan petugas Puskesmas dalam menyelenggarakan program ODF ( Open
Defecation Free ) di desa lain.
• Mengetahui keberhasilan program ODF ( Open Defecation Free ) di desa Ngasinan
sebagai salah satu dari 12 desa siaga di Kecamatan Bulu.

Balai Desa Ngasinan


• Sebagai acuan petugas Balai Desa Ngasinan dalam mempertahankan program ODF
( Open Defecation Free ) di desa lain.
• Mengetahui manfaat dari keberhasilan program ODF ( Open Defecation Free ) di
Desa Ngasinan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2015

Peneliti
• Mengetahui proses terbentuknya program ODF ( Open Defecation Free ) di Desa
Ngasinan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo.
• Mengetahui manfaat program ODF ( Open Defecation Free ) bagi masyarakat.
• Program ODF merupakan
program unggulan dalam
mengatasi kebiasaan
masyarakat yang
melakukan buang air
besar di sembarang
Pengertian tempat dengan
memastikan bahwa
ODF dalam setiap KK memiliki
jamban dan dipastikan
bahwa setiap anggota
keluarga buang air besar
pada jamban tersebut.
ANALISA KEGIATAN
Proses Terbentuknya ODF
1. Planing (perencanaan)
Program ODF ( Open Defecation Free ) merupakan salah satu program
PAMSIMAS ( Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat ). Banyak sekali
masyarakat yang masih BABS, hal ini di dukung dengan kondisi desa yang
banyak terdapat sungai dan tanah kosong. Selain itu juga kesadaran dan
pengetahuan masyarakat tentang BABS masih tergolong rendah

Pada awalnya dilakukan Survey Masyarakat Desa ( SMD ) Musyarawah


Masyarakat Desa ( MMD ) yang di hadiri oleh para Kepala Dusun. Setelah
dilakukan musyarawah didapatkan beberapa permasalahan yang terjadi di
masyarakat. Permasalahan yang paling utama berhubungan dengan Buang Air
Besar Sembarangan ( BABS).

Permasalahan ini juga berkaitan dengan tingginya angka kejadian diare dan
demam berdarah. Oleh sebab itu, di galangkan wacana untuk mengatasi
masalah tersebut. Pada tahun 2012, diselenggarakan program ODF di desa
Ngasinan yang terdiri dari 4 kebayanan. Dukuh Mloyo merupakan kebayanan
pertama yang melaksanakan program ODF. Hal ini di latarbelakangi karena
• Program ini mendapatkan dana replika dari APBD sebesar Rp.
270.000.000,00. Dana tersebut digunakan dalam proses penyelenggaraan
ODF yang terdiri dari pembangunan jamban, saluran air, septic tank,
penyuluhan dan pelatihan petugas desa.

2. Organization
Dalam pelaksanaan program ini di bentuk tim pelaksana yang terdiri dari :
• Ketua : Sihono
• Sekretaris : Sumardi, S.pd. M.Md
• Bendahara : Dra. Parsini
• Sie. Laksana : Setyo Budi
• STBM : Suyatno
• Tim Pembantu : Bidan desa
Kader Desa
Action (pelaksanaan)
Langkah awal yang ditempuh berupa
penyuluhan akan bahayanya buang air besar
Dukuh yang pertama kali sembarangan dan dampak nya. Selain dari segi
dilaksanakan program ODF adalah pengetahuan, di sini tim pelaksana juga
bertugas untuk membangun kesadaran
Dukuh Mloyo. Sebuah sumur di masyarakat akan pentingnya buang air besar
bangun di dukuh tersebut sebagai di jamban. Selanjutnya dilakukan suatu
sumber mata air bersih. langkah untuk memicu kesadaran masyarakat
dengan cara mengajak mereka terjun langsung
ke lapangan.

Di sana masyarakat di perlihatkan kotoran


manusia yang berceceran. Petugas
melakukan simulasi menggunakan air
mineral yang di celupkan pipet berisi kotoran
dan masyarakat diminta untuk
meminumnya. Namun masyarakat menolak
melakukan hal tersebut. Hal ini menyadarkan
masyarakat bahwa air tanah yang mereka
konsumsi tercemar oleh kotoran mereka
sendiri.
Dalam pelaksanaanya, tim datang ke rumah
rumah warga untuk mendata kepemilikan
jamban. Di situ dilakukan kesepakatan kepada
masyarakat yang belum memiliki jamban
untuk membuat jamban dalam waktu yang
telah di sepakati. Bagi masyarakat yang
kurang mampu, di bangunkan jamban dari
dana APBD. Dana juga berasal dari
masyarakat berupa arisan jamban.

Dengan segala upaya yang telah dilakukan,


masyarakat mulai menyadari pentingnya
penggunaan jamban sebagai tempat BAB.
Dukuh Mloyo ini dapat melakukan program
ODF ini selama 3 bulan sejak pendeklarasian.
Selanjutnya di susul oleh 3 kebayanan yaitu
dukuh Ngasinan, dukuh Kedungbatang dan
dukuh Gampingan.
Controll (kontrol)
• Pada desa Ngasinan tidak diterapkan sanksi berupa
uang untuk yang melanggar. Namun di sini terdapat
sanksi social berupa teguran sehingga menimbulkan
rasa malu bagi masyarakat yang melanggarnya.

• Penyuluhan rutin tetap dilakukan agar masyarakat


tetap mempertahankan kebiasaan buang air besar di
jamban. Masyarakat di libatkan dalam pemantauan
kepatuhan BAB. Setelah berjalan selama 3 tahun tidak
didapatkan masalah yang cukup berarti.
Jumlah Kepala Rumah Tangga Yang Belum
Mempunyai WC di Desa Ngasinan tahun 2015

No Kepala Rumah Kepala Yang Keterangan


Dusun Keluarg Belum
a Punya
WC
1 KepalaD 239 309 12 BAB
usun I Sudah
2 KepalaD 253 291 11 Numpan
usun II g
3 KepalaD 356 427 14 Saudara
usun III Semua
4 KepalaD 296 423 9
usun IV
Jumlah 1144 1450 46
Populasi kependudukan di desa Ngasinan pada tahun
2015 mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun
2014. Pada tahun 2014 jumlah jamban di Desa Ngasinan
sebanyak 985 dan meningkat menjadi 1098 pada tahun
2015, dimana ini merupakan jumlah terbesar
dibandingkan Desa lainnya yang ada di Kecamatan Bulu,
jumlah MCK umum pada tahun 2014 sebanyak 6, SPAL
(saluran pembuangan air limbah) sebanyak 691.
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Petugas dari puskesmas Bulu memiliki Perlu biaya yang lebih besar untuk
motivasi yang tinggi sehingga mampu meningkatkan kualitas program
mengembangkan metode yang efektif
dan memperdayakan tim desa

Peluang (O) Strategi SO Strategi WO


 Pihak tim kesehatan desa dan warga Peluang yang besar terjadi karena Dengan meminimalisir permasalahan
desa mendukung dilaksanakannya kerjasama yang baik antara tim desa internal dapat mempertahankan peluang
program ODF yang sudah ngasinan, puskesmas Bulu dan warga Desa berjalannyaprogram dengan baik,
berlangsung dan tetap mematuhi Ngasinan. Dengan penjagaan pada
program tersebut. hubungan yang baik antara beberapa
pihak dapat memperkuat keberhasilan
program

Ancaman (T) Srategi ST Strategi TW


 Sebagian kecil warga masih memiliki  Dilakukan pendekatan petugas dari Dengan memanfaatkan sumberdaya yang
pengetahuan dan motivasi yang puskesmas bulu dan tim kesehatan ada agar program tetap terlaksana dan
rendah desa kepada warga secara langsung. sebagian besar sasaran program berhasil
 Dukungan keluarag yang kurang  Petugas kesehatan mengevaluasi dan terpantau).
dalam pencapaian program ODF langsung rumah warga guna
yang baik. memantau penerapan ODF yang
sudahberlangsung.
Kesimpulan
1. Pelaksanaan program ODF terdiri dari beberapa langkah
antara lain SMD MMD, penentuan wilayah serta anggaran
yang dibutuhkan
2. Dalam program ODF ini dibuat tim pelaksana yang terdiri
dari ketua, sekretaris, bendahara, sie. Pelaksana, STBM dan
tim pembantu
3. Dalam pelaksanaan program ODF di lakukan penyuluhan,
pemicuan terhadap masyarakat, survey langsung serta
penggunaan anggaran
4. Untuk mempertahankan program ini dilakukan penyuluhan
rutin, pemantauan oleh masyarakat sendiri dan sanksi social
bagi yang melanggarnya
Saran
• Dalam melanjutkan pelaksanaan program ODF di
desa Ngasinan, peneliti menyarankan bahwa
penyuluhan dan verifikasi ODF tetap dilaksanakan
agar masyarakat selalu sadar tentang ODF dan juga
mau terus melangsungkan progam ODF

Anda mungkin juga menyukai