Anda di halaman 1dari 24

 Puskesmas adalah unit Pelaksana Teknis Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab


menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
 Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas
adalah satu kecamatan.
 Apabila di satu kecamatan terdapat satu atau lebih
puskesmas maka tanggung jawab dibagi antar
puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga
Prasarana dan sarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian, antara lain:

 Papan nama “apotek” atau “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien.
 Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
 Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan gram dan
miligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat-alat, dan lain-lain.
 Tempat dan alat untuk menunjukkan informasi obat bebas dalam upaya penyuluhan
pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat brosur, leaflet, booklet, dan
majalah kesehatan.
 Sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk pelayanan informasi obat
antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi Spesialite Obat (ISO) dan
Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI).
 Tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai.
 Tempat penyimpanan obat khusus, seperti lemari es untuk supositoria, serum dan
vaksin, serta lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
 Kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar pemasukan dan
pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat dipantau dengan
baik.
 Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk melakukan
pelayanan informasi obat.
Perencanaan
 Dalam proses perencanaan kebutuhan obat
pertahun, Puskesmas diminta menyediakan data
pemakaian obat pertahun dengan menggunakan
LPLPO. Selanjutnya UPOPPK (Unit Pengelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan) yang akan
melakukan komplikasi dan analisa terhadap
kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya
 Perencanaan obat ditentukan pula dengan
pertimbangan dari ajuan obat dari dokter melalui
rapat puskesmas.
 Dalam membuat perencanaan perlu
memperhatikan data 10 besar penyakit dan 10
besar pemakaian obat.
Perhatikan data berikut….
N Jumla Persentase
N Jumlah Persentas o. Nama Obat h (%)
o. Nama Penyakit Kasus e (%)
Penyakit lain pada saluran 1 Parasetamol tablet 500mg 55558 22.72
1 nafas 1982 21.33
Klorfeniramina maleat (CTM)
2 tablet 4 mg 42043 17.19
2 Hipertensi 1733 18.65
Nasofaringitis akut (commond 3 Deksametason tablet 0.5 mg 37885 15.49
3 cold) 1464 15.75
4 Amoksilina kapsul 500 mg 26923 11.01
4 Faringitis akut 1076 11.58
5 Antasida doen tablet kombinasi 22000 9.00
5 Gastritis (tidak ditentukan) 1066 11.47

6 Kecelakaan dan ruda paksa 737 7.93 6 Gliseril guayakolat tablet 10 mg 17989 7.36

7 Artritis lainnya 542 5.83 7 Vitamin B kompleks tablet 13306 5.44

8 Asam mefenamat 500 mg 11683 4.78


Penyakit dan kelainan susunan
8 saraf lainnya 291 3.13 Tiamin hcl /mononitrat (vit.b1)
9 tablet 50 mg 10466 4.28
9 Karies gigi 223 2.40 Vitamin Neurotropik tablet
1 (Nutrifar, Sohobion, livron b-
0 Dermatophytosis / Tinea 179 1.93 10 plex) 6727 2.75
Permintaan
Obat yg diperkenankan ada di
puskesmas:

 obat-obat esensial yang jenisnya ditentukan setiap


tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk
kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN).
 Keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun 1989
tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau
Menggunakan Obat Generik di Pelayanan
Kesehatan Milik Pemerintah
 Permintaan rutin dilakukan sesuai jadwal yang
disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
untuk masing-masing Puskesmas.
 Permintaan khusus dilakukan di luar jadwal
distribusi rutin yang dilakukan apabila kebutuhan
meningkat, penanganan kejadian luar biasa (KLB),
obat rusak dan kadaluarsa, maupun untuk
menghindari kekosongan
 Data yang diperlukan untuk menentukan jumlah
permintaan obat, yaitu data pemakaian obat
periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, data
penyakit, dan frekuensi distribusi obat oleh Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota.
SO = SK + WK + WT + SP

Kebutuhan = SO - SS

 Keterangan:
 SO = Stok optimum
 SK = Stok Kerja adalah pemakaian rata – rata per periode distribusi
 WK = Waktu kekosongan obat (lamanya kekosongan obat dihitung dalam
hari)
 WT = Waktu tunggu (Lead Time), dihitung mulai dari permintaan obat oleh
Puskesmas sampai dengan penerimaan obat di Puskesmas.
 SP = Stok penyangga (buffer stock) adalah persediaan obat untuk
mengantisipasi terjadinya peningkatan kunjungan, keterlambatan
kedatangan obat, dan pemakaian.
 SS = Sisa Stok adalah sisa obat yang masih tersedia di Puskesmas pada akhir
periode distribusi
 LPLPO dibuat rangkap dua kemudian dikirim ke
GFK sebagai dasar permintaan/pengadaan obat
di Puskesmas
Penerimaan
 Penyerahan obat kepada Puskesmas dapat
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
pejabat yang berwenang
Penyimpanan
 Menurut Pedoman Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas (2007), terdapat beberapa sistem yang
umum dalam pengaturan obat :
 a. Alfabetis berdasarkan nama generik
 b. Kategori terapetik atau farmakologi
 c. Bentuk sediaan
 d. Frekuensi penggunaan
 e. Penyusunan juga dapat dilakukan dengan sistem
first in first out (FIFO) &/ sistem first expired first out
(FEFO),
Beberapa obat perlu disimpan pada tempat khusus untuk
memudahkan pengawasan, yaitu.

 Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-


masing disimpan dalam lemari khusus dan terkunci.
 Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus
disimpan dalam lemari pendingin untuk menjamin
stabilitas sediaan.
 Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter
dan alkohol disimpan dalam lemari yang berventilasi
baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan
peralatan elektronik. Cairan ini disimpan terpisah dari
obat-obatan.
Distribusi
 Kegiatan yang dilakukan dalam proses distribusi ini
antara lain, menentukan frekuensi distribusi,
menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan,
dan melaksanakan penyerahan obat
Pengendalian
 Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan
untuk memastikan tercapainya sasaran yang
diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar.
 Pengendalian obat terdiri dari pengendalian
persediaan, pengendalian penggunaan, dan
penanganan obat hilang.
Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengendalian,
yaitu

 Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata


periode tertentu di Puskesmas dan seluruh unit pelayanan.
 Menentukan stok optimum, yaitu jumlah stok obat yang
diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak mengalami
kekurangan/kekosongan.
 Menentukan stok pengaman, yaitu jumlah stok yang disediakan
untuk mencegah terjadinya suatu hal yang tidak terduga,
misalnya karena keterlambatan pengiriman.
 Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang
diperlukan dari mulai pemesanan sampai obat diterima.
Pencatatan dan Pelaporan

 Sasaran pokok pencatatan, pengolahan dan


pelaporan obat di puskesmas
1. Terlaksananya tertib administrasi dan
pengelolaan obat
2. Tersedianya data yang akurat dan tepat waktu
3. Tersedianya data untuk melakukan pengaturan
dan pengendalian oleh unit yang lebih tinggi
Bisa ditambah dengan….
 pengarsipan resep
 buku harian pengeluaran obat
 buku bon apotek
 pelaporan indikator peresepan untuk ISPA non
pneumonia, diare non spesifik dan myalgia (tiap
bulan)
 laporan penggunaan obat generik (tiap bulan)
 kertas kerja pelayanan kefarmasian di puskesmas
(tiap bulan)
SOP Penanganan Obat Rusak dan Kadaluarsa

a. Identifikasi obat yang sudah rusak atau


kadaluarsa
b. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dari
penyimpanan obat lainnya
c. Membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak
atau kadaluwarsa untuk dikirim kembali ke instalasi
farmasi kabupaten/kota.
SOP Pencatatan dan Penyimpanan Resep

1. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (umum,


gakin/gratis, Asuransi)
2. Membendel resep yang mempunyai tanggal yang sama
berdasarkan urutan nomor resep dan kelompok pembiayaan pasien
3. Membendel secara terpisah resep yang ada narkotiknya
4. Menyimpan bendel resep pada tempat yang ditentukan secara
berurutan berdasarkan tanggal agar memudahkan dalam
penelusuran resep.
5. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 (tiga) tahun
dengan cara dibakar
6. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
pemusnahan resep dapat mengikuti SOP berikut:

1.Memusnahkan resep yang telah disimpan tiga


tahun atau lebih.
2. Tata cara pemusnahan:
 Resep narkotika dihitung lembarannya
 Resep lain ditimbang

 Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar

3. Membuat berita acara pemusnahan

Anda mungkin juga menyukai