Anda di halaman 1dari 15

SWAMEDIKASI CEGUKAN

Kelompok 8
Vilza Dwiki Yuvita (1920384324)
Widia Eka Agustina (1920384325)
Yoana Kurniawati (1920384326)
Yogik Setyawan (1920384327)
CEGUKAN
Cegukan atau singultus adalah reaksi terhadap gangguan pencernaan. Ketika otot-
otot pencernaan mengalami kejang-kejang, keadaan tersebut mendorong perut untuk
mengeluarkan udara keluar. Karena udara dianggap sebagai benda asing di perut,
maka tubuh merespon kondisi ini dengan menutup glotis (penutup saluran udara)
yang menyebabkan suara ‘hik’. Cegukan dapat terjadi selama beberapa detik atau
menit (sementara) hingga lebih dari 48 jam (berkepanjangan).
ETIOLOGI
Cegukan terjadi ketika otot yang memisahkan perut dan dada (diafragma)
berkontraksi tanpa disengaja. Diafragma memiliki peranan penting dalam sistem
pernapasan manusia. Hal ini dikarenakan tubuh bergantung pada kontraksi dan
pergerakan diafragma agar proses pernapasan berlangsung normal. Saat menarik
napas, otot diafragma akan turun (kontraksi) dan akan naik kembali (relaksasi) saat
kita menghembuskan napas. Dalam cegukan, otot diafragma akan berkontraksi
secara tiba-tiba, dan menyebabkan udara terlalu cepat masuk ke dalam paru-paru,
sehingga katup saluran pernapasan menutup dan menimbulkan suara ‘hik’.
PATOFISIOLOGI
Cegukan merupakan kontraksi mioklonika
diafragma spontan. Impuls dibawa oleh saraf
vagus. Area SSP yang terlibat dalam cegukan
mencakup sumsum tulang belakang bagian atas,
batang otak di medula oblongata dekat pusat
pernapasan, pembentukan reticular dan
hipotalamus. Dopaminergik dan gamma-amino-bu-
neurotransmiter tyric-acid (GABA-ergic) dapat
memodulasi mekanisme sentral ini. refleks yang
melibatkan sistem saraf batang otak, saraf vagus,
dan frenikus. Refleks ini memicu kontraksi otot
diafragma, interkostalis, dan penutupan vocal cord
(glotis) secara mendadak, sehingga timbul suara
khas.
PENYEBAB
Cegukan yang bersifat sementara, disebabkan oleh:
• makanan pedas
• minuman berkarbonasi dan beralkohol
• mengunyah atau mengisap permen
• Merokok
• makan terlalu banyak atau terlalu cepat
• perubahan suhu secara tiba-tiba
• sedang merasa gugup
• terlalu bersemangat
• stres
PENYEBAB
Cegukan berkepanjangan yang berlangsung selama lebih dari 2 hari dapat dipicu oleh:
• Gangguan sistem pencernaan, seperti gastritis, tukak lambung, pankreatitis, kanker
pankreas, kanker lambung, penyakit radang usus, penyumbatan usus, atau radang hati.
• Gangguan saraf, misalnya akibat peradangan saluran napas, dan tumbuh tumor atau kista
di leher.
• Gangguan pada otak, seperti stroke perdarahan, radang dan infeksi otak, tumor
otak, multiple sclerosis, dan hidrosefalus.
• Gangguan di rongga dada, misalnya pneumonia, tuberkulosis, asma, bronkitis, cedera pada
dada, dan emboli paru.
• Gangguan jantung, contohnya serangan jantung dan peradangan selaput jantung.
• Gangguan mental, misalnya anoreksia dan skizofrenia.
JENIS CEGUKAN
1 Singultus Akut 2 Singultus Persisten

• Berlangsung kurang dari 48 jam (1 - 2 • Singultus selama 48 jam atau lebih


jam)
• Intractable singultus merupakan singultus selama 1 bulan
• Penyebab paling sering  karena adanya atau lebih
regangan pada lambung • Cegukan jenis ini merupakan gejala adanya gangguan di
otak (misalnya gejala tumor di batang otak), gejala stroke
• Penyebab lain  perubahan cuaca (pada penderita stroke sering timbul cegukan), infeksi di
mendadak (misalnya dari dingin ke panas susunan saraf pusat (otak), adanya herpes di dada sehingga
atau sebaliknya), makan tergesa-gesa, mengganggu saraf tepi
makan makanan yang terlalu panas atau
dingin, meminum minuman beralkohol atau • Penyebab lain  gangguan metabolik seperti pada
berkarbonasi, merokok terlalu banyak, penderita diabetes, atau penderita kelainan ginjal karena
atau mengalami stres. uremia. Juga karena gangguan elektrolit (kurang kalium),
termasuk pengaruh obat-obatan seperti steroid atau obat
tidur.
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi

1. Mengonsumsi air hangat dan madu


2. Berkumur
3. Menahan napas
4. Mengambil napas dalam
5. Bernapas menggunakan kantong kertas
6. Mengonsumsi jahe segar
7. Mengisap potongan lemon
8. Minum air dingin sedikit-sedikit
9. Menelan butiran gula
10. Menelan sedikit cuka
11. Tarik kaki Anda ke arah dada dan bersandarlah ke depan untuk menekan dada Anda
PENATALAKSANAAN
Farmakologi

 Proton pump inhibitor merupakan obat pilihan untuk meringankan gejala singultus yang
disebabkan iritasi refluks gastroesofageal. Proton pump inhibitor relatif aman dan tidak
menimbulkan efek samping serius.
 Golongan antipsikotik
• Chlorpromazine untuk meringankan singultus, dapat diberikan melalui suntikan
intramuskuler atau intravena sebanyak 25-50 mg. bekerja sentral menghambat
dopamine di hipotalamus. Obat ini memiliki efek samping cukup serius seperti hipotensi
dan delirium, sehingga saat ini jarang digunakan sebagai terapi lini pertama.
• Haloperidol bekerja dengan cara yang sama seperti chlorpromazine dan memiliki efek
samping yang dapat ditoleransi lebih baik, dapat diberikan dosis efektif 2-5 mg.
• Risperidone, antipsikotik generasi kedua sebagai antagonis dopamin-serotonin dapat
mengatasi singultus setelah 6 jam pemberian.
 Gabapentin yang merupakan obat untuk terapi nyeri neuropatik. Gabapentin bekerja
dengan cara menghambat channel kalsium, sehingga menurunkan pelepasan beberapa
neurotransmiter untuk memodulasi aktivitas diafragma, dapat diberikan sampai dengan
900 mg per hari. Gabapentin relatif aman dan tidak menimbulkan efek samping berarti.
 Muscle relaxant yang bekerja secara sentral seperti baclofen, dengan penggunaan 10
mg per oral setiap 6 jam, berguna pada pasien yang memiliki kontraindikasi dengan
agen lainnya (seperti kerusakan ginjal). Baclofen berguna singultus persisten setelah
injeksi steroid epidural.
 Obat-obat yang dapat meringankan distensi lambung seperti
simethicone telah banyak dipakai untuk meringankan gejala singultus,
begitu pula dengan obat-obatan prokinetik seperti domperidone
dan metoclopramide. Metoclopramide bekerja sentral sebagai
antagonis dopamine, namun lebih lemah dibandingkan
chlorpromazine dalam menghambat refleks singultus.
CONTOH KASUS
KASUS 1

Laki-laki berusia 39 tahun mengalami cegukan yang tak tertahankan


selama 3 tahun. Pemeriksaan dengan MRI menunjukkan meduler
dorsolateral kiri kavernoma. Cegukan awalnya merespons penggunaan
steroid dan baclofen tetapi kemudian muncul kembali. Ketika ukuran lesi
meningkat, pasien mengembangkan keterlibatan saraf kranialis yang lebih
rendah dengan hilangnya cegukan. Pada tahap ini, ia menjalani operasi
dengan pemulihan yang lancar.
CONTOH KASUS
KASUS 2

Laki-laki berusia empat puluh tahun datang dengan keluhan cegukan yang
tak tertahankan dan adanya perubahan suara. Evaluasi mengungkapkan
kelumpuhan pita suara. MR mendemonstrasikan adanya malformasi Chiari
dengan syringomyelia serviks dan angka syringobulbia (gambar). pasien
menjalani dekompresi foramen magnum dengan lega dari cegukan yang
sulit diatasi selama sebulan.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai