Anda di halaman 1dari 10

Pokok Pembahasan

1. Apa pengertian Nasikh dan Mansukh dan Syarat-


syaratnya?
2. Bagaimana sejarah Nasikh dan Mansukh?
3. Apa saja klasifikasi Nasikh dan Mansukh?
4. Apa perbedaan antara Nasikh dan Mansukh?
5. Apa fungsi memahami Nasikh Mansukh?
6. Bagaimana pendapat tentang Nasikh dan Mansukh?
Ayat al-Qur’an yang menerangkan
Naskh menurut bahasa

 َ‫ست َ ْن ِس ُخ َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬ ِ ‫َٰ َه َذا ِكتَابُنَا يَ ْن ِط ُق َعلَ ْي ُك ْم ِب ْال َح‬
ْ َ‫ق ۚ ِإنَّا ُكنَّا ن‬

 Artinya: “ Sesunguhnya kami menyuruh untuk


menasakhkan apa dahulu kalian kerjakan.” (Al-
jatsiyah:29).
Ayat al-Qur’an yang menerangkan Naskh menurut Istilah

 ‫ع ِل ْيم‬
َ ٌ‫هلل َوا ِس‬ ُ ‫هلل ْال َم ْش ِر ُق َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ُُْْ ‫ب فَأ َ ْينَ َما ت ُ َولُّ ْوا فََث َ َّم َو‬
َ ‫هلل ِإ َّن‬ ِ ِ ‫َو‬

 Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah[83]. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui. Disitulah wajah Allah” (QS. Al-
Baqarah [2] : 115.)

 ‫س ِْ ِد ْال َح َر ِام‬ ْ ‫فَ َو ِل َو ْْ َه َك ش‬


ْ ‫َط َر ْال َم‬

 Artinya: “maka palingkanlah mukamu ke arah masjidil haram....”


 (QS. Al-Baqarah:144)
Syarat-syarat dalam menyimpulkan sebuah Naskh
 a. Hukum yang mansukh adalah hukum syara’
 b. Dalil penghapusan hukum tersebut adalah khitab syar’i yang
datang lebih kemudian hari khitab yang hukumnya di
mansukh
 c. Khitab yang dihapuskan atau diangkat hukumnya tidak
terikat (dibatasi) dengan waktu tertentu. Sebab jika tidak
demikian maka hukum akan berakhir dengan berakhirnya
waktu tersebut. Dan yang demikian tidak dinamakan
nasakh.

 Makki berkata: “segolongan Ulama menegaskan bahwa khitab yang


mengisyaratkan waktu dan batas tertentu, seperti firman Allah:
“Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka sampai Allah
mendatangkan perintah-Nya” (QS. Al-Baqarah;109), adalah
muhkam, tidak mansukh, sebab ia dikaitkan dengan batas waktu,
dan sesuatu yang dibatasi oleh waktu tidak ada naskh di dalamnya.
untuk mengetahui Nasikh dan Mansukh

 1. Keterangan tegas dari Nabi


 2. Ijma’ umat bahwa ayat ini nasikh dan yang itu
mansukh
 3. Mengetahui mana yang terlebih dahulu dan
mana yang belakangan berdasarkan sejarah.
Klasifikasi Nasikh dan Mansukh

1. Naskh Al-qur’an dengan Al-qur’an(Naskhul


Qur’aani bil Qur’aani)
 2 . Naskh Al-qur’an dengan As-Sunnah(Naskhul
Qur’aani bis Sunnati)
 3 . Naskh sunah dengan Al-qur’an(Naskhus Sunnah
bil Qur’aani)
 4. Nasikh sunah dengan sunah(Naskhus Sunnah bis
Sunnah)
Naskh Al-qur’an dengan As-Sunnah
(Naskhul Qur’aani bis Sunnati)
Naskh ini ada dua macam:

 1) Naskh Al-qur’an dengan hadits ahad. Jumhur


berpendapat, Al-qur’an tidak boleh dinasakh oleh
hadits ahad, sebab Al-qur’an adalah mutawattir dan
menunjukkan keyakinan, sedang hadits ahad itu
zhanni, bersifat dugaan, disamping tidak sah pula
menghapusakan sesuatu yang maklum (jelas
diketahui) dengan yang mazhnun (diduga).
 2) Naskh Al-qur’an dengan hadits mutawattir. Naskh
senacam ini dibolehkan oleh Malik, Abu Hanifah, dan
Ahmad dalam satu riwayat, sebab masing-masing
keduanya adalah wahyu.
Perbedaan antara Nasikh dan Mansukh

 Adat Naskh adalah pernyataan yang menunjukkan


adanya pembatalan hukum yang telah ada. Nasikh
yaitu dalil kemudian yang menghapus hukum yang
telah ada. Pada hakikatnya Nasikh itu berasal dari
Allah, karena Dialah yang membuat hukum dan Dia
pulalah yang menghapusnya.
 Sedangkan Mansukh adalah hukum yang dibatalkan,
dihapuskan, atau dipindahkan. Dan Mansukh ‘anh
yaitu orang yang dibebani hukum.
Fungsi memahami Nasikh dan Mansukh
 a. Memelihara kepentingan hamba
 b. Perkembangan tasyri’ menuju tingkat sempurna
sesuai dengan perkembangan dakwah dan
perkembangan kondisi umat manusia
 c. Cobaan dan ujian bagi orang mukallaf untuk
mengikutinya atau tidak
 d. Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi
umat. Sebab jika Nasikh itu beralih ke hal yang
lebih berat maka di dalamnya terdapat tambahan
pahala, dan jika beralih kehal yang mengandung
kemudahan dan keringanan.[3]
KESIMPULAN
Nasikh ialah menghapuskan hukum syara’ dengan dalil hokum syara’ yang
lain. Disebutkan kata “hukum” disisni, menunjukkan bahwa prinsip “segala sesuatu
hokum asalnya boleh”. Sedangkan Mansukh adalah hukum yang diangkat atau
dihapuskan. Nasikh terdapat empat macam bagian, diantaranya:
 1. Naskh Al-qur’an dengan Al-qur’an
 2. Naskh Al-qur’an dengan As-sunnah
 3. Naskh As-sunnah dengan Al-qur’an
 4. Naskh As-sunnah dengan As-sunnah
 Fungsi memahami Nasikh dan Mansukh diantaranya sebagai berikut:
 1. Memelihara kepentingan hamba
 2. Perkembangan tasyri’ menuju tingkat sempurna sesuai dengan perkembangan
dakwah dan perkembangan kondisi umat manusia
 3. Cobaan dan ujian bagi orang mukallaf untuk mengikutinya atau tidak
 4. Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat. Sebab jika Nasikh itu beralih ke
hal yang lebih berat maka di dalamnya terdapat tambahan pahala, dan jika
beralih ke hal yang kebihringan maka ia mengandung kemudahan dan
keringanan.
 Jumhur Ulama. Mereka berpendapat Naskh adalah suatu hal yang dapat diterima akal dan
telah pula terjadi dalam hukum-hukum syara’, berdasarkan dalil-dalil:
 1. Perbuatan-perbuatan Allah tidak tergantung pada alasan dan tujuan. Ia boleh saja
memerintahkan sesuatu pada suatu waktu dan melarangnya pada waktu yang
lain. Karena hanya Dialah yang lebih mengetahui kepentingan hamba-hamba-
Nya.
 2. Nas-nas kitab dan Sunah menunjukkan kebolehan Naskh dan terjadinya.

Anda mungkin juga menyukai