Anda di halaman 1dari 31

OM SWASTIASTU

KONTRIBUSI ENERGI DAN PROTEIN MAKANAN JAJANAN SEKOLAH


TERHADAP KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN ANAK DENGAN
STATUS GIZI LEBIH

OLEH :
GEDE YUDIA RAHARJA
LATAR BELAKANG

Menurut Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 tahun 2010. SD N 1


Penebel berada diwilayah desa perkotaan, dimana wilayah perkotaan menjadikan
salah satu faktor dalam perkembangan penganekaragaman jenis makanan jajanan.
Berdasarkan pengamatan awal di SD N 1 Penebel dilihat dari penampilan fisiknya
siswa di sekolah ini bersifat heterogen dimana dijumpai anak yang gemuk dan juga
kurus, serta kebiasaan konsumsi makanan jajajanan sekolah yang beragam yang
dipengaruhi oleh lokasi sekolah serta berdekatam dengan pasar umum Penebel.
Mengingat banyaknya anak yang gemar mengkonsumsi jajanan sekolah, serta
berdasarkan permasalahan diatas maka dilaksanakan penelitian mengenai
kontribusi energi dan protein makanan jajanan sekolah terhadap konsumsi energi
dan protein anak dengan status gizi lebih.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Kontribusi Energi dan Protein Makanan Jajanan Sekolah Terhadap
Konsumsi Energi dan Protein Anak Dengan Gizi Lebih di SD N 1 Penebel
Tujuan Khusus
• Menghitung kontribusi energi dan protein makanan jajanan sekolah di SD N 1 Penebel
• Menilai status gizi anak sekolah di SD N 1 Penebel
• Menganalisis hubungan konsumsi energi dan protein total anak dengan status gizi lebih
di SD N 1 Penebel
Tinjauan Pustaka
• Pengertian status gizi lebih
• Makanan Jajanan sekolah
• Pengukuran pola konsumsi makanan
• Lingkungan sekolah
Kerangka Konsep

Kontribusi energi dan


Konsumsi Energi dan Anak Dengan Status
protein makanan jajajan
Protein Total Gizi Lebih
sekolah
Definisi Operasional
Kontribusi Energi dan Protein Makanan Jajanan Metode wawancara
dengan form recall

Metode wawancara
Konsumsi energi dan protein total
dengan form recall

Status Gizi Pengukuran


antropometri , BB, TB
BAB IV

-Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian adalah observasional dengan rancagan penelitian cross-sectional
-Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SD N 1 Penebel
-Populasi Penelitian
Dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD N 1 Penebel baik laki-laki maupun perempuan dan populasi
targetnya adalah dari kelas III, IV dan V yang tercatat sebagai siswa di SD N 1 Penebel yang berjumlah 63 orang.
-Cara Pengumpulan Data
Data primer : Identitas sampel, data antropometri, status gizi, recall makanan jajanan dan diluar jajajan
Data sekunder : gambaran umum sekolah
Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan bantuan komputer kemudian hasilnya
disajikan dalam bentuk tabel yang dinarasikan.
Identitas sampel
Data identitas sampel seperti umur dan jenis kelamin diolah secara deskriftif
Status gizi
Data status gizi diolah dengan cara memasukan data berat badan dan tinggi badan ke
dalam program komputer, selanjutnya hasil data perhitungan IMT/ U dikategorikan
berdasarkan standar WHO 2005 yang dikelurakan oleh Kemenkes (2010)
Data Konsumsi
• Yaitu jumlah konsumsi makanan yang meliputi jenis, jumlah dan frekunesi
dikumpulkan melalui metode recall 1 x 24 jam. Peneliti akan melakukan wawancara
mengenai komposisi masing-masing bahan makanan dengan URT setelah
dikonpersikan dalam gram. Untuk jumlah makanan yang diperoleh diolah
menggunakan program komputer. Jumlah asupan gizi energi dan protein dari
sampel kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) sampel
berdasarkan golongan umur serta jenis kelamin kemudian dikalikan 100 %
selanjutnya dikategorikan berdasarkan Widya Karya Pangan dan Gizi (2004)
Analisis data.

• Data yang diperoleh disajikan pada tabel silang kemudian dianalisis secara
deskriptif disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis selanjutnya
dengan uji statistik yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel yang
diteliti. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji korelasi paerson
:
• Tolak Ho, terima Ha jika p < 0.05 berarti ada hubungan
• Terima Ho, tolak Ha jika p > 0.05 berarti tidak ada hubungan
Hasil Penelitian
• Gambaran Umum
SD N 1 Penebel terletak di jalan Kresna No.16 Penebel, desa Penebel Kecamatan
Penebel. SD N 1 Penebel berdiri sejak tahun 1916 dimana awal mula sekolah ini
digunakan sebagai tempat untuk Gudang senjata dan penyimpanan persediaan
makanan oleh pemerintah colonial Belanda. Pada halaman sekolah oleh pemerintah
dibuatkan monument perjuangan rakyat yang disebut “Markas Legeum Veteran
Kecamatan Penebel. sekolah ini memiliki 10 orang guru yang teridiri dari; 7 orang guru
dengan Status PNS, 1 orang sebagai pengabdi, 1 orang tenaga kontrak dan 1 orang
sebagai Tata Usaha. Tahun ajaran 2017/2018 memiliki siswa sebanyak 127 orang.
Karakteristik Sampel
• Sampel dibedakan dan dikelompokan berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur
dan kelas. Menurut jenis kelamin 34 sampel (54,0%) berjenis kelamin laki-laki dan
29 sampel (46,0%) berjenis kelamin perempuan.
• Berdasarkan kelompok umur yang terbesar terdapat pada kelompok umur 9 tahun
25 sampel (39,7%), dan terkecil pada kelompok umur 8 tahun 8 sampel (12,7%).
• Sedangkan menurut kelas yang tersebsar terdapat pada kelompok kelas III sebesar
24 sampel (38,1%) dan terkecil kelompok kelas V sebesar 18 sampel (28,6%).
No Karakteristik f %

1 Jenis Kelamin

Laki-Laki 34 54,0

Perempuan 29 46,0

Jumlah 63 100,0

2 Umur
8 tahun 8 12,7
9 tahun 25 39,7
10 tahun 20 31,7
11 tahun 10 15,9

Jumlah 63 100,0

3 Kelas
Kelas III 24 38,1
Kelas IV 21 33,3
Kelas V 18 28,6

Jumlah 63 100,0
Konsumsi Total Energi dan Protein

• Hasil recall konsumsi makanan sampel selama 2 kali 24 jam dalam hari yang
berbeda di ketahui rata-rata konsumsi energi sampel 1903 kkal, dengan
konsumsi terendah 668 kkal dan konsumsi tertinggi 2523 kkal. Rata-rata
angka kebutuhan energi dari 63 sampel 1757 kkal. Jadi rata-rata tingkat
konsumsi energi dari 63 sampel 108,3 %.
• Dilihat dari rata-rata konsumsi protein sampel 51,83 gram, dengan konsumsi
terendah 20,42 gram dan tertinggi 98,78 gram. Sedangkan angka kebutuhan
protein rata-rata 43,93gram, sehingga tingkat konsumsi protein dari 63
sampel 117,98 %.
Tingkat Konsumsi Energi dan Protein

• Rata -rata Tingkat konsumsi Energi dari 63 sampel di SD N 1 Penebel 110,62


% dengan tingkat konsumsi tertinggi 175,31 % dan teredah 34,70%. Dilihat
berdasarakan kategori asupan zat gizi makro menurut Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (2004)
• Rata -rata Tingkat konsumsi Protein dari 63 sampel di SD N 1 Penebel 121,2
%, tingkat konsumsi protein tertinggi 214 % dan terendah 39 %. Dilihat
berdasarakan kategori asupan zat gizi makro menurut Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (2004)
Kontribusi Konsumsi Energi dan Protein Makanan Jajanan
Sekolah

• Kontribusi konsumsi energi makanan jajanan sekolah


Konsumsi rata-rata energi makanan jajanan sekolah di ketahui 369 kkal, dengan
konsumsi terendah 0 kkal dan tertinggi 954 kkal. Jadi rata-rata kontribusi energi
makanan jajanan sekolah terhadap total adalah 403 kkal.
• Kontribusi konsumsi protein makanan jajanan sekolah
Konsumsi rata-rata protein makanan jajanan sekolah di ketahui sebanyak 12,22
gram, konsumsi protein terendah adalah 0 gram, tetinggi sebanyak 43,49 gram.
Jadi rata-rata kontribusi protein makanan jajanan sekolah adalah 25,17 gram
Status Gizi

• Hasil pengolahan data antropometri anak sekolah dalam penilaian status gizi
menggunakan indeks IMT menurut Umur, kemudian dikelompokan menjadi
gizi lebih ( obesitas dan gemuk ) , normal dan gizi kurus ( kurus dan sangat
kurus) diketahui sebagian besar sampel dengan gizi lebih sebanyak 37 sampel
(58,7%) terdiri dari 21 sampel (33,3%) dengan statsus gizi obesitas dan 16
sampel (25,4%) dengan status gizi gemuk. Status gizi normal sebanyak 16
sampel (25,4%) dan 10 sampel (15,8%) dengan gizi kurus.
Kontribusi Makanan Jajanan dan Status Gizi
• Secara rinci sebaran sampel rata-rata kontribusi energi makanan jajanan sekolah pada tabel 8,
dapat dilihat dari sampel dengan status gizi sangat kurus 10 sampel dengan rata-rata kontribusi
energi 339 kkal , sampel dengan status gizi normal 16 sampel dengan rata-rata kontribusi energi
417 kkal, sampel dengan status gizi lebih 37 sampel dengan rata-rata kontribusi 448 kkal. Dari rata
-rata kontribusi dapat dilihat bahwa sebaran menurut rata-rata kontribusi energi tertinggi 448 kkal
dan terendah 339 kkal dan dengan rata-rata kontribusi 401 kkal
• Secara rinci sebaran sampel rata-rata kontribusi protein makanan jajanan sekolah pada Tabel 9,
dapat dilihat dari sampel dengan status gizi sangat kurus 10 sampel dengan rata-rata kontribusi
protein 28,67 gram, sampel dengan status gizi normal 16 sampel dengan rata-rata kontribusi
protein 29,61 gram, sampel dengan status gizi lebih 37 sampel 30,54 gram ,dengan rata-rata
kontribusi 29,60 gram. Dari rata -rata kontribusi dapat dilihat bahwa sebaran menurut rata-rata
kontribusi protein tertinggi 30,54 gram, terendah 28,67 gram
Tingkat Konsumsi dan Status Gizi
• Sebaran Sampel menurut Tingkat Konsumsi Energi dan Status Gizi
• Secara rinci sebaran sampel menurut tingkat konsumsi energi dengan status gizi berdasarkan IMT menurut
Umur dapat dilihat bahwa, sampel dengan tingkat konsumsi kurang dengan status gizi kurus 2 sampel
(20,00)% , pada sampel dengan konsumsi kurang dengan status gizi normal 7 sampel (43,75%) dan tidak
ditemukan tingkat konsumsi kurang pada sampel dengan status gizi lebih. Total sampel dengan tingkat
konsumsi kurang 9 sampel (14,29%).
• Pada sampel dengan tingkat konsumsi energi dalam kategori baik dilihat status gizi kurus 4 sampel (40,00%),
sampel dengan tingkat konsumsi baik dengan status gizi normal 5 sampel (31,25%) dan terdapat 8 sampel
(21,62%) status gizi lebih dengan tingkat konsumsi baik. Total sampel dengan tingkat konsumsi baik 17
sampel (26,98%)
• Pada sampel dengan tingkat konsumsi energi dalam kategori lebih dilihat dari status gizi kurus 4 sampel
(40,00%), sampel dengan tingkat konsumsi lebih dengan status gizi normal 4 sampel (25,00%) dan terdapat
29 sampel (78,38%) dengan status gizi lebih dengan konsumsi lebih. Toal sampel dengan tingkat konsumsi
lebih 37 sampel (58,73%). Dapat dilihat bahwa dari tingkat konsumsi diatas sampel dengan status gizi lebih
memiliki kecendrungan dengan tingkat konsumsi yang lebih pula.
Secara rinci sebaran sampel menurut tingkat
konsumsi protein dan status gizi
• sampel dengan tingkat konsumsi kurang dengan status gizi kurus 1 sampel (10,00%) , pada sampel dengan
konsumsi kurang dengan status gizi normal 3 sampel (18,75%) dan pada tingkat konsumsi kurang pada
sampel dengan status gizi lebih 3 sampel (8,10%). Total sampel dengan tingkat konsumsi protein kurang 7
sampel (11,11%).
• Pada sampel dengan tingkat konsumsi protein dalam kategori baik dilihat status gizi kurus 2 sampel (20,0%),
sampel dengan tingkat konsumsi baik dengan status gizi normal 5 sampel (31,25%) dan terdapat 13 sampel
(35,14) status gizi lebih dengan tingkat konsumsi baik. Total sampel dengan tingkat konsumsi protein baik 20
sampel (31,75%).
• Pada sampel dengan tingkat konsumsi protein dalam kategori lebih dilihat dari status gizi kurus 7 sampel
(70,00%), sampel dengan tingkat konsumsi lebih dengan status gizi normal 8 sampel (50,00%) dan terdapat
21 sampel (56,76%) dengan status gizi lebih dengan konsumsi lebih. Total sampel dengan tingkat konsumsi
protein lebih 36 sampel (57,24%). Dapat dilihat bahwa dari tingkat konsumsi diatas sampel dengan status gizi
lebih memiliki kecendrungan dengan tingkat konsumsi yang lebih pula.
Hasil Analisis Data

• Konsumsi rata-rata energi makanan jajanan sekolah di ketahui 369 kkal, dengan konsumsi
terendah 0 kkal dan tertinggi 954 kkal. Dari rata -rata Konsumsi rata-rata energi makanan
jajanan sekolah di ketahui 369 kkal, dengan konsumsi terendah 0 kkal dan tertinggi 954 kkal.
Jadi rata-rata kontribusi energi makanan jajanan sekolah terhadap total adalah 403 kkal.
• Dilihat dari konsumsi protein, konsumsi rata-rata protein makanan jajanan sekolah di ketahui
sebanyak 12,22 gram, konsumsi protein terendah adalah 0 gram, tetinggi sebanyak 43,49
gram. Jadi rata-rata kontribusi protein makanan jajanan sekolah adalah 25,17 gram. Dilihat
dari kontribusi protein makanan jajanan kontribusi protein tertinggi 29,61 gram, kontribusi
terendah 15,09 gram dan dengan rata-rata kontribusi 25,17 gram Jadi protein makanan
jajanan sekolah berkontribusi 25,17 gram dari total konsumsi protein sampel.
Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Total Dengan Status Gizi

• Pengkategorian tingkat konsumsi energi berdasarkan Widya Karya Nasional


Pangan dan Gizi (2004) dikategorikan menjadi 3 yait; kategori kurang (< 80%
AKG), baik (80%-110% AKG) dan lebih (>110%AKG). Status gizi
dikategorikan berdasarkan IMT menurut Umur yaitu; kurus, normal dan
lebih Berdasarkan hasil analisis uji korelasi pearson di peroleh nilai significancy
sebesar 0,001, sehingga nilai p< 0,05 dan Ho ditolak, yang artinya ada
hubungan antara konsumsi energi total dengan status gizi pada anak SD N 1
Penebel
• Pengkategorian tingkat konsumsi protein berdasarkan Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (2004) dikategorikan menjadi 3 yaitu; kategori kurang (<
80% AKG), baik (80%-110% AKG) dan lebih (>110%AKG). Status gizi
dikategorikan berdasarkan IMT menurut Umur yaitu; kurus, normal, dan
lebih. Berdasarkan hasil analisis uji paerson di peroleh nilai significancy sebesar
0,923, sehingga nilai p> 0,05 dan Ho diterima, yang artinya ada tidak
hubungan antara tingkat konsumsi protein total dengan status gizi lebih pada
anak SD N 1 Penebel.
Pembahasan

• Rata-rata hasil konsumsi makanan jajanan sekolah dilihat dari konsumsi energi 369 kkal dengan konsumsi terendah 0 dan
tertingi 954 kkal. Untuk mengetahui kontribusi makanan jajajan, konsumsi energi makanan jajanan dibandingan dengan
konsumsi energi total dari sampel. Jadi rata-rata kontribusi energi makanan jajanan sekolah terhadap total adalah 401 kkal.
Dari rata -rata kontribusi dapat dilihat bahwa sebaran menurut rata-rata kontribusi energi tertinggi 448 kkal dan terendah
339 kkal.
• Berdasarkan konsumsi protein, rata-rata protein makanan jajanan sekolah di ketahui sebanyak 12,22 gram, konsumsi protein
terendah adalah 0 , tetinggi sebanyak 43,49 gram. Untuk mengetahui kontribusi protein makanan jajanan diperoleh dengan
membandingan konsumsi protein makanan jajanan dengan konsumsi protein total sampel. Jadi dilihat dari kontribusi
protein makanan jajanan, kontribusi protein tertinggi 30,54 gram, kontribusi terendah 28,67 gram dan dengan rata-rata
kontribusi 29,60 gram dari total konsumsi protein sampel. Dari semua sampel yang diambil di SD N 1 hanya 3 dari total
sampel yang pada saat dilakukan penelitian tidak jajan disekolah, menurut sampel tersebut karena telah terbisa sarapan
dirumah, jadi uang jajan yang diberikan dikumpulkan/ditabung. Namun ada juga dari sebagian sampel yang menghabiskan
uangnya untuk jajan di sekolah. Pada pengamatan saat penelitian makanan yang paling sering dikonsumsi yaitu makanan
ringan dan minuman kemasan.
Hubungan Konsumsi Energi dan Protein Total Terhadap
Anak Dengan Status Gizi Lebih Di SD N 1 Penebel

• Salah satu yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
pola asupan nutrisi. Anak sekolah membutuhakan makanan yang cukup secara kuantitas dan
kualitas agar memiliki status gizi yang baik. Dalam memenuhi status gizi anak perlu
diperhatikan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi agar sesuai dengan kebutuhan. Pada
penelitian yang dilakukan di SD N 1 Penebel dilihat dari konsumsi total energi dan protein,
diperoleh dengan cara recall 2x 24 jam yang dilakukan di hari yang berbeda. Konsumsi total
energi dan protein diperoleh dari total konsumsi disekolah dan di luar sekolah. Untuk
mengetahui tingkat konsumsi anak, total konsumsi energi dan protein di bandingan dengan
kebutuhan dari masing-masing anak kemudian di kelompokan berdasarkan asupan zat gizi
makro menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), yaitu kurang (<80% AKG),
baik (80%-110%) dan lebih (>110%). Berdasarkan hasil analisis uji korelasi pearson di peroleh
nilai significancy sebesar 0,001, dari hasil analisis data tersebut didapatkan tingkat konsumsi
energi berhubungan terhadap anak dengan status gizi lebih. Dapat dilihat dari tingkat
konsumsi energi, sampel dengan konsumsi lebih memiliki kecendrungan memiliki status gizi
lebih (obesitas dan gemuk) yaitu , 29 sampel (78,38%).
• Hal ini sejalan dengan salah satu faktor yang menyebabkan munculnya
masalah gizi lebih (gemuk dan obesaitas), apabila seseorang mengkonsumsi
makanan dengan kandungan energi yang sesuai dengan yang dibutuhkan
maka tidak ada energi yang disimpan. Sebaliknya jika pola makan melebihi
kebutuhan energi dan sedikit sayur dan buah maka kelebihan energi akan
disimpan sebagai cadangan lemak (Suiraoka,2012). Hal ini disebabkan
Karena infisiensi energi yang menyebabkan gizi lebih dan obesitas (Hertog
Nursanyoto,2012).
• Dilihat dari konsumsi protein berdasarkan hasil analisis uji korelasi pearson di peroleh nilai significancy sebesar 0,923,
sehingga nilai p > 0,05 dan Ho diterima, yang artinya ada tidak hubungan bermakna antara tingkat konsumsi protein
total dengan status gizi lebih pada anak SD N 1 Penebel. Hal ini disebabkan Karena protein merupakan zat
penghasil energi yang tidak berperan sebagai sumber energi, tetapi berperan sebagai pengganti jaringan dan sel
tubuh yang rusak. Apabila tubuh mengalami kekurangan energi maka protein akan terlebih dahulu menghasilkan
energi untuk membentuk glukosa. Namun dengan mengkonsumsi banyak protein, tidak akan disimpan sebagai
cadangan dalam tubuh seperti halnya jika mengkonsumsi energi berlebih maka akan disimpan dalam tubuh berupa
lemak, protein bereperan dalam status gizi namun lebih sebagai zat pembangun yang berfungsi dalam pertumbuhan
dan pemeliharaan jaringan tubuh. Secara umum protein sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan anak usia sekolah. Protein merupakan zat gizi kunci yang berperan dalam pertumbuhan tulang dan
otot.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN
• Jadi rata-rata kontribusi energi makanan jajanan sekolah terhadap total adalah 401 kkal. Dari rata -rata kontribusi
dapat dilihat bahwa sebaran menurut rata-rata kontribusi energi tertinggi 448 kkal dan terendah 339 kkal.
• Berdasarkan konsumsi protein, rata-rata protein makanan jajanan sekolah di ketahui sebanyak 12,22 gram. Jadi
dilihat dari kontribusi protein makanan jajanan, kontribusi protein tertinggi 30,54 gram, kontribusi terendah 28,67
gram dan dengan rata-rata kontribusi 29,60 gram dari total konsumsi protein sampel.
• Hasil pengolahan data antropometri anak sekolah dalam penilaian status gizi menggunakan indeks IMT menurut
Umur diketahui sebagian besar sampel dengan gizi lebih sebanyak 37 sampel (58,7%) terdiri dari 21 sampel (33,3%)
dengan statsu gizi obesitas dan 16 sampel (25,4%) dengan status gizi gemuk. Status gizi normal sebanyak 16 sampel
(25,4%) dan 10 sampel(15,8%) dengan status gizi kurus.
• Ada hubungan antara tingkat konsumsi energi total terhdadap anak dengan status gizi lebih. Berdasarkan hasil
analisis uji korelasi pearson di peroleh nilai significancy sebesar 0,001, sehingga nilai p<0,05.
• Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi protein total terhdap anak status gizi lebih berdasarkan hasil analisi uji
korelasi pearson peroleh nilai significancy sebesar 0,923, sehingga nilai p > 0,05 dan Ho diterima
SARAN

• Saran yang dimaksud disini yaitu semacam bahan masukan yang dpat digunakan sebagai dasar pertimbangan, khususnya
yang terkait dengan konsumsi dan status gizi anak sekolah di SD N 1 Penebel.
• Kepada pihak sekolah SD N 1 Penebel, agar bersama-sama dengan orang tua siswa dalam mengawasi konsumsi anak, baik
dari pihak sekolah melakukan dengan memberikan himbauan di sekolah dan dari pihak orang tua mengawasi pola makan
dirumah, agar tidak sampai mengkonsumsi makanan baik dirumah atau di sekolah dalam jumlah yang melebihi kebutuhan
yang bisa menyebabkan anak memiliki status gizi lebih yang nantinya akan berpengaruh kepada kesehatan anak itu sendiri.
• Untuk siswa agar menghindari makanan yang kurang sehat dan mulai menerapkan gizi seimbang baik di rumah maupun di
sekolah, diharapkan konsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan dan diimbangi dengan olah raga secara teratur dan cukup
istirahat untuk menjaga status gizi anak.
• Bagi peneliti yang lain yang ingin meneliti lebih jauh tentang kontribusi energi dan protein makanan jajanan sekolah
terhadap konsumsi energi dan protein pada anak dengan status gizi lebih, agar bisa mengkaji lebih dalam terutama pada hal-
hal yang belum terungkap pada penelitian ini dan dapat menyempurnakan hal yang masih kurang.
OM SANTI SANTI SANTI OM

Anda mungkin juga menyukai