Anda di halaman 1dari 32

ANOMALI REFRAKSI

Penyebab dasar gangguan visus

1. Anomali refraksi 2. Gangguan media


1. Miopia refrakta
2. Hipermetropia 1. Kornea

3. Astigmatisme 2. Humor aquous


3. Lensa krystalina
4. Presbiopi
4. Corpus vitreum

3. Gangguan saraf
Pemeriksaan visus
Untuk kemudahan pengukuran tajam penglihatan, sinar yang datang dari jarak
5-6 meter dianggap sebagai sinar sejajar

Jenis Pemeriksaan visus


a. Visus jauh : dengan Optotype (Snellen jarak 6 m, Strauβ jarak 5 meter)
b. Visus dekat : dengan membaca reading card
c. Visus perifer : dengan perimeter
Jenis pemeriksaan visus
1. Pemeriksaan visus pada anak
Ketajaman penglihatan pada anak baru mencapai 20/20 saat berusia 3 tahun
2. Pemeriksaan visus dewasa
- Pemeriksaan visus dengan kartu snellen (x/6)
- Pemeriksaan visus dengan hitung jari (x/60)
- Pemeriksaan visus dengan lambaian tangan (x/300)
- Pemeriksaan visus dengan sinar senter (LP dan NLP)
PrinsipOptik

P = 1/F
misal 5 D berarti jarak fokusnya 20 cm
Ametropia/anomali refraksi
Faktor genetik & lingkungan
Penyebab:
• Aksis anteroposterior
• Kurvatura kornea
• Indeks bias media refrakta
• Posisi lensa
Mengukur:
• Triall & erorr
• Celah stenopik, jam astigmat
• Retinoskopi
• Refraktometer
Indeks bias media refrakta
• 1. Kornea : 1,33 ; merupakan permukaan cembung sistem lensa sehingga
dapat mengumpulkan cahaya
• 2. Humor aquos : 1,33 ; sama dengan kornea sehingga cahaya dari kornea
diteruskan saja
• 3. Lensa mata : 1,42 ; sehingga cahaya agak lebih difokuskan lagi
• 4. Badan kaca : Indeks bias lebih kecil daripada lensa mata sehingga cahaya
agak disebarkan lagi.
Dengan demikian, kekuatan refraksi mata dapat diwakili oleh kornea yang
bersifat lensa cembung dengan kekuatan lensa 42 D. Pada mata emetrop maka
sinar sejajar (yang datang dari jarak 6 meter atau lebih) akan terfokus pada
retina (tepatnya di makula). Dengan demikian, mata emetrop mempunyai
panjang aksis anteroposterior (dari kornea ke makula) sebesar 100 cm dibagi 42
sama dengan 2,4 cm (1 inch).
MIOPIA
Merupakan kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar tanpa akomodasi dibiaskan di depan retina.

Keluhan :
- Melihat jauh kabur
- Melihat dekat terang
- Bola mata besar/menonjol, KOA dalam, pupil besar

Penyebab miopi :
- Axis anteroposterior mata terlalu panjang (Paling sering)
Pemanjangan sumbu aksis 1 mm = S-3D
- Lensa terlalu ke depan (Posisi lensa) (misalnya karena luksasi lensa)
- Indeks bias media refrakta terlalu besar
- Curvatura kornea terlalu mencembung (misal keratokonus)
Derajat Miopia

- Miopia ringan : Miopia levis : S <-5 D


- Miopia sedang : Miopia moderate : S -5 sampai -10 D
Pada miopia 6 D terjadi pemanjangan aksis 2 mm sering disertai dengan
kelainan di belakang polus posterior (fundus) akibat peregangan berlebihan.
- Miopia berat : Miopia gravis : S > -10 D
Pada miopi 10 D atau lebih besar, biasanya koreksinya tidak bisa mencapai
visus normal. Ini disebabkan meskipun sinar sudah terfokus tetapi reseptornya sudah
mengalami kemunduran.
Pada miopia tidak bisa dilakukan kompensasi sebab jika terjadi akomodasi mata maka akan menjadi semakin
miop. Kelainan ini dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa spheris –

Usaha pasien untuk mengatasi miop kalau tidak dilakukan koreksi kacamata :
1. Menggosok mata  kurvatura kornea lebih datar, jelas sementara
2. Menyempitkan celah mata  ada efek celah, penglihatan lebih jelas
3. Pada cahaya yang sangat terang secara refleks pupil akan mengecil sehingga akan mengurangi lingkaran
difus dan penglihatan lebih jelas
4. Untuk melihat jauh ia harus mendekati objek sehingga fokus akan mundur dari badan kaca ke retina
dengan hasil penglihatan yang lebih jelas. Ini yang sering dikeluhkan orangtua saat anaknya melihat tv atau
membaca terlalu dekat
Terapi Miopia
- Mengukur derajat miopi dengan menggunakan lensa coba
- Kemudian diberi lensa minus atau lensa kontak
- Atau dilakukan operasi dengan sinar laser (LASIK) Laser assisted in-situ
keratomileusis
HIPERMETROPIA
Merupakan kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar tanpa akomodasi dibiaskan di belakang retina.

Keluhan :
• Bila membaca lama, mata menjadi merah dan nrocos
• Gejala penglihatan dekat kabur lebih awal, kabur saat melihat dekat dan jauh
• Sering disertai srabismus convergent (esotropia)
• Sering terjadi astenopia akomodativa, KOA dangkal, pupil kecil

Penyebab :
- Axis anteroposterior mata terlalu pendek (Paling sering)
Pemendekan aksis 1 mm = hipermetrop 2 D
- Lensa terlalu ke belakang (Posisi lensa)
- Indeks bias media refrakta kurang dari normal
- Curvatura kornea terlalu datar
Klasifikasi Hipermetropia
1. Hipermetropia laten
2. Hipermetropia manifest
1. Hipermetropia manifest fakultativ
2. Hipermetropia manifest absolut
3. Hipermetropia total
Hipermetropia laten
Hipermetropia yang dapat diatasi dengan tonus otot siliaris atau ditutupi oleh daya
akomodasi. Penderita mengeluh sering sakit kepala oleh karena akomodasi terus
menerus.

- Hipermetropia laten dapat diperiksa dengan cara tertentu


- Hipermetropia laten dapat ditemukan / diukur bila spasme m.ciliaris dihilangkan
dengan melumpuhkan otot tersebut. Jadi bila diberi cyclopegium bagian yang latent
akan menjadi manifest dan bagian manifest akan bertambah
- Setelah itu baru diukur dengan menggunakan lensa coba
Hipermetropia manifest
• Hipermetropia manifest fakultativ
Hipermetropia pada orang muda dimana daya akomodasinya masih kuat. Disini
hipermetropi masih dapat dikompensasi oleh daya akomodasi. Misal S+3

• Hipermetropia manifest absolut


Hipermetropia pada orangtua/dewasa dimana daya akomodasinya sudah
berkurang sehingga tidak dapat mengkompensasi hipermetropianya. Misal S+2
Hipermetropia total
Hipermetropia yang didapatkan bila lensa tidak dapat berakomodasi, misal
karena tua atau karena dilumpuhkan dengan cyclopegium.

Hipermetropia total = H. Manifest + H. Latent


Terapi Hipermetropia
• Lebih dulu mengukur derajat hipermetropi (dengan pemeriksaan subjektif
menggunakan lensa coba)
• Kemudian diberi kacamata S +
• LASIK
Astigmatisma
Keadaan dimana refraksi pada tiap bidang meridian tidak sama. Dalam satu bidang meridian,
sinar-sinar sejajar dibiaskan pada satu titik, tetapi pada bidang meridian lain tidak pada titik ini.

Penyebab utama astigmatisma adalah karena curvatura kornea yang tidak benar benar spheris,
tapi agak lonjong menyerupai sendok. Dengan demikian, ada meridian utama, yaitu meridian
dengan kekuatan refraksi terbesar dan meredian dengan kekuatan refraksi terkecil. Pada
astigmatisma, fokus tidak berbentuk titik melainkan berbentuk garis.

Pada astigmatisma reguler maka kedua meridian utama saling tegak lurus. Astigmatisma reguler
ini dapat dikoreksi dengan kacamata menggunakan lensa silindris.
Keluhan astigmatisma
• Kabur saat melihat jauh/dekat
• Diplopia monokuler
• Nyeri kepala
• Astenopia
Klasifikasi Astigmatisma
a. Astigmatisma irreguler
b. Astigmatisma reguler
a. Astigmatisma simpleks
b. Astigmatisma Compositus
c. Astigmatisma Mixtus

Koreksi :
- Lensa silindris
- LASIK
1. Astigmatisma miop simpleks : Apabila meridian utama yang satu emetrop, yang lain miop,
sehingga fokusnya satu di retina satu di depan retina.
2. Astigmatisma miop kompositus : Apabila kedua meridian utama adalah miop tetapi dengan
derajat yang berbeda sehingga fokus berada di depan retina tetapi dengan jarak yang berbeda.
3. Astigmatisma hipermetrop simpleks : Apabila meridian utama yang satu emetrop dan yang lain
hipermetrop sehingga fokusnya yang satu di retina, yang satu di belakang retina
4. Astigmatisma hipermetrop kompositus : Apabila kedua meridian utama adalah hipermetrop,
tetapi dengan derajat yang berbeda, sehingga fokus berada di belakang retina, tetapi dengan
jarak yang berbeda.
5. Astigmatisma mixtus : Apabila meridian utama yang satu miop yang lain hipermetrop, sehingga
fokus di depan retina dan fokus lain di belakang retina.
PRESBIOPIA
• Proses degenerasi lensa → kehilangan elastisitas → akomodasi turun
• Mulai umur 40 tahun
• Gejala: astenopia, lakrimasi, sukar melihat dekat
• Ukuran sesuai umur & status refraksi
• Maksimal S+3 → jarak baca 33cm
PUNCTUM REMOTUM DAN PUNCTUM
PROXIMUM
PR adalah titik terjauh dimana seseorang dapat melihat paling jelas tanpa
akomodasi. Pada orang emetrop maka PR nya tak terhingga.
Pada orang miop 1 D PR nya adalah 1 meter, miop 2 D PR nya adalah ½
meter, dst (1/miop di depan mata).
Pada orang hipermetrop 1 D PR nya 1 meter di belakang retina (1/hipermetrop
di belakang mata). Ini berarti semua titik di depan subjek akan terlihat kabur
kalau tidak menggunakan akomodasi. Titik akan menjadi jelas jika pasien
menggunakan akomodasi.
PP adalah titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas yaitu dengan menggunakan
akomodasi maksimal. Dengan demikain PP ditentukan oleh umur (hubungan kekuatan
akomodasi ) dari status refraksi.
1. Pada orang emetrop umur 25 th (akomodasi 10 D) maka PP adalah 100cm/10 =
10 cm
2. Pada orang miop 2 D umur 25 th (akomodasi 10 D) maka PP adalah
100cm/(10+2) = 8 cm
3. Pada orang hipermetrop 2 D umur 25 th (akomodasi 10 D) maka PP adalah
100cm/(10-2) = 12,5 cm
Anisometropia
Perbedaan derajat anomali refraksi kedua mata

• <1,5D → Bisa bekerjasama


• 1,5-3D → Bisa bekerjasama/ supresi mata yang buruk
• >3D → Supresi mata yang buruk
Prosedur pemeriksaan refraksi
Alat :
- Kartu snellen
- Kartu jaegger
- Kacamata pinhole
- Set trail lens
- Kertas resep kacamata
Pasien datang dengan keluhan kabur

a. Lakukan anamnesis (sacred seven RPS, RPD, RPK, RP Sosek)


b. Lakukan pemeriksaan fisik (cek  VODS  pinhole)
c. Tuliskan resep kacamata
d. Sebutkan diagnosis dan diagnosis banding (anamnesis & px refraksi)
e. Lakukan edukasi
Penulisan resep kacamata
• Tempat dan tanggal penulisan resep
• Resep untuk kacamata melihat jauh atau dekat
• Mata kanan atau mata kiri
• Gambar/busur aksis untuk lensa silindris
• Bila untuk melihat jauh maka tulis ukuran sferis pada baris paling atas
• Bila memerlukan lensa silindris, tulislah di sebelah ukuran sferis, beserta aksisnya
• Bila memerlukan lensa prisma, tulislah di sebelah lensa silindris, beserta basisnya
• Bila memerlukan lensa untuk membaca dekat, tulislah dibawah baris ukuran untuk melihat jauh
• PD jauh dan dekat
• Pro dan umur pasien
• Tanda tangan dokter
Penatalaksanaan komprehensif
a. Penatalaksanaan : Koreksi dengan kacamata lensa sferis negatif terkecil atau lensa
sferis positif terbesar yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik.

b. Konseling dan edukasi : Membaca dengan cahaya yang cukup. Tidak membacara
dengan jarak terlalu dekat. Kontrol setidaknya 1 tahun sekali atau jika ada keluhan.

c. Kriteria rujukan : Kelainan refraksi yang progresif, tidak maju dengan koreksi
lensa, kelainan yang tidak maju dengan pinhole
Prognosis
• Miopia : Bonam jika koreksi dengan lensa S-
• Hipermeropia : Bonam jika koreksi dengan lensa S+
• Astigmatisma : Bonam jika koreksi dengan lensa silindris
• Presbiopi : quo ad vitam bonam, quo ad sanationam bonam, quo ad
functionam malam karena proses degenerasi

Anda mungkin juga menyukai