MK Teknik Sungai 2015
MK Teknik Sungai 2015
Tb= sed.
sesudah ada bangunan terangkut
kehilir
Jarak (km)
B.Sabo(5) B.Sabo(3) kanalisasi(1)
5 4 3 2 1 Sungai
B.Sabo(4) B.Kant.lump(2) Utama
Bangunan pengendalian sedimen di hulu sbb:
• Bangunan2 dari hulu sd. Kantong pasir adalah
perlu bangunan2 penstabilan dan bangunan2
penangkap sedimen.
Misalnya: Sabo dam/ chek dam, kantong pasir dll
• Bangunan2 pada alur kanalisasi (setelah B.
Kantong pasir) adalah merupakan bangunan
penstabilan. Pada bagian alur ini tidak
diperkenankan erosi maupun sedimentasi.
Misalnya: groudsill, revetment/ perkuatan tebing,
tanggul, dll
2). Pengendalian/ pengaturan alur bagian tengah.
Pada alur bagian tengah merupakan alur
transportasi (thd sedimen), maka pengaturan
ditujukan untuk alur stabil (tebing dan dasar sungai)
dan mengatasi laju pergerakan meander akibat
gerusan tebing luar. Jadi diharapkan erosi dan
sedimentasi pada alur ini relatip kecil/ seimbang, hal
ini sangat tgt pengendalian sedimen pd bagian hulu.
Maka bangunan pengaturan alur bag. tengah al:
• B. Tanggul
• B. Pengamanan tebing sungai (perkuatan tebing
maupun pengarah aliran)
• B. Tanggul
• Pekerjaan sudetan
• Normalisasi alur
• B.perkuatan dasar sungai, dsb
3). Pengendalian/ pengaturan alur bagian hilir
Pengaturan pada bagian alur ini sehubungan
dengan adanya sedimentasi/ agradasi dasar sungai
dan pengendalian banjir.
Maka langkah yg perlu dilakukan al:
• Normalisasi alur sungai termasuk tanggul
• Pengerukan secara berkala (tgt laju sedimentasi)
• Penanganan secara terpadu perlu pengendalian
erosi di hulu (alur sungai & DAS)
BANGUNAN PERSUNGAIAN.
A. BANGUNAN PENGENDALIAN SEDIMEN.
1). BANGUNAN SABO DAM (PENGEND.SEDIMEN).
kolam olak
Pot.A--A A Io(lama)
B.Sabo dam
Storage volume
Fix volume
• Pembangunan Sabo Dam dari hilir kehulu
(menaikan dasar sungai)
Ds sungai lama
Bs2 ds.sunggai baru
Bs1
kantong pasir
Desain Penampang:
Debit desain Qo = (1+α)Qbanjir
α – tgt konsentrasi sedimen ( 0,05 – 0,3)
Pendekatan Kemiringan dasar sungai stabil:
Iwagaki: U*2 = U*c2
Is = (80,9xD)/(gh)={(80,9xD)/(gx102)}10/7x{(B)/(nq}6/7
Bangunan yg diperlukan:
Tanggul, girdle, groundsill, perkuatan tebing sungai
(yg bersifat langsung dari bronjong), dll
4). BANGUNAN GROUNDSILL
• Groundsill merupakan bangunan drop yang
mengatur kemiringan dasar sungai (menurunkan),
untuk menjaga kestabilan dasar sungai (mencegah
erosi). Supaya tidak banyak merubah landscape,
tata air maupun menekan dampak negatip, maka
tinggi drop maximal kira2 2,0 m.
• Jika tinggi drop adalah 0,00 m disebut girdle, utk
mengatisipasi fluktuasi dasar sungai. Hal ini untuk
mengantisipasi angkutan sedimen dari hulu yang
tidak stabil, akibat bangunan pengendali sedimen
yg belum optimal.
• Bangunan groundsill diperlukan pada:
Pada alur sungai yg mengalami erosi/ degradasi
(penempatan dihilir bangunan jembatan dll)
Pada alur sungai sudetan (jika kemiringan sungai
sudetan tidak stabil). Jembatan
Is aman dari gerusan
Io
Io groundsill Is
Io adalah kemiringan dasar sungai lama
Is adalah kemiringan dasar sungai stabil baru
terjadi sedimentasi. Jika tak ada groundsill
5) Bangunan Girdle
Bangunan girdle merupakan bangunan penstabilan
dasar sungai seperti groundsill tetapi tidak
mempunyai drop (drop = 0). Bangunan ini
diperuntukan alur sungai yg masih mengalami
fluktuasi dasar sungai akibat pengendalian sedimen
dihulu belum optimal.
Dasar yg fluktuasi
B.Girdle
6). Perbaikan/pengaturan alur meander(bag.tengah)
Bagian alur sungai meander, cenderung bergerak
kearah tikungan luar & gerusan ditikungan luar juga.
R2
R1
R3 R4
R5 R6
Kondisi meander : R7
R/B < 10 - kondisi kritis, artinya: jika tak dilakukan
sudetan, hanya dilakukan O&P dg. b.persungaian,
mk.akan rusak & bangun lagi jadi mahal.
Pekerjaan sudetan: perlu dilakukan secara hati2,
beaya mahal, kadang2 bisa merusak sungai (kondisi
tidak stabil), berdampak sangat luas dan kadang2
menimbulkan permasalahan banjir dihilir makin
besar.
Desain penampang:
• Kapasitas pengaliran sesuai debit desain
• Bentuk penampang melintang stabil secara
hidrolik.
• Penampang melintang stabil terhadap erosi tebing
• Penampang memanjang stabil thd erosi dasar
sungai, pendekatan: Ƭc = Ψ(ρs-ρw)gDm ...Shield
Pekerjaan/ bangunan yg diperlukan:
• Pekerjaan sudetan (meander kritis)
• Normalisasi
• Pek. Tanggul
• Bangunan perkuatan dasar sungai (untuk dasar
sungai yg tidak stabil)
• Bangunan perkuatan tebing sungai (untuk tebing
sungai yg tidak stabil khususnya pada tikungan
luar)
6). BANGUNAN PENGAMAN TEBING SUNGAI
• Bangunan p.t.s. Berfungsi untuk mengamankan
tebing sungai dari gerusan aliran air sungai.
• Bangunan p.t.s. Ada 2 jenis:
a) B.p.t.s. Langsung (2jenis):
- lolos air
- tak lolos air
b) B.p.t.s. Tak langsung (2 jenis):
- lolos air
- tak lolos air
• Persyaratan: mudah dilaksanakan, murah, bahan
lokal, bisa disesuaikan dg. kebut. (struktur mahal)
B.p.t.s. Langsung lolos air.
Bangunan lolos air menempel langsung pada tebing
sungai, shg mengamankan langsung dari gerusan air.
Contoh: hamp. batu, pas.blok2 beton,turap kayu dll.
Syarat:
o Talud tebing sungai harus stabil thd. Longsoran.
o Batuan aman terhadap erosi
o Menggunakan Lap. Filter. m.air
pas. Blok beton
Lap. filter
B.p.t.s. Langsung tak lolos air.
Bangunan yang tak olos air menempel langsung pada
tebing sungai, shg mengamankan langsung dari
gerusan air.
Contoh: turap baja, pasangan batu, turap beton dll.
Syarat:
o Talud tebing sungai harus stabil thd. Longsoran,
kecuali bangunan yg bersifat dinding penahan.
o Aman terhadap gerusan pada kaki/pondasi
o Menggunakan Lapisan filter dan pipa drainase
B.p.t.L.tak lolos air x
D = 1,25R
B.p.t.l tak lolos air
(turap beton)
outlet/ pipa drain f = 1,76(Dm)(1/2)
Filter scouring (R) = 0,47(Q/f)(1/3)
Bangunan p.t.tidak langsung (Krib)
L- jarak krib ( L antara 2—3xP)
P – panjang krib
KRIB dari bronjong adalah rapat air
Krib dari pasangan tiang/ dolken adalah lolos air
L
P
Bronjong
m.air tanah
Tanah/ clay m.air sungai
lap. Filter
Tebal lapisan :
Pasir, kerikil halus ; 5--- 10 CM
Kerikil ; 10—20 cm
Batu; (1,5 – 2)x dia batu
Alternatip: lap. geotextile
8). Pekerjaan Penanganan alur di hilir
Pekerjaan sungai dihilir sangat erat dengan
Pengendlian banjir, berupa normalisasi alur sungai
untuk pengaliran debit banjir termasuk tanggul.
M.a.banjir Tanggul
tinggi jagaan
bantaran sungai debit dominan
Secara umum alur sungai dihilir terjadi sedimentasi,
maka perlu dipertimbangkan pengerukan secara
berkala (tgt laju sedimentasi).
Secara sistem perlu penanganan erosi di DAS,
pengendalian secara menyeluruh/ nonteknis
KARAKTERISTIK DPS:
• Bentuk & luasDPS
• Topografi & kemiringan lahan
• Land Used, Vegetasi/ tanaman & bangunan El.tertinggi
• Alur Sungai (panjang alur, order sungai)
• Morphologi permukaan bumi
• Strutur geologi Q
El.terendah
Batas DPS
Contoh bentuk DPS bulu burung/ daun
Bentuk DPS
DPS Kali Garang Semarang
A. DEBIT AL. RENDAH SUNGAI/ HARIAN (low-flow)
Merupakan potensi sumber daya air sungai (debit andalan), terkait
pemenuhan kebutuhan air.
(Q)
(Q)
3. Perenial River (al. Kontinyu sepanjang tahun)
Hidrograf aliran:
debit
(Q)
(m3/d) t (Jam)
DRO5 Volume DRO=AxRe.tot
T1 T2
BF10 BF12
BF2 BF5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12.... t (jam)
Titik T1 adalah banjir mulai naik (DRO mulai ada) dan T2 adalah DRO habis, maka
garis T1 – T2 pemisah BF dan DRO
Jika data debit al. Sungai sbb:
t (jam) : 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Q (m3/d): 26 23 20 37 64 86 73 60 52 44 36 33 32 30
Intensitas hujan sbb: t(jam) : 1 2 3
I (mm/jam): 16 21 16
Berapa Losses phi-index, hujan efektip(Re), BF & DRO tiap jam jika luas DPS: 37,80 Km2.
B) Fixed Base Length Method
T = A0,2 (T – dalam hari, A – miles kwadrat)
Q
DRO
T3
T0 T1 T2
BF
0 1 ... t - jam
Garis T1 – T2 – T3 adalah pemisah antara BF dan DRO
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (jam)
Analisis/perhitungan hidrograf banjir
A) Cara grafis
(Q)
Unit Hidrograf.
t(jam)
(Q) Qti
Hidrograf banjir
akibat Re1, Re2
dan Re3
BF
0 ti t(jam)
B) Cara analitis.
Q0 = BF0 + DRO0 atau Q0 = BF0 + ∑UxRe maka :
Perhitungan hidrograf banjir jika ada 3 hujan efektip & Tb UH adalah 8jam.
Q0 = BF0 + U0xRe1
Q1 = BF1 + U1xRe1 + U0Re2
Q2 = BF2 + U2xRe1 + U1Re2 + U0xRe3
Q3 = BF3 + U3xRe1 + U2Re2 + U1xRe3
-----
-----
Q7 = BF7 + U7xRe1 + U6Re2 + U5xRe3
Q8 = BF8 + U8xRe1 + U7Re2 + U6xRe3
Q9 = BF9 + 0 + U8Re2 + U7xRe3
Q10 = BF10 + 0 + 0 + U8xRe3
Q11 = BF11 + 0 + 0 + 0
Q12 = BF12 + 0
Untuk memudahkan perhitungan dapat
menggunakan tabel sbb.
Perhitungan hidrograf Banjir dengan tabel
Jika Tb UH = 5 jam (U0, U1 ,U2 ,U3 ,U4 & U5) dan hujan efektip, Re1,
Re2 dan Re3.
(t)
Hidrograf I-O sesudah ada waduk
Keseimbangan air pada Flood Routing waduk:
(I) - (O) = ∆S.
Maka: I > O S naik muka air waduk naik
I < O S turun muka air waduk turun
Untuk: t1 – t2
(I1 –I2)/2 – (OI – O2)/2 = S2 – S1
Variabel: O2 dan S2 pada jam ke 2 adalah belum
diketahui maka, persamaan tersebut dapat
diselsesaikan dengan coba-aba (trial & errors)
(Metode analitical). Untuk lebih praktis bisa
digunakan perhitungan tabel.
Data yang diperlukan untuk flood routing sbb: yaitu
data yang terkait inflow hidrograf banjir, bangunan
untuk outflow dan storage waduk.
1) Inflow hidrograf banjir
Merupakan hidrograf banjir rencana, hasil analisis / perhitungan
hidrograf banjir rencana.
Inflow waduk ( hidrograf banjir rencana)
(Q)
I0 I1 I2
0 1 2 3 4 5 ..... (jam)
2). Data out-flow hidrograf.
Bangunan outflow banjir untuk waduk, dapat berupa tunnel, pintu,
pelimpah bebas dll.
Bangunan pelimpah bebas. H mis:
Maka debit pelimpah (O) : + 90,00m
O = C0 C1 C2 x(√2g)xBxh2/3(m3/det)
C – Koefisien debit (O)
B – lebar pelimpah
h – tergantung tinggi air dan tinggi kecepatanatan
Grafik hubungan antara (H) dan (O)
(H)
O(m3/det)
3). Data waduk.
Berdasarkan peta topografi/kontour daerah genangan/ tampungan
waduk, dapat dihitung/ diukur volume simpanan waduk dan luas
genangan waduk terhadap elevasi muka air waduk.
Aw (m2) Aw2
(Ew) (Ew)
(m)
Ew=+90m
Ew1
3 2 ........