(agregat kasar), pasir, batubara, dan material sejenis lainnya. Zaman Yunani Kuno, semen telah mampu digunakan untuk merekatkan batu-batu raksasa dengan mengandalkan gypsum, batu kapur, gamping dan abu vulkanik atau pozzolan. Bangunan – bangunan fenomenal seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan bahkan Great Wall (China) perekat dan penguat bangunan awalnya merupakan hasil pencampuran batu kapur dan abu vulkanis. Kata Semen berasal dari bahasa latin yaitu Caementum, yang artinya “memotong menjadi bagian – bagian kecil yang tidak beraturan” Joseph Aspdin, seorang insinyur kebangsaan Inggris pertama kali mengurus hak paten semen pada tahun 1824. Hasil temuannya dinamakan “Semen Portland”. Semen Portland mengandalkan dua bahan utama, yaitu batu kapur sebagai sumber kalsium karbonat dan tanah lempung yang banyak mengandung silika, alumunium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan baku untuk memproduksi semen adalah bahan-bahan yang mengandung mineral kapur (CaO), silika (SiO2), Alumina (AI2 O3), dan besi oksida (Fe2 O3). Industri semen di Indonesia, bahan baku yang digunakan berupa batu kapur, tanah liat, pasir silika, dan pasir besi. Sumber kapur pada semen diperoleh dari limestone, chalk, dan marl. Clay dan shale merupakan sumber silika dan alumina, sedangkan besi oksida diperoleh dari penambangan pasir besi. Proses Produksi Semen, secara umum ada dua jenis, yaitu : Dry Process = semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM. Wet Process = Campuran bahan bakunya dilakukan pada kondisi basah. menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu : 1.Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal. 2.Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen. 3.Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen). 4.Proses pendinginan terak. 5.Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill. Dariproses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas. Langkah Utama Proses Produksi Semen adalah: Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: yang pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll., dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur. Penghancuran: Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi material yang digali. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk menentukan komposisi tumpukan bahan. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon dimana terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada pre‐heater ini dan berlanjut dalam kiln, dimana bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400°C, bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, dimana udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 °C. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistim tertutup dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen. Standar ASTM (Amerika) mengenal 2 macam standar dalam mengklasifikasikan semen, yaitu perspective standart (ketentuan terhadap isi produk) dan performance standar (batasan terhadap performa produk), ada beberapa standar semen sbb : (1) ASTM C 150, standard spesification for Portland Cement. (2) ASTM C 595, Standart Spesification for Blended Hydraulic Cements. (3) ASTM C 1157, Standart Performance Spesification for Blended Hydraulic Cements. Standar EN 197-1 ( Eropa ), secara umum standar EN membagi semen menjadi lima kategori sbb : (1) CEM I = Portland Cement (2) CEM II = Portland-Composite Cement (3) CEM III = Blastfurnace Cement (4) CEM IV = Pozzolanic Cement (5) CEM V = Composite Cement Standar SNI (Indonesia), beberapa jenis semen yang beredar di pasaran sbb : Semen Portland Putih, mengacu pada SNI 15- 0129-2004 dapat digunakan untuk semua tujuan di dalam pembuatan adukan semen serta beton yang tidak memerlukan persyaratan khusus Semen Portland, mengacu pada SNI 15-2049- 2004 terbagi menjadi lima jenis dengan kegunaan tiap jenis berbeda-beda Jenis I sd Jenis V Semen Portland Komposit, mengacu pada SNI 15-7064-2004 dapat digunakan untuk konstruksi umum seperti pekerjaan beton, pasangan bata, selokan, jalan dan pembuatan elemen bangunan khusus (beton pracetak, panel beton dan paving block) Semen Portland Pozolan, mengacu pada SNI 15-0302-2004 terbagi menjadi empat jenis dengan kegunaan tiap jenis berbeda-beda Jenis IP-U, Jenis IP-K, Jenis P-U dan Jenis P-K Jenis Semen Khusus, untuk keperluan penggunaan yang khusus 1. Semen Sumur Pemboran (Oil Well Cement, OWC), 2. High Alumina Cement (HAC), 3. Masonry Cement Sifat Fisika Semen : Tingkat Kehalusan Partikel Semen, Waktu Pengikatan, Kalor Hidrasi Kekekalan Kuat Tekan TERIMA KASIH