Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Penyakit cacingan (Helminthiasis) merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kualitas sumber daya manusia, cacingan akan
menghambat pertumbuhan fisik, kecerdasan
anak dan produktivitas kerja. Penyakit ini
merupakan penyebab kesakitan terbanyak di
seluruh dunia(WHO,2012)
DATA YANG ADA DI DALAM LATAR BELAKANG
A. Data dari World Health Organization(WHO)
pada tahun 2015
B.Kemenkes RI,2014
C.Dinas Kesehatan Povinsi Sumatera Barat,2014
2.Perumusan Masalah
Bagaimana Gambaran infeksi Nematoda Usus Pada Siswa/Siswi SD N.41 Kapuh Kecamatan
Koto XI Tarusan,Pesisir Selatan Tahun 2018.

3.Pembahasan Masalah
untuk mengetahui Bagaimana Gambaran infeksi Nematoda Usus Pada Siswa/Siswi SD N.41
Kapuh Kecamatan Koto XI Tarusan,Pesisir Selatan Tahun 2018.

4.Tujuan Penelitian
1.Diketahui gambaran infeksi Nematoda Usus Pada Murid SDN. 41 kapuh kecamamatan koto
XI tarusan kabupaten pesisir selatan.
2.Diketahui jenis Cacing Nematoda Usus yang menginfeksi Murid SDN. 41 Kapuh Kecamatan
Koto XI Tarusan,Pesisir Selatan Tahun 2018.

5.Manfaat Penelitian
Menambah dan meningkatkan wawasan, pengetahuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang
sudah didapatkan selama pendidikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.Pengertian Nematoda Usus


Manusia merupakan hospes dari nematoda usus golongan
soil transmitted helmith yang banyak menimbulkan masalah
kesehatan di daerah tropis penyakit infeksi cacing usus yang
termasuk golongan nematoda usus yang terpenting adalah
ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Necator americanus
dan Ancylostoma duodenale
( Aziz Ames dan hadjaja Pinardi,1994 ).
NEMATODA USUS

Ascaris
lumbricoides Ancylostom
a duodenale
Trichuris Necator
trichiura americanus
Ascaris lumbricoides
• Cacing dewasa bentuknya mirip dengan
cacing tanah,yang jantan berukuran 15-
31 cm dan betina 20-35 cm.
Diagnosa
• Untuk mengidentifikasi cacing ascaris
yang khas dalam feses di lakukan
pemeriksaan mikroskopis. Di samping itu
harus di temukan cacing dewasa. Untuk
membentuk dan menegakkan diagnosa,
pemeriksaan darah menunjukan adanya
eosinofilia pada stadium awal infeksi
(Brown, 1978).
Trichuris trichiura
• Nematoda ini jauh lebih besar dari pada cacing kremi dan
panjang 35-50 mm (betina) dan 30-45 mm (jantan)

Diagnosa
• infeksi cacing cambuk, umum nya, mudah di tegakan
dengan menemukan telur yang khas dalam tinja. Telur-
telur ini harus di sebutkan jumlahnya, karena infeksi
ringan biasanya tidak menimbulkan masalah dan tidak
memerlukan pengobatan (Brown, 1978).
Necator americanus

• Rongga mulut (Buccal capsule) cacing ini mempunyai dua


pasang pelat potong (Cutting Plate)

Diagnosa
• Diagnosa pasif infeksi cacing tambang tergantung dari di
temukannya telur dalam tinja, terutama dari gejalanya
sulit di bedakan dengan malnutrisi, telur terbaik di lihat
dengan sediaan lansung atau sedimen konsentrasi, tetapi
akan mengalami kerusakan pada sediaan dengan
pulasan permanen (Brown H,W, 1998).
Ancylostoma duodenale
Cacing tambang dewasa adalah yang
kecil seperti slinder yang berbentuk
kumparan berwarna putih keabu-abuan

Diagnosa
untuk menegakan diagnosa penyakit cacing
tambang yaitu anemia yang nyata di tunjukan
adanya pemeriksaan klinis dan rendahnya
hemoglobin, biasanya di bawah 40 % banyak
di temukan cacing tambang di feses. Adanya
darah di tinja yang di tunjukan oleh tes secara
kimia. Dan diagnosa pasti infeksi cacing
tambang di tegakan dengan mengadakan
pemeriksaan feses untuk menemukan telur
atau cacing dewasa (Brown H,W, 1998).
BAB III
METODE PENELITIAN
1. jenis penelitian
= bersifat deskriptif untuk melihat gambaran infeksi nematoda usus
pada murid SDN. 41 Kapuh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten
Pesisir Selatan
2. Waktu dan Tempat
= di lakukan pada bulan April tahun 2018 di laboratorium RSUD M.
Zein Painan.
3.Populasi dan sampel
a. Populasi semua murid SDN.41 Kapuh Kecamatan Koto XI
Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan
b.Sampel murid SDN.41 Kapuh Sebanyak 40 orang dari kelas 1
sampai dengan kelas 6 yang di ambil secara acak.
4. Persiapan Pemeriksaan
a. Alat = botol film, Objek glass, cover glass, batang
pengaduk atau lidi, tabung reaksi dan mikroskop.
b. Bahan = aquadest Dan Larutan Brine (NACL).

5. Prosedur Kerja
a.Cara Pengumpulan Sampel
= Satu hari sebelum pengumpulan feses murid SDN.41 Kapuh
diberikan boto film dan di beri identitas seperti nama, umur dan
jenis kelamin. Keesokan harinya sampel di kumpul dan di bawa
ke laboratorium RSUD M. Zein Painan untuk di periksa.
b. cara pembuatan larutan brine
= Ditimbang garam dapur sebanyak 300 gram, lalu di
masukan kedalam beaker glass dan ditambahkan
aquadest sebanyak 300 ml, kemudian di aduk sampai
garam tidak larut lagi atau sampai batas jenuh (Zaenal
Kokasih, 2001).

c.Cara Pemeriksaan Feses dengan Metoda Flotasi


=Diisi tabung reaksi dengan larutan brine sampai penuh.
Ke dalam beaker glass, masukan feses sebanyak 1
gram. Hancurkan feses dengan lidi atau pengaduk sambil
menambahkan larutan brine sedikit demi sedikit hingga
homogen. Lalu tuangkan seluruh larutan brine dari
beaker glass ke dalam tabung reaksi sampai penuh.
Bagian-bagian kasar yang terapung pada permukaan
larutan di angkat dengan lidi. Letakan cover glass di atas
permukaan tabung yang berisi larutan yang penuh. Lalu
diamkan selama 45 menit setelah itu cover glass di ambil
dan letakan di atas kaca objek. Di lihat di bawah
mikroskop mula-mula dengan pembesaran 10x kemudian
40x (Zaenal kokasih, 2001).
Analisa Data
=Positif (+) : jika di temukannya infeksi
nematoda usus
Negatif (-) : jika tidak di temukannya infeksi
nematoda usus

Pengolahan data
= Data diolah secara manual dan di sajikan dalam
bentuk tabel memakai pedoman atlas Parasitologi.
Frekuensi cacing di hitung dengan memakai rumus:
F = Jumlah sampel yang positif X 100%
Total sampel yang di periksa

Anda mungkin juga menyukai