Anda di halaman 1dari 51

THT

(OSCE COMPRE)
• Tambah gambar spesifik per-penyakit
terutama telinga
• Cara presentasi, mau dijelasin yg tanda
patognomoniknya aja atau gimana?
• Analgetik stadium presupurasi?
Tahun2 Sebelumnya
• OMA
• OE
• Rhinitis
• Motion sickness
• Tonsilitis
ANATOMI TELINGA
Otitis Eksterna
Definisi : Radang liang telinga akut maupun kronik yang
disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus.

Etiologi : ▪ bakteri, virus, jamur, rx. dll.


• Faktor yang mempermudah telinga luar ialah
perubahan pH di liang telinga yang biasanya normal
(asam) . bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi
menurun.
• Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman
dan jamur mudah tumbuh
• Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma
ringan ketika mengorek telinga.
DD : (jangan lupa penyebutan ONSET serta dekstra atau
sinistranya)
• otitis eksterna akut sirkumskripta DEKSTRA / SINISTRA
• otitis eksterna akut difusa DEKSTRA / SINISTRA
• otomikosis DEKSTRA / SINISTRA  ditandai dengan
rasa gatal penuh di liang telinga, menyerupai ketombe
• keratosis obturans  gumpalan epidermis diliang
telinga yang disebabkan oleh terbentuknya sel epitel
yang berlebihan yang tidak bermigrasi kearah telinga
luar, bilateral, usia muda
• kolesteatoma  hanya pada 1 telinga, biasa diusia tua,
erosi tulang posterior
1. OE Sirkumscripta=furunkulosis

Lokasi: rdg pars kartilaginosa


Gejala: sakit spontan saat buka mulut,mengunyah
→ tragus pain
→ refered pain
Pemeriksaan : - sakit tekan tragus
- pembengkaan liang telinga, tragus,
mastoid, daerah temporal.
Terapi
2. OE Difusa
Radang seluruh liang telinga (gendang telinga)
Predisposisi : - kelembaban ↑
- alergi
- psikologik

Gejala : sakit, gatal, kurang dengar (tergt. derajat)

Pemeriksaan :
▪ ddg.liang → merah,edem, luka/lecet
▪ tragus pain → daun telinga digerakkan
kadang keluar sekret
Terapi
3. OE Mikotika = Otomikosis

etiologi : - jamur aspergilus albus/nigra


- candida

gejala : rs. gatal (khas)

predisposisi : kelembaban tinggi (perenang)

tx. : antimikotika (sistemik & topikal)


Terapi
Otitis Media Akuta ( OMA )
• ad. Radang mukoperiost dr rongga telinga tengah ok
kuman (infeksi)

• Kausa : ◘ ISPA (sebagian besar)

◘ Cairan masuk ke rongga telinga :


yi. saat tersedak, muntah2 , bayi minum
sambil tiduran, tekanan negatif relatif
dr rongga t.tengah, menyelam.

◘ melalui gendang telinga perforasi


Jalannya penyakit
Stadium 1: Salphingitis/ oklusi tuba ( rdg. Tuba Eustachii)
- telinga terasa tersumbat (oklusio tuba)
- gembrebeg (tinitus low frequency)
- ‹ dengar (tipe CHL)
- otofoni (mendengar suara sendiri)
- otoskopi → MT normal
- otalgia (kadang)
Stadium 2 : Pre supuratif ( rdg mukoperios t.tengah)
- gejala stadium 1 bertambah hebat
- panas/otalgia +
- MT merah (vaskularisasi jelas)
- manubrium malei ke perifer
Stadium 3 : Supurasi / pustulasi
- gejala stadium 1 lbh hebat lagi
- anak-anak : sering rewel / kejang !!
- MT bullging (otalgia) → ada ttk. Iskemik
(bercak kuning) → nekrosis !! → dpt terjadi
perforasi. → stadium 4 ?
ok. Trombophlebitis dari vena
( bukan karena tekanan)
- gejala mereda
- keluar discharge purulen
- MT merah membara
Stadium 4 : Perforasi
Oleh karena keterlambatan pemberian antibiotic atau virulensi
kuman yang tinggi sehingga terjadi rupture membrane timpani dan nanah
keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar

Stadium 5: Resolusi
● MT utuh : - gejala mereda
- sakit/panas hilang
- berlanjut menjadi OME

● MT perforasi :
- dpt menutup kembali → sikatrik
tanpa stratum fibrosum
- menjadi OMK (otitis media kronik)
STADIUM OMA
DIAGNOSIS OMA :
Adalah kumpulan dari tanda (sign) dan gejala (simptom)

• Gejala/keluhan:
- otalgia (dolor), panas(kalor), CHL, tinitus low freq.,
otofoni, nyeri mastoid.

• Tanda/pemeriksaan :
♦ Otoskopi : (melihat gendang telinga/MT)

MT: merah muda→ merah membara (rubor)


bulging (adanya pustulasi)
bercak kuning (daerah nekrosis)→ perforasi
THERAPI OMA:

Stadium oklusi :
HCL efedrin 0,5% dalam lar. Fisiologis
Stadium presupurasi :
HCL efedrin 0,5% dalam lar. Fisiologis
Antibiotik : amoksisilin 40mg/kgbb perhari dibagi dalam 3 dosis
Stadium supurasi :
Antibiotik : amoksisilin 40mg/kgbb perhari dibagi dalam 3 dosis
dan ditambah miringotomi
Stadium perforasi :
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari dan antibiotik
RHINITIS
ANATOMI HIDUNG
RINITIS SIMPLEKS (PILEK, SELESMA, COMMON COLD,
CORYZA)
• Etiologi
Beberapa jenis virus Rhinovirus.
Virus-virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxsackle dan virus ECHO

Gejala tanda + Hasil pemeriksaan


• Stad prodromal  beberapa jam  rasa panas, kering dan gatal di dalam hidung.
• Stadium pertama : tiga hingga lima hari  bersin berulang-ulang, hidung
tersumbat, sekret hidung mula-mula encer dan banyak  menjadi mukoid, lebih
kental dan lengket  demam dan nyeri kepala.
• Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak.
•  Stad invasi bakteri : rinore purulen, sumbatan di hidung bertambah, demam,
sensasi kecap dan bau berkurang dan sakit tenggorokan  dua minggu

Terapi :
• Rinitis virus tanpa komplikasi adalah istirahat, simtomatis  analgetika, antipiretik
dan dekongestan. Selama fase infeksi bakteri sekunder, dapat diberikan
antibiotika.
RINITIS ALERGI
Definisi dan Klasifikasi
Penyakit hidung yang ditandai dengan adanya inflamasi
mucosa hidung setelah paparan alergen yang disebabkan
oleh reaksi alergi yang diperantarai oleh Ig E.

Klasifikasi :
-Perenial (sepanjang tahun)
-Seasonal (pereodik sesuai musim)
-Occupational (karena zat yang terdapat dilingkungan kerja)

Berdasarkan gejala : Intermiten = < 4 hari / minggu atau < 4 minggu


Persisten = > 4 hari / minggu dan > 4 minggu
Etiologi :
- Rhinitis alergi seasonal / musiman : alergen inhalan yang meningkat
pada musim musim tertentu : tepung sari, rerumputan/spora jamur.
- Rhinitis alergi pereneal : debu rumah, skuama binatang / bulu
binatang, kecoa, spora jamur (inhalan)
- susu, telur, ikan, keju (ingestan)

Patofisiologi :
1. Alergen
2. Antibodi
3. Sel-sel sistem imun ( basofil dan sel mast )
Diagnosis :
1. Anamnesis : - Trias Alergi : sumbatan, rhinorrhea, gatal,
bersin.
• Fx yang mempengaruhi
• Tx yang telah dijalani dan bagaimana efeknya.
• Riwayat keluarga

2. Pemeriksaan fisik : - Hidung luar : - deformitas, bentuk


tulang dan kartilago
• Warna kemerahan akibat iritasi
• Hidung dalam : - mukosa oedem, pucat  kebiruan
• Sekret : jernih, encer
• Pemeriksaan jalan udara : massa tumor, polip.
• mata : peningkatan lakrimasi
• telinga : oklusi tuba
3. Skin Test / test alergi
-Skin prick test / prick puncture test
- Intradermal test
4. Pemeriksaan Ig E
- Ig E total dalam darah : lebih dari 100 – 150 ku/l
- Ig E spesifik
a. Radioallergosorbent test (RAST)  sangat akurat
b. Leukocyte histamine release test
5. Pemeriksaan sitologi sekret hidung
– Rhinitis alergi : gambaran eosinofilia

6. Pemeriksaan penunjang lain


• nasoendoskopi, sinuskopi, x foto hidung
• Immunoassay : pemeriksaan pelepasan mediator
selama reaksi alergi dengan mengukur mediator /
enzym yang dilepaskan dalam darah, sekret hidung dan
urin.
Diagnosa Banding

1. Rhinitis Infeksi
2. Perennial Non Allergic Rhinitis.
3. Non Alergic Rhinitis with Eosinophilia Syndrome
(NARES)
4. Rinitis vasomotor
5. Rinitis akibat obat
6. Rinitis akibat pekerjaan
Penatalaksanaan:
1. Menghindari alergen penyebab

2. Terapi simtomatis
a. Anti Histamin :
• Mekanisme inhibisi kompetitif pada lokasi reseptor
histamin
• Contoh : - Tanolamin, Etilendiamin, alkilamine,
fenotiozin
• Siproheptadin, Hidroksizin, Piperrazin
• Efek samping – mengantuk, nafsu makan ↓, konstipasi,
kekeringan membran mucosa, kesulitan berkemih.
• Anti histamin generasi kedua :
• Terfenadine, Astemizole, Coratadine, Cetirizin.
b. Dekongestan
- Secara tunggal / kombinasi
c. Kortikosteroid
-Mengurangi reaksi alergi dengan mencegah sel
tubuh agar tidak berespon dengan histamin
- mengurangi inflamasi dan hipereaktifitas
hidung
- oral / semprot
d. Natrium Kronolin
- Diberikan intranasal
- Menurunkan pelepasan zat mediator
e. Antikolinergik :
- Mengurangi gejala rhinorrhea
- Preparat : Ipratrolium
3. Imunoterapi
Penyuntikan allergen penyebab secara bertahap dengan
dosis yang makin meningkat guna menginduksi toleransi
pada penderita alergi

4. Edukasi
menghindari alergen
5. Terapi bedah
Untuk mengatasi komplikasi RA seperti sinusitis dan polip
nasi
Motion sickness
• Definisi
Motion sickness disebut juga kinetosis atau mabuk
perjalanan, adalah keadaan dimana seseorang mengalami
keadaan tidak nyaman yang merupakan kumpulan gejala
seperti mual, muntah dan pusing yang dialami saat
melakukan perjalanan.Motion sickness sebenarnya berdasar
dari kegagalan tubuh terutama system vestibular dalam
menyesuaikan keseimbangan tubuh dengan pergerakan.

• Etiologi
Disregulasi 3 sensori (system vestibular, system penglihatan
dan proprioseptif) yang mengkoordinasikan posisi tubuh
Manifestasi Klinis

1. Sindroma mual.
2. Gangguan epigastrik seperti rasa tidak
nyaman epigastrik, mual dan muntah.
3. Gejala-gejala pada kulit seperti pucat, keringat
dingin, mulut kering.
4. Gejala-gejala SSP seperti sakit kepala,
mengantuk, rasa tegang dimata, dan lesu.
Pemeriksaan keseimbangan
- Tes Romberg
- Pass pointing test
- Tandem gait
- steping test

Diagnosa Banding
- Mual kehamilan
- Gangguan system vestibular ex Vertigo
- Gangguan system keseimbangan pusat
Terapi

a.) Medikamentosa
- Dimenhydrinate dosis dewasa 50-100 mg 3-4 kali sehari,
anak 25-50 mg 2-3 kali sehari
- Dramaminedosis dewasa 50-100 mg 3-4 kali sehari, anak
25-50 mg 2-3 kali sehari

b.) Non Medikamentosa


- Mengurangi gerakan berlebihan pada kepala dan badan
saat perjalanan
- Memfokuskan pandangan pada satu titik dan tidak
melihat pada benda yang sama sama
juga bergerak
- Rileks untuk mengurangi ketegangan dan cemas
Edukasi

Untuk pasien dan keluarga yang mudah mengalami


motion sickness, disarankan :
1. Apabila bepergian dengan mobil ambil posisi dimana
pandangan mata searah dengan arah
gerakan tubuh. Hindari menghadap ke belakang atau
menyamping.
2. Jangan membaca saat di perjalanan.
3. HIndari bau bauan yang kuat, makanan bercita rasa
tajam sebelum perjalanan.
4. Minum obat anti emetic atau konsumsi jahe.
TONSILITIS
TONSILITIS AKUT
Definisi : Infeksi akut jaringan tonsil

Etiologi :
 Virus (tersering)
 H. influenzae
 Strep. beta-hemolitikus (30 – 40%)

Insiden :
 Anak 5 – 10 tahun (sering)
 Dewasa
Tanda Patologi :
 Radang jaringan limfoid (folikel)
 Udem, hiperemi
 Eksudat  detritus

Detritus terdiri atas :


 epitel
 lekosit
 bakteri
 sisa2 makanan
Gejala Klinis :
 Tenggorokan terasa kering
 Nyeri telan hebat dan mendadak
 Anak tidak mau makan
 “ Referred pain “  sakit di telinga
 Panas tinggi  anak kejang
 Sakit kepala
 Mual / muntah / nyeri perut
( Strep. beta-hemolitikus )
Pemeriksaan :
 “ Plummy voice “
 “ Foetor ex ore “
 Ptialismus (?)
 Tonsil udem, hiperemi, detritus
 Ismus fausium menyempit
 Palatum mole, arkus ant./post.  udem, hiperemi
 Kelenjar limfe membesar – nyeri tekan
Diagnosa banding :
DIFTERI TONSIL  pseudomembrane sampai
keluar tonsil , Bull neck
Terapi :
- Tergantung penyebab dan Gejala
- istirahat
- makan lunak
- minum hangat
- analgesik / antipiretik( asetosal, parasetamol 3 – 4 x 500 mg )

Bakteri :
Penisilin V 1,5 juta IU 2 x sehari selama 5 hari atau 500 mg 3 x
sehari. eritromisin 500 mg 3 x sehari atau
amoksisilin 500 mg 3 x sehari yang diberikan selama 5 hari.
Dosis pada anak : eritromisin 40 mg/kgBB/ hari, amoksisilin 30 –
50 mg/kgBB/hari.
TONSILITIS KRONIS
 Definisi :

Infeksi kronik jaringan tonsil  kelanjutan dari infeksi


akut berulang tonsil atau infeksi sub klinis
Gejala klinis :
Keluhan penderita :
 nyeri telan ringan  hebat ( eksaserbasi akut )
 rasa mengganjal
 “ foetor ex ore “
 buntu hidung ( ngorok )  adenoid membesar
 “ adenoid face “
 gangguan pendengaran ( adenoid membesar )
Pemeriksaan :
 tonsil membesar
 tonsil hiperemi
 kripta melebar  detritus (+) atau bila ditekan
 arkus ant. & post. hiperemi
 “ adenoid face “
 fenomena palatum mole (-)
Penatalaksanaan :
 Serangan akut  sama dengan tonsilitis akut
 Tonsilektomi / adenotonsilektomi 
bila serangan >4 kali dalam satu tahun
Edukasi :

 Sama dengan tonsilitis akut

 Bila kambuh >4 kali dalam satu tahun  Operasi

 1 bulan bebas panas  alasannya:

- mencegah perluasan infeksi

- mencegah komplikasi perdarahan

Anda mungkin juga menyukai