Anda di halaman 1dari 24

Diagnosis dan Tata Laksana

Penyakit Arteri Perifer Ekstremitas


Bawah dengan Keluhan Klaudikasio
WIRA CANDIKA
102016211
Skenario 6

Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke klinik dokter


keluarga dengan keluhan nyeri pada tungkai kiri yang semakin
memburuk sejak 2 minggu yang lalu.

Rumusan Masalah
Laki- laki 50 tahun nyeri tungkai kiri makin memburuk sejak 2
minggu yang lalu
Mind Map

Epidemiologi Patofisiologi
Etiologi
Gejala Klinis
Diagnosis:
- Working
- Differential Penatalaksanan:
- Non medikamentosa
- Medikamentosa
Pemeriksaan :
- Fisik
- Penunjang
Prognosis

RUMUSAN
Anamnesis MASALAH Pencegahan
Anamnesis
Identitas :
Laki-laki, 50 tahun
Keluhan utama :
Keluhan nyeri tungkai kiri, memburuk sejak 2 minggu yang lalu,
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri pada tungkai setelah berjalan lebih dari 10 meter, nyeri membaik saat
beristirahat, ada DM sejak 10 tahun yang lalu tapi berobat tidak teratur, kuku kaki kiri
pucat dan rapuh
Riwayat sosial dan pribadi :
Merokok 1 bungkus/hari sejak usia 15 tahun.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik :
Tampak sakit sedang, CM, heart rate 88x/menit, suhu
afebris,TD 110/80, RR 28x/mnt

 Thorax normal

 Pulsasi menurun pada A. Dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior

 Warna kulit pucat dibawah maleolus


Pemeriksaan Lab

 Hb 16 g/dl
 Ht 48%
 Leukosit 9.000/uL
 Trombosit 550.000/uL
Ankle brachial index
Ankle Brachial Index (ABI)

adalah tes skrining

vaskular non invasif untuk

mengidentifikasi penyakit

arteri perifer. ABI adalah

rasio yang berasal dari

tekanan darah sistolik

pergelangan kaki

(dorsalis pedis dan tibialis

posterior) setiap kaki

kanan dan kiri

dibandingkan dengan

lengan brakialis.
ABI INTERPRETASI

≥1,40 Non-Compressible Vessels

1,00-1,39 Normal

0,91-0,99 Borderline

0,41-0,90 Mild to Moderate Disease

≤0,40 Severe Disease

Pada Pasien hasil pemeriksaan ABI


tungkai kanan 1,00 dan tungkai kiri 0,5
Toe Brachial Index
USG Doppler
 Non invasif
 Berguna untuk memeriksa sistem
arteri perifer
 Menggambarkan karakteristik
dinding arteri
 Mendeteksi oklusi
 Mendeteksi stenosis
CTA (Computed Tomographic
Angiography)
 Menggunakan kontras
 Gambaran pembuluh darah lebih
jelas
 Bisa mendeteksi aneurisma, kalsifikasi,
karakteristik plak, trombus,
penebalan tunika intima.
MRA (Magnetic Resonance
Angiography)

 Tidak menggunakan kontras


 Lebih aman untuk pasien dengan
gangguan ginjal
 Gambaran kurang lebih sama dengan
CTA
Differential Diagnosis
NAMA PENYAKIT DEFINISI GAMBARAN KLINIS
Buerger’s Disease Penyakit Bisa mengakibatkan
nonaterosklerotik dan gangren akibat oklusi
inflamasi pembuluh pembuluh darah, nyeri
darah kecil-sedang bertambah bila dingin

Critical Limb Ischemia Penyakit arteri perifer Keadaan lanjut dari


kronik iskemik. Gejala > 2 Aterosklerosis pembuluh
minggu darah, PAP. Gejala yang
timbul adalah ischemic
rest pain
Artritis Gout Radang sendi akibat Sendi yang terlibat
deposit kristal terasa nyeri, bengkak,
monosodium urat merah, hangat. Bisa
timbul gejala sistemik
berupa demam, cepat
lelah.
Working Diagnosis:
Penyakit Arteri Perifer
 penyumbatan arteri perifer dari proses
atherosklerosis / proses inflamasi
menyebabkan lumen menyempit
(stenosis), atau dari pembentukan
trombus
Gambaran Klinis
 Umumnya ada gejala
klaudikasio
 Nyeri saat berjalan

• Klaudikasio klasik: Nyeri pada betis saat berjalan dan nyeri


akan berkurang saat istirahat kurang lebih selama 10 menit
(33%).
• Nyeri kaki atipikal pada saat beraktivitas tipe 1: Nyeri yang
timbul mirip dengan nyeri pada klaudikasio klasik, tetapi tidak
menyebabkan pasien berhenti berjalan (9%).
• Nyeri kaki atipikal pada saat beraktivitas tipe 2: Nyeri yang
timbul mirip dengan nyeri pada klaudikasio klasik, tetapi tidak
melibatkan betis dan tidak membaik dengan beristirahat
selama 10 menit (20%).
• Nyeri kaki ketika beraktivitas dan istirahat (19%).
• Tidak ada nyeri saat beraktivitas dan aktif secara fisik (14%).
• Tidak ada nyeri saat beraktivitas dan kurang aktif secara fisik
(6%).
Etiologi dan Faktor
Resiko
 Usia ≥ 65 tahun
 Merokok
 Dislipidemia
 Diabetes Melitus
Epidemiologi
 Diperkirakan sekitar 202 juta orang menderita PSP di seluruh dunia
dimana 40 juta diantaranya ada di Eropa

 Usia meningkat, risiko meningkat

 Individu berusia >40 tahun, risik4,3% sedangkan individu berusia >70 tahun
risiko :14,5%.

 Populasi kulit putih : 6-18% usia diatas 55 tahun mencapai 20%, usia diatas
70 tahun.

 Penderita DM tipe 2, menderita PAP 17,7% populasi (hasil sebuah


penelitian 7 negara asia, termasuk Indonesia.
Patofisiologi
 Paling Utama -> Aterosklerosis
 Fungsi Endotel menurun
 Kemampuan vasodilatasi menurun
 Gangguan aktivitas biologis NO
(nitrat oksida) -> fungsi nitrat oksida
adalah untuk relaksasi pembuluh
darah, menghambat aktivasi,
agregasi, dan adhesi trombosit,
mencegah adhesi leukosit.
 Nikotin rokok, meningkatkan konversi
VLDL menjadi LDL, mempercepat
metabolisme HDL, vasokonstriksi
pembuluh darah
Tata Laksana
 Non Farmakologis -> Kurangi Faktor Resiko

 Farmakologis:
 Anti Cholesterol -> Statin sebagai lini pertama, mengurangi resiko dan gejala
klaudiaksio intermiten
 Anti Hipertensi -> Diuretik, Beta Bloker, ACE Inhibitor, ARB, Calcium Channel
Blocker, untuk mengurangi kejadian koroner
 Anti Platelet -> Aspirin, Clopidogrel, Cilostazol, menurunkan resiko terjadinya
infark miokard pada pasien PAP

 Tindakan Bedah
 Angioplasti
 By-Pass
 Pada kasus yang lebih lanjut dimana sudah terjadi gangren, dipertimbangkan
untuk amputasi
Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah claudicatio adalah untuk mempertahankan
gaya hidup sehat. Artinya:

 Berhenti Merokok jika Anda seorang perokok.

 Jika Anda memiliki diabetes, jaga gula darah Anda dalam kontrol yang baik.

 Berolahraga secara teratur. Selama 30 menit setidaknya tiga kali seminggu


setelah Anda mendapatkan persetujuan dari dokter.

 Menurunkan kolesterol dan tingkat tekanan darah.

 Makan makanan yang rendah lemak jenuh.


Prognosis

Pengobatan PAD pada pasien yang simptomatik (intermitten


claudication) umumnya tidak memerlukan pengobatan yang invasif. Sebagai
landasan pengobatannya adalah penangan faktor risiko secara keseluruhan dan
mengurangi simptom yaitu dengan latihan (exercise) rehabilitasi ataupun
pendekatan farmakologi. Prognosis buruk pada pasien yang tetap merokok atau
menderita diabetes melitus.
Kesimpulan
 PAD sering menyebabkan gangguan pada pembuluh darah pada ekstremitas
bawah akibat aterosklerosis dan menimbulkan nyeri ketika berjalan. Faktor
resiko diantaranya adalah merokok, dislipidemia, dan diabetes yang menurut
penelitian memperburuk prognosis dari pasien PAP. Pemeriksaan yang paling
penting adalah pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI) karena akurat dan
tidak invasif. Pasien PAP diberi penanganan terhadap gejala yang timbul pada
ekstremitas bawahnya, terapi farmakologis, dan terapi non farmakologis.

 Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pasien pada skenario ini, dapat
disimpulkan pasien menderita PAD dengan gejala klaudikasio

Anda mungkin juga menyukai