Anda di halaman 1dari 21

INFEKSI DIFTERI YANG

MENYERANG ANAK 5 TAHUN


Kelompok : E4
Valencia Suwardi (102012404)
Ayesha Shaironita (102013556)
Dino hendrato (102015249)
Harfi Sefriyanti Rahman ( 102016019)
Daniel Budi (102016082)
Wahyu Ari Agustina (102016102)
Cicilia Sinaga (102016170)
Cindy Grace Asnani Cindy (102016235)
Skenario 12
◦ Seorang laki-laki berusia 5 tahun dibawa ibunya ke IGD RS
karena sesak nafas sejak 1 hari yang lalu.
Mind map
Anamnesis

Etiologi Fisik

Pemeriksaan

Epidemiologi Penunjang

Working
Patofisiologi RM
Diagnosis (WD)
Diagnosis
Differential
Komplikasi
Diagnosis (DD)
Penatalaksana
an

Prognosis
Anamnesis
◦ Keluhan utama sesak nafas.
◦ Keluhan penyerta sejak 2 hari mengalami demam ringan, lemas, dan
nyeri menelan pasien tidak mau makan
◦ Riwayat imunisasi tidak lengkap
◦ Batuk (x)
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum tampak sakit berat dengan kesadaran compos
mentis
TTV : frekuensi nafas 50x/menit
denyut nadi 130x/menit
suhu 38,5`C
Inspeksi : leher tampak membesar (bullneck) https://www.google.com/search?q=difte
ri&client=firefox-b-
tonsil tampak membesar dengan dilapisi selaput putih ab&tbm=isch&source=iu&ictx=
keabuan ke dinding faring,
bila diangkat keluar darah
Pemeriksaan penunjang
◦ Lab: Leukosit 20.000/uL
◦ Pemeriksaan usap tenggorok: batang gram positif
Difteri

◦ Difteri adalah suatu penyakit infeksi yang bisa menular yang disebabkan oleh bakteri
coryneabacterium diphteria yang berasal dari membran mukosa hidung dan nasofaring, kulit
dan lesi lain dari orang yang terinfeksi

◦ Masa inkubasi difteri biasanya 2-5 hari

◦ Sakit tenggorok, demam yang tidak terlalu tinggi, sekitar 38⁰C, batuk, sukar menelan, mual,
muntah, nyeri kepala, anak tampak lelah, sesak napas, serak dan stridor

◦ Lapisan abu-abu pada tenggorok seperti sarang laba-laba, mudah berdarah jika diangkat,
pembesaran leher (Bullneck)
Etiologi
◦ Penyebab Corynebacterium diphtheriae

◦ Berbentuk batang gram positif

◦ Tidak berspora dan tidak bergerak

◦ Tipe : gravis, intermedius, mitis (ringan)

◦ Infeksi oleh kuman sifatnya tidak invasive, tetapi kuman dapat mengeluarkan toxin (kalo
terinfeksi menyebabkan sakit)

◦ Bakteri membentuk eksudat pseudomembran di faring. Di dalam pseudomembran, bakteri


berkembang serta menghasilkan racun. Jika pseudomembran meluas sampai ke trakea, maka
saluran nafas akan tersumbat dan si penderita akan kesulitan bernafas

http://obatsakit2011.blogspot.com/2011/
10/bahaya-difteri-pada-anak.html
Epidemiologi
Penyakit difteri tersebar diseluruh dunia, terutama di Negara yang
penduduknya tinggal pada tempat – tempat permukiman yang rapat,
hygiene dan sanitasi jelek, serta fasilitas kesehatan yang kurang.
Orang-orang yang beresiko terkena difteri :
1. Tidak mendapatkan imunisasi atau imunisasinya tidak lengkap
2. Immunocopromised
3. Tinggal pada tempat yang padat
4. Traveling ke daerah yang endemik difteri

https://www.liputan6.com/news/read/3188293/difteri-melanda-indonesia
Patofisiologi
Corynebacterium diphteriae  udara saat penderita berbicara, bersin, batuk serta
lewat makanan yang terkontaminasi  tr.Respiratorius bgn atas vulva, kulit,
conjungtiva  melekat & multiplikasi

1. Memproduksi toksin  menyebar keseluruh tubuh melalui p.darah &


limphe  hambatan pembentukan protein dalam sel  kematian sel
- Jantung  inflamasi (peradangan) & degenerasi
- Ginjal & hati nekrosis
- Syaraf  kerusakan myelin & edema akson
2. Membentuk Pseudo membran
Meluas kedaerah sekitar  menimbulkan obstruksi
jalan nafas

Pseudo membran
-terdiri dari fibrin
-warna kelabu kehitaman
-melekat erat dan mudah berdarah

https://www.google.com/search?q=difteri&client=fi
refox-b-ab&tbm=isch&source=iu&ictx=
https://www.slideshare.net/KusumaWijayanti/presentasi-difteri
5

https://www.slideshare.net/KusumaWijayanti/presentasi-difteri
Tonsilisitis

◦ Panas tidak terlalu tinggi, batuk

◦ Lapisan membran putih kelabu tidak mudah berdarah jika diangkat, faring dan tonsil
tampak hiperemis

◦ Swab tenggorokan

◦ Terapi simptomatis, antibiotik


Abses peritonsiler
◦ Nyeri menelan, muntah, mulut berbau, suara sengau
◦ Limfadenopati, pembesaran leher
◦ Swab tenggorokan
◦ Antibiotik, drainase
Abses retrofaringeal
◦ Nyeri tenggorokan, demam, leher kaku, batuk, kesukaran pernafasan

◦ Edem posterior pharyngeal, stridor, pembengkakan kelenjar getah bening

◦ Pemeriksaan swab tenggorokan, rontgen/CT scan akan ditemui rongga


berisi nanah antara tenggorokan dan tulang belakang leher

◦ Antibiotik
Tatalaksana umum
1. Diisolasi selama 2-3 minggu. Istirahat tirah baring

2. pemberian cairan serta diet yang adekuat, makanan lunak yang mudah
dicerna, cukup mengandung protein dan kalori.

3. pemeriksaan EKG pada hari 0, 3, 7 dan setiap minggu selama 5 minggu.


Khusus pada difteri laring di jaga agar nafas tetap bebas serta dijaga
kelembaban udara dengan menggunakan nebulizer
Tatalaksana khusus
◦ 1. Antitoksin : ADS (Anti Difteri Serum)

https://www.google.com/search?q=buku+anak+nelson&client
◦ 2. Antibiotik
◦ a) Penisilin prokain 25.000-50.000 U/kgBB/hari i.m. , tiap 2 jam selama 14 hari atau bila
hasil biakan 3 hari berturut-turut (-).
◦ b) Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari, maks 2 g/hari, p.o. , tiap 6 jam selama 14 hari.
◦ c) Penisilin G kristal aqua 100.000-150.000 U/kgBB/hari, i.m. atau i.v. , dibagi dalam 4
dosis.
◦ 3. Kortikosteroid
◦ Pemberian kortikosteroid untuk mencegah miokarditis ternyata tidak terbukti. Dosis :
Prednison 1,0-1,5 mg/kgBB/hari, p.o. tiap 6-8 jam pada kasus berat selama 14 hari.
Pencegahan

◦ Imunisasi DPT (Program Nasional)


◦ Dasar 3-4-5 bulan
◦ Ulangan18-24 bulan (DPT 4) dan 5 tahun (saat masuk sekolah
sudah mendapat DPT 5x)
◦ 0,5 ml intramuskular
◦ Ulangan/booster : DT 6 Usia 10-12 tahun
◦ DT 7 usia 17 tahun
Prognosis
◦ Prognosis untuk penderita difteri tergantung pada virulensi organisme, umur, status
imunisasi, tempat infeksi, dan kecepatan pemberian antitoksin.

http://pediatrician-pku-bantul.blogspot.com/2011/11/jadwal-imunisasi-terbaru.html
Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang dilakukan, anak tersebut menderita difteri akibat terpapar bakteri
gram positif, Cornybacterium diphteriae. Penularannya dapat melalui
kontak langsung lewat saluran nafas. Untuk pencegahan kasus difteri
diperlukan imunisasi DPT dan Dt serta dapat diberikan antibiotic
Eritromisin dalam penanganannya.
Thankyou

http://woman.thenest.com/pros-cons-becoming-pediatrician-3228.html

Anda mungkin juga menyukai