Sken 12 Blok 18
Sken 12 Blok 18
Etiologi Fisik
Pemeriksaan
Epidemiologi Penunjang
Working
Patofisiologi RM
Diagnosis (WD)
Diagnosis
Differential
Komplikasi
Diagnosis (DD)
Penatalaksana
an
Prognosis
Anamnesis
◦ Keluhan utama sesak nafas.
◦ Keluhan penyerta sejak 2 hari mengalami demam ringan, lemas, dan
nyeri menelan pasien tidak mau makan
◦ Riwayat imunisasi tidak lengkap
◦ Batuk (x)
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum tampak sakit berat dengan kesadaran compos
mentis
TTV : frekuensi nafas 50x/menit
denyut nadi 130x/menit
suhu 38,5`C
Inspeksi : leher tampak membesar (bullneck) https://www.google.com/search?q=difte
ri&client=firefox-b-
tonsil tampak membesar dengan dilapisi selaput putih ab&tbm=isch&source=iu&ictx=
keabuan ke dinding faring,
bila diangkat keluar darah
Pemeriksaan penunjang
◦ Lab: Leukosit 20.000/uL
◦ Pemeriksaan usap tenggorok: batang gram positif
Difteri
◦ Difteri adalah suatu penyakit infeksi yang bisa menular yang disebabkan oleh bakteri
coryneabacterium diphteria yang berasal dari membran mukosa hidung dan nasofaring, kulit
dan lesi lain dari orang yang terinfeksi
◦ Sakit tenggorok, demam yang tidak terlalu tinggi, sekitar 38⁰C, batuk, sukar menelan, mual,
muntah, nyeri kepala, anak tampak lelah, sesak napas, serak dan stridor
◦ Lapisan abu-abu pada tenggorok seperti sarang laba-laba, mudah berdarah jika diangkat,
pembesaran leher (Bullneck)
Etiologi
◦ Penyebab Corynebacterium diphtheriae
◦ Infeksi oleh kuman sifatnya tidak invasive, tetapi kuman dapat mengeluarkan toxin (kalo
terinfeksi menyebabkan sakit)
http://obatsakit2011.blogspot.com/2011/
10/bahaya-difteri-pada-anak.html
Epidemiologi
Penyakit difteri tersebar diseluruh dunia, terutama di Negara yang
penduduknya tinggal pada tempat – tempat permukiman yang rapat,
hygiene dan sanitasi jelek, serta fasilitas kesehatan yang kurang.
Orang-orang yang beresiko terkena difteri :
1. Tidak mendapatkan imunisasi atau imunisasinya tidak lengkap
2. Immunocopromised
3. Tinggal pada tempat yang padat
4. Traveling ke daerah yang endemik difteri
https://www.liputan6.com/news/read/3188293/difteri-melanda-indonesia
Patofisiologi
Corynebacterium diphteriae udara saat penderita berbicara, bersin, batuk serta
lewat makanan yang terkontaminasi tr.Respiratorius bgn atas vulva, kulit,
conjungtiva melekat & multiplikasi
Pseudo membran
-terdiri dari fibrin
-warna kelabu kehitaman
-melekat erat dan mudah berdarah
https://www.google.com/search?q=difteri&client=fi
refox-b-ab&tbm=isch&source=iu&ictx=
https://www.slideshare.net/KusumaWijayanti/presentasi-difteri
5
https://www.slideshare.net/KusumaWijayanti/presentasi-difteri
Tonsilisitis
◦ Lapisan membran putih kelabu tidak mudah berdarah jika diangkat, faring dan tonsil
tampak hiperemis
◦ Swab tenggorokan
◦ Antibiotik
Tatalaksana umum
1. Diisolasi selama 2-3 minggu. Istirahat tirah baring
2. pemberian cairan serta diet yang adekuat, makanan lunak yang mudah
dicerna, cukup mengandung protein dan kalori.
https://www.google.com/search?q=buku+anak+nelson&client
◦ 2. Antibiotik
◦ a) Penisilin prokain 25.000-50.000 U/kgBB/hari i.m. , tiap 2 jam selama 14 hari atau bila
hasil biakan 3 hari berturut-turut (-).
◦ b) Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari, maks 2 g/hari, p.o. , tiap 6 jam selama 14 hari.
◦ c) Penisilin G kristal aqua 100.000-150.000 U/kgBB/hari, i.m. atau i.v. , dibagi dalam 4
dosis.
◦ 3. Kortikosteroid
◦ Pemberian kortikosteroid untuk mencegah miokarditis ternyata tidak terbukti. Dosis :
Prednison 1,0-1,5 mg/kgBB/hari, p.o. tiap 6-8 jam pada kasus berat selama 14 hari.
Pencegahan
http://pediatrician-pku-bantul.blogspot.com/2011/11/jadwal-imunisasi-terbaru.html
Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang dilakukan, anak tersebut menderita difteri akibat terpapar bakteri
gram positif, Cornybacterium diphteriae. Penularannya dapat melalui
kontak langsung lewat saluran nafas. Untuk pencegahan kasus difteri
diperlukan imunisasi DPT dan Dt serta dapat diberikan antibiotic
Eritromisin dalam penanganannya.
Thankyou
http://woman.thenest.com/pros-cons-becoming-pediatrician-3228.html