Anda di halaman 1dari 49

PARASIT SALURAN

CERNA BAWAH DAN


GANGGUANNYA
DR. Dr. J. S. B. Tuda, MKes, SpParK
Entamoeba histolytica ( Rhizopoda )
• Entamoeba histolytica ditemukan pertama
kali oleh Losch (1975) di Rusia
• Hospes : manusia
• Penyakit : amebiasis
• Distribusi geografik : kosmopolit, terutama
daerah tropis dan iklim sedang
Morfologi dan daur hidup
• 3 stadium : histolitika, minuta, kista
• Histolitika dan minuta  trofozoit
• Bentuk histolitika :
Ukuran 20-40 mikron
Punya inti entameba
Ektoplasma bening dan homogen , di bagian tepi
sel
Bergerak dgn pseudopodia (pergerakan cepat)
Endoplasma mengandung sel darah merah, tidak
mengandung bakteri dan sisa makanan
E. histolitica bentuk histolitika
lanjutan
• Bentuk histolitika hidup di jaringan usus besar,
hati, otak, paru, kulit, vagina
• Bentuk minuta :
Bentuk pokok (esensial)
Ukuran 10-20 mikron
Inti entameba
Endoplasma mengandung bakteri dan sisa
makanan (tidak mengandung sel darah merah)
Pseudopodium gerakan lambat
• Bentuk kista :
Bentuk bulat lonjong
Ukuran 10-20 mikron
Punya dinding kista
Dalam tinja ditemukan kista inti 1-4
Pada endoplasma ditemukan benda kromatoid
(benda lisong) dan vakuol glikogen
Patologi dan gejala klinis
• Bentuk histolitika memasuki mukosa usus besar,
mengeluarkan enzim cystein proteinase
(histolisin) yang menghancurkan jaringan.
• Bentuk histolitika menembus muskularis mukosa,
bersarang di submukosa lesi berbentuk botol
• Dapat terjadi infeksi sekunder peradangan
meluas.
• Tinja bercampur darah dan lendir (tinja disentri)
Bentuk klinis amebiasis
1. Amebiasis intestinal (amebiasis usus,
amebiasis kolon)
2. Amebiasis ekstraintestinal (amebiasis
paru, otak, amebiasis rektum, amebiasis
perianal, amebiasis perineal, amebiasis
vagina)
Amebiasis intestinal
1. Amebiasis kolon akut /disentri amoebica:
• Gejala berlangsung kurang dari 1 bulan
• Gejala jelas : sindrom disentri, tenesmus
anus, rasa tidak enak pada perut
• Bila tinja segar diperiksa dapat
ditemukan bentuk histolitika
Amebiasis intestinal
2. Amebiasis kolon menahun
• Gejala berlangsung lebih dari 1 bulan
• Gejala tidak begitu jelas : gejala ringan, tidak enak di
perut, diare diselingi obstipasi
• pada pemeriksaan tinja segar, bentuk histolitika sulit
ditemukan
• Di sekitar ulkus yang meradang terjadi penebalan
dinding usus Ameboma
Amebiasis ekstraintestinal
Terjadi secara :
a. Hematogen : bila ameba yang masuk ke sub
mukosa, masuk ke kapiler darah dan
menyebar ke hati  abses hati
b. perkontinuitatum : bila abses hati pecah ke
rongga perut sehingga terjadi peritonitis,
amebiasis kulit. Amebiasis rektum rektum yang
pecah menimbulkan amebiasis perianal,
amebiasis perineal, amebiasis vagina
Diagnosis
1. Amebiasis kolon akut :gejala klinis (sindrom
disentri disertai sakit perut, diare tidak lebih
dari 10 kali sehari). Laboratorium : adanya
bentuk trofozoit dalam tinja
2. Amebiasis kolon menahun : berdasarkan
klinis, laboratorium : pemeriksaan tinja,
serologis, proktoskopi/sigmoidoskopi
Lanjutan diagnosis
3. Amebiasis hati :
• Gejala klinis : berat badan menurun, badan
terasa lemah, demam, tidak ada nafsu makan,
pemeriksaan fisik : adanya pembesaran hati
dengan nyeri tekan.
• Radiologi : peninggian diafragma
• Pemeriksaan darah : leukositosis
• Diagnosis pasti : menemukan E. histolytica
bentuk histolitika dalam biopsi dinding abses atau
aspirasi nanah abses
Pengobatan
1. Emetin hidrokloriksa, secara parenteral, dosis
maksimum untuk orang dewasa 65 mg / hari,
4-6 hari
2. Klorokuin, dosis dewasa : 1 gr/hari selama 2
hari, 500 mg/hari selama 2-3 minggu
3. Antibiotik: Tetrasiklin dan eritromisin
4. Metronidazole merupakan obat pilihan.
Dosis dewasa : 2 gr/hari, selama 3 hari, dosis
terbagi
Epidemiologi dan Pencegahan
• Amebiasis banyak ditemukan di daerah tropis, khususnya
pada keadaan sanitasi lingkungan dan sosial-ekonomi
jelek
• Amebiasis ditularkan oleh carrier (pengandung kista),
biasanya penderita amebiasis kronis.
• Pencegahan : menjaga kebersihan perorangan dan
kebersihan lingkungan
CILIATA
• Sifat-sifat ciliata
• Bergerak aktif
• Pergerakan bulu getar (cilia)
• Bentuk jelas
• Pembiakan aseksual (Belah pasang yang sama
bentuk)
Balantidium coli
Hospes :
• Babi
• Kera tropis
• Manusia
Distribusi geografis :
• Kosmopolit
• IRJA
Nama penyakit: Balantidiosis
Morfologi dan Lingkaran Hidup
• Protozoa terbesar pada manusia
• Ada 2 bentuk : trofozoit dan kista
• Bentuk vegetatif : lonjong ukuran 60-70 mikron,
punya sitopig, silia, makronukleus dan
mikronukleus
• Bentuk kista : ukuran 60 mikron, hanya
mempunyai makronukleus
• Kista tertelan ekskistasi  trofozoit belah
pasang  keluar dengan feses
Balantidium coli
Patologi dan gejala klinis:
• Mirip E. histolytica
• Berlangsung akut kronis
• Kasus berat: ulkus dapat menjadi gangrene
fatal
• Diare bisa menjadi kronis kahektis/kaheksia
• Kadang-kadang dapat menimbulkan infeksi
ekstraintestinal
• Peritonitis atau uretritis
Diagnosis, Terapi, Prognosis
Diagnosa
• Ditemukan bentuk vegetatif dalam feses encer
atau bentuk kista pada feses padat
Terapi
• Tetrasiklin
• Nitrimidazin
• Metronidazol (obat pilihan)
Prognosis :
• Infeksi ringan dan atau Chron’s dapat diobati
• Keadaan umum lemah bisa fatal.
Mastigophora
• Mempunyai cambuk ( flagela ) untuk
bergerak
• Parasit berkembang biak secara belah
pasang longitudinal
Giardia lamblia
(Lamblia intestinalis)
• Hospes  manusia
• Penyakit  Giardiasis
• Distribusi : Kosmopolit, banyak di negara
tropis
Morfologi

Gambar
Tropozoit Giardia lamblia
Keterangan
a: axostyl
b: blefaroplast
d: batil isap
k: kariosom
lf: lateral flagel
n : inti
pb: benda parabasal
pfib: serabut parabasal
vf: flagel ventral
Giardia lamblia
Lingkaran hidup
• Kista tertelan ekskistasi di duodenum 
sitoplasma membelah  terbentuk 2
trofozoid  keluar dengan feses.
• Giardia lamblia hidup dalam rongga
duodenum dan bagian proksimal jejunum
dan kadang-kadang di saluran dan
kandung empedu
Patologi dan Gejala klinis
• Batil isap melekat pada mukosa duodenum –
jejunum enteritis kataral  diare + lendir.
• Kasus berat  absorbsi lemak terganggu 
menyebabkan steatore
• Juga gangguan absorbsi karoten + asam folat
dan B12
• Produksi enzym mukosa berkurang. Penyerapan
bilirubin oleh G. lamblia menghambat aktivitas
lipase pankreatik  sindroma malabsorbsi
Gejala klinis Sindroma malabsorbsi
• Kembung
• abdomen membesar dan tegang
• mual
• anoreksia
• feses berbau busuk
• penurunan berat badan.
Diagnosis, Terapi, Prognosis
Diagnosis :
• menemukan bentuk troposoid pada tinja
encer
• bentuk kista pada tinja padat
Terapi : metronidazol 3 x 500 mg  7 hari
Prognosis : baik
• Epidemiologi : Prevalensi tinggi pada keadaan sanitasi
jelak
• Transmisi terjadi dengan cara menelan kista matang .
• Makanan/minuman  sumber Infeksi.
• Giardiasis dikenal juga sebagai Traveler’s Diarrhea 
makanan-minuman terkontaminasi
• Penularan malalui seks terutama bagi homoseks-
heteroseks yang mempraktekkan seks oral-anal.
• Giardiasis ditemukan juga pada penderita HIV/AIDS
• Pencegahan :
• Higiene perorangan keluaga dan kelompok  air minum
yang terkontaminasi.
Cryptosporodium
 Dulu penyebab diare pd hewan (protozoa
usus), sekarang juga manusia
 Hospes: mamalia, burung, reptil dan
manusia
 Penyakit: Kriptosporidiosis. Termasuk
zoonosis
 Geografik: Kosmopolit.
 Penyebab: Crypstosporidium parvum.
Morfologi dan daur hidup
• Bila ookista dari tinja tertelan -> pada saluran
cerna atas mengalami ekskistasi -> keluar
sporozoit -> pada epitel usus melakukan siklus
aseksual ( merogoni ) -> merozoit ( makro dan
makro ) -> hidup di permukaan sel lain.
• Ookista :
• Berdinding tebal keluar dengan tinja
• Berdinding tipis mengeluarkan sporozoit dalam
usus ( autoinfeksi )
• Jumlah sporozoit dalam ookista 4 sporozoit ( 4-5
mikron )
 Patologi:
ada di faring, esofagus, lambung, duodenum,
yeyenum, ileum, appendix, kolon, rektum, empedu,
pankreas.
Kelainan: Atrofi vilus, ukuran kripta membesar,
infiltrasi sel mononuklear di lamina propria
 Gejala Klinik:
diare tinja cair tanpa darah, kronis, kehilangan
banyak cairan, nyeri ulu hati, mual, muntah,
anoreksia, demam ringan.
 Diagnosis:
1. menemukan ookista dlm tinja
2. tinja dgn pulasan Ziehl-Neelsen.
3. antibodi IgG, IgM, ELISA, IFA.
 Obat: spiramisin 3x1 gram selama 2 minggu.
 Epidemiologi:
Memasak air yang tercemar ookista pada suhu
65C selama 20-30 menit dengan tambahan 5%
sodium hipoklorit, 5-10% amoniak.
Cyclospora cayetanensis
 Hospes: manusia.
 Geografik: kosmopolit
 Morfologi dan daur hidup:
- Termasuk spesies coccidia
- Ukuran Ookista: 8-10 mikron.
• Ookista yang belum matang keluar
bersama tinja -> terjadi sporulasi dalam
beberapa minggu ( cocok pada suhu tinggi
dan lembab )
• Ookista matang berisi 2 sporokista dan tiap
sporokista terdapat 2 sporozoit
• Infeksi terjadi bila menelan ookista matang
• Parasit berkembang pada enterosit
yeyenum
 Patologi dan Gejala Klinis:
- Terdapat di intrasel enterosit yeyenum.
- Gejala klinis timbul sekitar 1 minggu setelah
infeksi. diare tinja cair, anoreksia, BB turun,
kembung, flatus, nyeri ulu hati, mual,
muntah, nyeri otot, demam ringan, rasa
capek.
Bila tidak diobati terjadi diare kronis.
 Diagnosis:
- Ookista pada tinja.
- mikroskop fluoresense UV
- pulasan tahan asam.
- teknik safranin.
 Obat: Trimetoprim, Sulfametoksazol.
 Epidemologi:
Menghindari makan/minum tercemar tinja.
Blastocystis hominis
 Hospes: Manusia, monyet, kera, babi, marmut,
reptil, kecoa, tikus.
 Penyakit: Blastokistosis.
 Distribusi geografik: daerah tropis.
 Morfologi: ada 4 bentuk:
1. Vakuolar
2. Granular
3. Ameboid
4. Kista
• Bentuk vakuolar:
Paling sering ditemukan pada tinja dan biakan,
terdapat inti 1 – 4 (bedakan dengan E. histolytica)
• Bentuk granular
Terbentuk dari stadiun vakuolar
• Bentuk ameboid
Banyak ditemukan pada tinja dan biakan.
Bedakan dengan sel leukosit
• Bentuk kista
Polimorfik ( oval dan sirkuler ), terdapat inti dan
mitokondria
• B. hominis berkembang biak secara
aseksual
• Cara pembelahan B hominis: belah
pasang, plasmotomi, skizogoni,
endodiogoni
• Pada manusia terjadi cara belah pasang
• Cara infeksi : menelan kista sebagai bentuk
infektif melalui minuman dan makanan
Patologi dan gejala klinis
• Patogen atau komensal , oportunis ?
• Gejala saluran cerna: diare, flatulen,
kembung, anoreksia, muntah, nausea,
konstipasi, berat badan turun, kolitis
ulserosa, ileitis, enteritis, dll
• Di Bagian Parasitologi Klinik FK UNSRAT,
ditemukan dalam tinja berwarna kuning,
berwarna hijau, berdarah, berlendir, berbau
busuk, juga pada abses hati, fistel
rectovaginal.
 Diagnosis:
- Menemukan B.hominis dalam tinja
(pemeriksaan langsung).
 Obat: Metronidazol, Iodoquinol,
Furazolidon.
 Epidemologi:
1. Sanitasi lingkungan/perorangan.
2. Mencegah pencemaran makanan o/ tinja
3. selalu memasak air minum sampai
matang.
• Protozoa lainnya:
- Coccidia
- Isospora
- Eimeria
- Microsporidia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai