Gambar
Tropozoit Giardia lamblia
Keterangan
a: axostyl
b: blefaroplast
d: batil isap
k: kariosom
lf: lateral flagel
n : inti
pb: benda parabasal
pfib: serabut parabasal
vf: flagel ventral
Giardia lamblia
Lingkaran hidup
• Kista tertelan ekskistasi di duodenum
sitoplasma membelah terbentuk 2
trofozoid keluar dengan feses.
• Giardia lamblia hidup dalam rongga
duodenum dan bagian proksimal jejunum
dan kadang-kadang di saluran dan
kandung empedu
Patologi dan Gejala klinis
• Batil isap melekat pada mukosa duodenum –
jejunum enteritis kataral diare + lendir.
• Kasus berat absorbsi lemak terganggu
menyebabkan steatore
• Juga gangguan absorbsi karoten + asam folat
dan B12
• Produksi enzym mukosa berkurang. Penyerapan
bilirubin oleh G. lamblia menghambat aktivitas
lipase pankreatik sindroma malabsorbsi
Gejala klinis Sindroma malabsorbsi
• Kembung
• abdomen membesar dan tegang
• mual
• anoreksia
• feses berbau busuk
• penurunan berat badan.
Diagnosis, Terapi, Prognosis
Diagnosis :
• menemukan bentuk troposoid pada tinja
encer
• bentuk kista pada tinja padat
Terapi : metronidazol 3 x 500 mg 7 hari
Prognosis : baik
• Epidemiologi : Prevalensi tinggi pada keadaan sanitasi
jelak
• Transmisi terjadi dengan cara menelan kista matang .
• Makanan/minuman sumber Infeksi.
• Giardiasis dikenal juga sebagai Traveler’s Diarrhea
makanan-minuman terkontaminasi
• Penularan malalui seks terutama bagi homoseks-
heteroseks yang mempraktekkan seks oral-anal.
• Giardiasis ditemukan juga pada penderita HIV/AIDS
• Pencegahan :
• Higiene perorangan keluaga dan kelompok air minum
yang terkontaminasi.
Cryptosporodium
Dulu penyebab diare pd hewan (protozoa
usus), sekarang juga manusia
Hospes: mamalia, burung, reptil dan
manusia
Penyakit: Kriptosporidiosis. Termasuk
zoonosis
Geografik: Kosmopolit.
Penyebab: Crypstosporidium parvum.
Morfologi dan daur hidup
• Bila ookista dari tinja tertelan -> pada saluran
cerna atas mengalami ekskistasi -> keluar
sporozoit -> pada epitel usus melakukan siklus
aseksual ( merogoni ) -> merozoit ( makro dan
makro ) -> hidup di permukaan sel lain.
• Ookista :
• Berdinding tebal keluar dengan tinja
• Berdinding tipis mengeluarkan sporozoit dalam
usus ( autoinfeksi )
• Jumlah sporozoit dalam ookista 4 sporozoit ( 4-5
mikron )
Patologi:
ada di faring, esofagus, lambung, duodenum,
yeyenum, ileum, appendix, kolon, rektum, empedu,
pankreas.
Kelainan: Atrofi vilus, ukuran kripta membesar,
infiltrasi sel mononuklear di lamina propria
Gejala Klinik:
diare tinja cair tanpa darah, kronis, kehilangan
banyak cairan, nyeri ulu hati, mual, muntah,
anoreksia, demam ringan.
Diagnosis:
1. menemukan ookista dlm tinja
2. tinja dgn pulasan Ziehl-Neelsen.
3. antibodi IgG, IgM, ELISA, IFA.
Obat: spiramisin 3x1 gram selama 2 minggu.
Epidemiologi:
Memasak air yang tercemar ookista pada suhu
65C selama 20-30 menit dengan tambahan 5%
sodium hipoklorit, 5-10% amoniak.
Cyclospora cayetanensis
Hospes: manusia.
Geografik: kosmopolit
Morfologi dan daur hidup:
- Termasuk spesies coccidia
- Ukuran Ookista: 8-10 mikron.
• Ookista yang belum matang keluar
bersama tinja -> terjadi sporulasi dalam
beberapa minggu ( cocok pada suhu tinggi
dan lembab )
• Ookista matang berisi 2 sporokista dan tiap
sporokista terdapat 2 sporozoit
• Infeksi terjadi bila menelan ookista matang
• Parasit berkembang pada enterosit
yeyenum
Patologi dan Gejala Klinis:
- Terdapat di intrasel enterosit yeyenum.
- Gejala klinis timbul sekitar 1 minggu setelah
infeksi. diare tinja cair, anoreksia, BB turun,
kembung, flatus, nyeri ulu hati, mual,
muntah, nyeri otot, demam ringan, rasa
capek.
Bila tidak diobati terjadi diare kronis.
Diagnosis:
- Ookista pada tinja.
- mikroskop fluoresense UV
- pulasan tahan asam.
- teknik safranin.
Obat: Trimetoprim, Sulfametoksazol.
Epidemologi:
Menghindari makan/minum tercemar tinja.
Blastocystis hominis
Hospes: Manusia, monyet, kera, babi, marmut,
reptil, kecoa, tikus.
Penyakit: Blastokistosis.
Distribusi geografik: daerah tropis.
Morfologi: ada 4 bentuk:
1. Vakuolar
2. Granular
3. Ameboid
4. Kista
• Bentuk vakuolar:
Paling sering ditemukan pada tinja dan biakan,
terdapat inti 1 – 4 (bedakan dengan E. histolytica)
• Bentuk granular
Terbentuk dari stadiun vakuolar
• Bentuk ameboid
Banyak ditemukan pada tinja dan biakan.
Bedakan dengan sel leukosit
• Bentuk kista
Polimorfik ( oval dan sirkuler ), terdapat inti dan
mitokondria
• B. hominis berkembang biak secara
aseksual
• Cara pembelahan B hominis: belah
pasang, plasmotomi, skizogoni,
endodiogoni
• Pada manusia terjadi cara belah pasang
• Cara infeksi : menelan kista sebagai bentuk
infektif melalui minuman dan makanan
Patologi dan gejala klinis
• Patogen atau komensal , oportunis ?
• Gejala saluran cerna: diare, flatulen,
kembung, anoreksia, muntah, nausea,
konstipasi, berat badan turun, kolitis
ulserosa, ileitis, enteritis, dll
• Di Bagian Parasitologi Klinik FK UNSRAT,
ditemukan dalam tinja berwarna kuning,
berwarna hijau, berdarah, berlendir, berbau
busuk, juga pada abses hati, fistel
rectovaginal.
Diagnosis:
- Menemukan B.hominis dalam tinja
(pemeriksaan langsung).
Obat: Metronidazol, Iodoquinol,
Furazolidon.
Epidemologi:
1. Sanitasi lingkungan/perorangan.
2. Mencegah pencemaran makanan o/ tinja
3. selalu memasak air minum sampai
matang.
• Protozoa lainnya:
- Coccidia
- Isospora
- Eimeria
- Microsporidia
TERIMA KASIH