Anda di halaman 1dari 5

NAMA KELOMPOK

Arinda Syafitri 4121911071


List Come Funny 4121911070
 Mita Apriyanti 4121911076
Yusi Widianti 4121911085

TUGAS: pANCASILA
2.1 Pengertian ketertiban sosial
Ketertiban sosial (social order) tercipta bilamana kegiatan orang
berlangsung dengan menyenangkan dan dapat di ramalkan pada
masyarakat sederhana, sosialisasi menciptakan ketertiban sosial dengan
cara mempersiapkan orang agar bersedia berperilaku sebagaimana yang
diharapkan, dan tekanan sosial (social preassure) memberikan imbalan
berupa penerimaan dan pengakuan bilamana orang yang berperilaku seperti
yang diharapkan.

2.2 Pengertian Pelanggaran Lalu Lintas


Pelanggaran lalu lintas yang sering disebut juga dengan tilang merupakan
ruang lingkup hukum pidana yang diatur dalam UU nomor 14 tahun 1992.
Hukum pidana mengatur perbuatan - perbuatan yang dilarang olen undang
undang.

2.3 Undang-Undang Mengenai Lalu Lintas


 Pasal 59 ayat 1 jo pasal 18 ayat 1 UU No. 14 Tahun 1992
 Pasal 61 ayat 1 jo Pasal 23 ayat 1 huruf d UU No. 14 Tahu 1992
 Pasal 60 ayat jo pasal 231 huruf b UU No. 14 Tahun 1992
 Pasal 69 UU No. 14 Tahun 1992
2.4 Bentuk Pelanggaran Lalu Lintas

 Menggunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi membahayakan


ketertiban atau keamanan
 Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan surat
ijin mengemudi (SIM), STNK, Surat Tanda Uji Kendaraan (STUK)
 Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan
tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan
kendaraan dan syarat penggandengan dengan kendaraan lain.

2.5 Penyebab Pelanggaran

 Minimnya pengetahuan mengenai,peraturan,marka dan rambu lalu lintas


 Dari kecil sudah terbiasa melihat orang melanggar lalu lintas atau bahkan
orang tuanya sendiri.
 Hanya patuh ketika ada polisi yang patroli atau melewati pos polisi
 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencari tahu peraturan lalu lintas
atau rambu-rambu lalu lintas
 Tidak memikirkan keselamatan diri sendiri atau orang lain
2.6 Dampak Pelanggaran
a. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas baik pada persimpangan lampu
lalu lintas maupun pada jalan raya;
b. Keselamatan para pengendara dan para pejalan kaki menjadi terancam
c. Kemacetan lalu lintas akibat dari masyarakat yang enggan untuk berjalan
kaki atau memanfaatkan sepeda ontel;
d. Kebiasaan melanggar peraturan lalu lintas yang biasa kemudian menjadi
budaya melanggar peraturan.

2.7 Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Pelanggaran Lalu Lintas


a. Pemerintah mensosialisasikan kepada masyarakat tentang peraturan-
peraturan lalu lintas secara detail dan dimengerti oleh masyarakat, sehingga
masyarakat mudah mengakses informasi yang ada dipemerintahan.
b. Lebih diperhatikan kepada kelayakan pengemudi, dimulai dari fisik sampai
jasmaninya.
c. Lebih diperhatikan kepada kelayakan pengemudi, dimulai dari fisik sampai
jasmaninya.
d. Menambah atau memperbaiki rambu - rambu lalu lintas yang ada dijalan dan mudah
dimengerti oleh masyarakat.
e. Menambah dan mengatur jalan lebih efektif.
Kesimpulan
Penegakan peraturan lalu lintas secara baik sangat tergantung pada
beberapa faktor yang selama ini kurang mendapatkan perhatian yang seksama,
yakni: pemberian teladan kepatuhan hukum dari para penegak hukum sendiri,
sikap yang lugas dari para penegak hukum, penyesuaian peraturan lalu lintas
dengan memperhatikan usaha menanamkan pengertian tentang peraturan lalu
lintas, penjelasan tentang manfaat yang konkrit dari peraturan tersebut, serta
aplikasi kepada masyarakat untuk membantu penegakan peraturan lalu lintas.

Saran
Pengendara bermotor harus memiliki etika kesopanan di jalan dan harus
mematuhi atau melaksanakan tata tertib lalu lintas, terutama tata tertib keamanan
berlalu lintas supaya tidak merenggut korban jiwa dan bisa merugikan orang
lain. hal ini harus disadari pada setiap pengendara bermotor dijalan agar tidak
ada yang dirugikan.

Anda mungkin juga menyukai