Fisa Juniawan Cahyono (010) Arsita Handayani (106) Aslinda Arsyad (068)
Nurul Fitri Rafifah (017) Lidya Balimbing (048) Heriwanti Pasalli’ (079)
Rezki Primadia Audina (024) Youngky Haryanto (112) Venty Try Mangiwa (085)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar kasus gastroenteritis akut pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika Serikat,
insiden mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per tahun. Sekitar 900.000 kasus perlu perawatan di rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian
karena diare per tahun. Di Amerika Serikat, gastroenteritis akut terkait mortalitas tinggi pada lanjut usia. Selain itu, gastroenteritis akut masih merupakan penyebab
kematian anak di seluruh dunia, meskipun tatalaksana sudah maju.
Penanganan dini yang cepat, tepat dan adekuat harus dilakukan dalam mengatasi gastroenteritis akut agar pasien tidak jatuh ke kondisi yang lebih parah. Pemberian
terapi sampai nutrisi bagi penderita harus diberikan dengan tepat. Dalam pemberian terapi sangat penting dalam penanganan gastroenteritis akut disamping pemberian
obat spesifik terhadap agen penyebab yang bisa diketahui dari manifestasi klinis hasil laboratorium
TINJAUAN PUSTAKA
Febris atau demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan
suhu di hipotalamus (Dinarello & Gelfand, 2005). Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 – 37,20C. derajat suhu yang dapat dikatakan demam
adalah rectal temperature ≥ 38,00C atau oral temperature ≥ 37,50C atau axillary temperature ≥ 37,20C.
Gastroenteritis adalah peradangan usus dan lambung yang timbul karena muntah, demam, sakit perut, dan diare. Gastroenteritis bisa
bersifat persisten, akut, atau kronis, dan dapat juga diklasifikasikan sebagai infeksi atau tidak infeksius.
Demam dapat disebabkan oleh faktor
infeksi ataupun faktor non infeksi.
Etiologi Gastroenteritis
Proses terjadinya diare dapat disebabkan
oleh berbagai pertimbangan seperti
3. Denyut Nadi (kali/menit) 80 86 72 88 2. RBC 4-5-5,5 x 106 /𝜇L 4,7 4,71 4,66
4. Suhu Badan (ºC) 40 37,4 36,5 36 3. HGB 14-18 g/dL 14,4 14,3 14,1
4. HCT 40-50% 38,1 38,2 37,9
5. Bab encer + lender +++++ +++++ ++ + 5. MCV 80-96 fl 81,1 81,1 81,3
6. Bab encer + darah - - + - 6. MCH 27-31 pg 30,6 30,4 30,3
7. Menggigil + + - - 7. MCHC 32-37 g/dL 37,8 37,4 37,2
Tabel III.6 Hasil Pemeriksaan Widal Tabel III.7 Hasil Pemeriksaan Kimia Darah
Rasionalitas
No Nama Obat Dosis Lama
Indikasi Obat Dosis Aturan Pakai Penderita Cara Pemberian
Pemberian
1. Ondansetron 4 mg R R R R R R R
2. Ranitidin 50 mg/2 mL R R R R R R R
3. Paracetamol 10 mg/mL R R R R R R R
New Diatabs R R R R R R R
4. 600 mg
(Attapulgit)
5. Cotrimoxasol 480 mg R R R R R R IR
Asam IR IR IR IR IR IR IR
6. 250 mg
Traneksamat
7. Futrolit R R R R R R R
8. Lodia 2 mg IR IR IR IR IR IR IR
Ozid R R R R R R IR
9. 40 mg
(Omeprazol)
10. Alprazolam 0,5 mg R R R R R R R
11. Amlodipin 5 mg R R R R R R IR
Asessment and Plan
Berdasarkan analisis rasional pengobatan pasien selama dirawat di rumah sakit, maka dilakukan assessment dan plan seperti pada tabel III.10
Tabel III.10 Data Assessment and Plan terhadap Profil Pengobatan Pasien
Hipertensi Amlodipin Indikasi yang tidak ditangani Sebaiknya diberikan pada tanggal 24 -Tekanan darah
maret 2019, karena gejala hipertensi -efek samping
mulai muncul pada saat itu
Pemberian obat tidak Lodia (Loperamide) Pemilihan obat kurang tepat Sebaiknya tidak diberikan karena dapat -Kondisi pasien
rasional memperburuk kondisi pasien
.
Pembahasan
ANTIBIOTIK ANTIEMETIK
Cotrimoxazole (Sulfametoxazole dan Trimetoprim) tablet 480 Pada tanggal 23 maret 2019 diberikan Ondansetron injeksi dengan dosis 4
mg diberikan untuk mengatasi keluhan pasien yaitu nyeri saat mg. Pemberian ondansetron pada dua hari pertama dinilai rasional untuk
BAK kemungkinan karena adanya infeksi. Kombinasi mengatasi mual muntah namun monitoring mual muntah pasien harus tetap
trimetoprim-sulfametoksazol merupakan pengobatan yang di lakukan untuk menentukan efektivitas dari obat ini.
efektif untuk berbagai infeksi termasuk P jiroveci pneumonia,
infeksi saluran kemih, prostatitis, dan beberapa infeksi yang Ranitidin injeksi dengan dosis 50 mg/2 ml untuk mencegah mual yang dialami
disebabkan oleh strain Shigella, Salmonella, dan nontuberculous pasien. Pemberian ranitidin sudah rasional penggunaannya dan lama
mycobacteria. Pemberian obat ini telah rasional tetapi pada pemberiannya berdasarkan gejala yang dialami oleh pasien. Namun pada
kasus tersebut hanya diberikan 2 hari saat pasien masuk, penggunaan obat ini harus tetap dimonitoring efek samping dari obat ini
seharusnya diberikan lebih lanjut hingga hari terakhir di rumah karena obat ini termasuk salah satu obat penyebab diare.
sakit, jadi perlu diganti aturan pakai dari cotrimoxazole. Perlu
untuk dilakukan kultur bakteri lebih lanjut untuk menggunakan Ozid® (Omeprazole) injeksi 40 mg . Pemberian obat ini dianggap telah rasional
jenis antibiotik yang lebih sfesifik. untuk mengganti ondasentron pada hari ketiga perawatan. Namun pada
OBAT-OBAT DIARE penggunaan obat ini harus tetap dimonitoring efek samping dari obat ini
karena obat ini termasuk salah satu obat penyebab diare.
Pemberian New Diatabs® (Attapulgit) tablet 600 mg yang bekerja dengan cara
Pada akhir masa perawatan di rumah sakit M. S diberikan obat Lansoprazole
menyerap racun, bakteri dan air dan mengurangi gejala diare dengan cara
tablet 30 mg sebagai salah satu obat GERD. Obat ini dinilai telah rasional
meningkatkan konsistensi tinja yang terbentuk, biasanya digunakan pada diare
karena sebagai obat untuk mengatasi gejala GEA di rumah. Namun pada
akut. Obat ini tidak boleh lebih dari 2 hari, sehingga pemberiannya telah rasional
penggunaan obat ini harus tetap dimonitoring efek samping dari obat iini
dan penggunaannya hanya 2 hari.
karena obat ini termasuk salah satu obat penyebab diare.
Pemberian Loperamide pada pasien ini dinilai tidak rasional karena
antispasmodik/spasmolitik atau opium justru akan memperburuk keadaan karena
akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan menyebabkan
terjadinya perlipat gandaan (overgrowth) bakteri, gangguan digesti dan absorbsi. LANJUTAN DI SLIDE
Obat-obat ini berkhasiat untuk menghentikan peristaltik, tetapi akibatnya sangat
berbahaya karena penderita akan terkelabui. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi
BERIKUTNYA
perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat yang berakibat
fatal untuk penderita.
Pembahasan
ANTIPIRETIK TERAPI CAIRAN
Parasetamol infus dosis 10 mg/mL untuk mengatasi febris pada Futrolit® (NaCl, KCl, CaCl2, Mg(OH)2) infus diberikan untuk
pasien. Parasetamol bekerja langsung di pusat saraf dengan mengatasi kekurangan cairan dari M. S karena telah diare lebih dari
mempengaruhi ambang rasa sakit dengan menghambat enzim 5 hari. Indikasi Futrolit® adalah mengatasi kebutuhan karbohidrat,
cyclooxsygenase, COX-1, COX-2 dan COX-3 yang terlibat dalam cairan, &elektrolit pada fase sebelum, selama, & sesudah op,
pembentukan prostaglandin, substansi yang bertindak mengatur dehidrasi isotonik & kehilangan cairan ekstraseluler. Sehingga
rasa sakit dan diketahui juga sebagai regulator panas pada pemberian infus ini dinilai telah rasional untuk mengatasi dehidrasi
hipotalamus. Dengan berkurangnya produksi prostaglandin di yang dialami pasien akibat diare. Selama pemberian cairan
otak maka efek rasa sakit dan demam dapat berkurang. parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi jumlah cairan
Pemberian parasetamol dianggap telah rasional. yang keluar bersama tinja dan muntah, perubahan tanda-tanda
rehidrasi. Evaluasi sangat perlu karena jika tidak ada perbaikan
TERAPI TAMBAHAN sama sekali maka tatalaksana pemberian cairan harus diubah
(kecepatan tetesan harus ditingkatkan). Sebaliknya kalau terdapat
gejala overhidrasi, kecepatan tetesan harus dikurangi.
Pada tanggal 24 maret 2019, M. S diberikan Asam Traneksamat untuk mengatasi
pendarahan . Asam Traneksamat (TXA) digunakan untuk mengontrol perdarahan TERAPI TAMBAHAN
pada pasien yang menjalani operasi dan untuk mengelola kondisi lain seperti
M. S mengalami peningkatan tekanan darah mulai tanggal 24
gastrointestinal dan perdarahan menstruasi yang berat. Pemberian asam
Maret 2019 tetapi pasien diberikan obat antihipertensi pada
traneksamat pada Ny. M. S dinilai tidak rasional karena ada obat tanpa indikasi.
tanggal 25 Maret 2019 yaitu diberikan amlodipin tablet 5 mg
Obat ini sebaiknya diberikan setelah ada tanda-tanda pendarahan yang terjadi.
untuk mengatasi hipertensinya dimana amlodipin dapat
menurunkan tekanan darah secara perlahan-perlahan sehingga
Alprazolam tablet 0,5 mg diberikan untuk menangani kecemasan pasien.
tidak menimbulkan reflex takikardi. Obat ini telah rasional
Alprazolam sangat efektif digunakan pada penanganan gangguan panik
penggunaannya tetapi perlu perubahan waktu aturan pakai,
anicagoraphobia dan tampak lebih selektif pada kondisi tersebut dibanding obat-
sebaiknya diberikan pada tanggal 24 Maret 2019.
obat golongan benzodiazepine lainnya. Dilihat dari tanda gejala dan keluhan
pasien yaitu sulit tidur karena kecemasan atau perasaan tidak tenang pada pasien
sehingga penggunaan obat ini dianggap telah rasional dengan pemberian obat
hanya pada tanggal 25 Maret 2019.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disiimpulkan bahwa :
• Dari hasil pengamatan klinik dan pemantauan terapi obat yang diberikan pada pasien M.S
dapat disimpulakn bahwa terapi yang diberikan sudah sesuai dan dinilai rasional, namun masih
memerlukan monitoring lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas dari terapi yang digunakan.
• Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan dapat membantu untuk mencegah terjadinya DRPs,
sehingga permasalahan mengenai obat-obatan dapat teratasi.
Saran
1. Sebaiknya kondisi pasien terus dipantau selama pemberian terapi dan setelah pasien keluar
dari rumah sakit.
2. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali sebelum keluar dari rumah sakit.
THANK YOU
KELOMPOK 1