Anda di halaman 1dari 60

BLOK 2.

6 GANGGUAN SISTEM
DIGESTIVUS
MODUL 5
DIARE DAN MALABSORPSI
Kelompok 8 :
Elsa Nur Salsabila (170610002)
Rosdina Permata Kasih (17061014)
Mhd. Arvin Harmansya (17061030)
Intan Zuryani (17061044)
Rizqa Safrina (170610050)
Nadia Alkhalifa (170610058)
Afif Muhammad (170610070)
Rayya Trianda (170610078)
Nurfadila (170610080)
Chibratul Husna (170610084)
Intan Nurul Izzah (170610088)
SKENARIO 5 : DIARE
Della, perempuan, berusia 18bulan, di rujuk ke rumah sakit dengan
keluhan diare dan muntah-muntah sejak1 hari yang lalu. Della sering
mengalami diare berulang sejak usianya 1 tahun. Tubuh Della terlihat sangat
kurus, berat badannya yang hanya 8 kg tidak pernah meningkat sejak
usianya 1 tahun. Menurut Ibu Della, anaknya tidak dapat mengkonsumsi
makanan padat layaknya anak seusianya. Bahkan pemberian susu formula
pun bisa menyebabkan Della mengalami diare. Ibu Della sangat khawatir
dan bingung dengan kondisi anaknya tersebut. Ia bertanya apakah diare
yang dialami Della ada hubungannya dengan lokasi tempat tinggal mereka
yang dekat dengan tempat pembuangan sampah akhir. Akan tetapinya ia
juga mengaku sudah mengusahakan menjaga kebersihan makanan yang
dikonsumsi Della sebaik mungkin dan anak-anaknya yang lain tidak
mengalami diare seperti Della.
Dokter yang menangani Della menjelaskan bahwa kemungkinan Della
mengalami malabsorpsi lactose intolerance dan gizi buruk. Della harus
menjalani perawatan intensif untuk menangani seluruh masalah yang
2
dialaminya secara komprehensif. Bagaimana anda menjelaskan
17/11/2019
kondisi
Della tersebut?
JUMP 1 : TERMINOLOGI
1. Diare : kondisi BAB dengan tinja berbentuk cair atau
lembek dengan frekuensi >3 kali dalam 24 jam
2. Malabsorbsi : gangguan saluran cerna dalam menyerap
nutrisi dan cairan dari makanan
3. Lactose intolerance : tidak terhidrolisisnya lactosa secara
optimal di usus karena kekurangan enzim lactase

3 17/11/2019
Malabsorbsi,
JUMP 4 :SKEMA DIARE intoleransi,alergi,
dan intoksisitas
makanan
Dewasa Anak-Anak

Akut Kronis

Etiologi, Manifestasi klinis,


epidemiologi,patofisiologi

Pencegahan ………………………………………....
Pemeriksaan Terapi Cairan

Diagnosis

Tata laksana

Komplikasi dan
4 Prognosis 17/11/2019
JUMP 5 : LO
1. Diare pada Anak ( Akut dan kronik)
2. Diare pada Dewasa ( Akut dan kronik )
3. Malabsorbsi, intoleransi,alergi,dan intoksisitas makanan

5 17/11/2019
1. Diare pada anak
Perubaham konsistensi tinja yang terjadi akibat kandungan air
didalam tinja melebihi normal (10 mL/kgBB/hari) dengan peningkatan
frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.

Etiologi
- infeksi virus, parasit, bakteri
- alerrgi mkanan
- malabsorbsi
- keracunan makanan
- obat-obatan

Diagnosis
- anamnesis
- pemeriksaan fisik
keadaan umum, kesadaran, tanda vital, tanda- tanda dehidrasi,
tanda ketidakseimbangan asam basa
- pemeriksaan penunjang
pemeriksaan tinja
7 17/11/2019
8 17/11/2019
5 Pilar Tatalaksan Diare Menurut WHO :
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
4. Pembeian zink
5. Edukasi pada orang tua

Diare Akut Dehidrasi Berat


- Rehidrasi IV, 100 cc/kgbb cairan ringer laktat/asetat dengan ketentuan :
Umur < 12 bulan : berikan 30 cc/kgbb dalam 1 jam selanjutnya 70
cc/kgbb dalam 5 jam.
Umur > 12 bulan : berikan 30 cc/kgbb dalam 30 menit selanjutnya
70 cc/kgbb dalam 2,5 jam

Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang


- Berikan larutan oralit dalam waktu 3 jam pertama sebanyak 75 cc/kgbb
- Lanjutkan pemberian ASI
- Periksa kembali dan klasisfikasikan ulang setelah 3 jam
9 17/11/2019
Diare Akut Tanpa Dehidrasi
- Beri cairan tambahan seperti ASI secara lebih sering dan lama, jika anak
tidak memperoleh asi berikan cairan oralit, air matang/ cairan makanan.
- Berikan tablet zinc
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
- Probiotik

Pencegahan
- Asi tetap diberikan
- Menjaga kebersihan
- Penyediaan air minum bersih
- Memasak makanan secara adekuat

Komplikasi
Dehidrasi, gangguan elektrolit, penururnan BB, gagal tumbuh, serta diare
yang lebih berat.

10 17/11/2019
2. Diare pada Dewasa
Definisi
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar
dengan feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau
cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.Bila
diare berlangsung kurang dari 2 minggu, di sebut sebagai
Diare Akut.

Etiologi
Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi intoksikasi
(poisoning), alergi,reaksi obat-obatan

12 17/11/2019
DIARE AKUT
Epidemiologi
Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius di Amerika setia
tahunnya yang merupakan penyebab kedua dari morbiditas dan
mortalitas di seluruh dunia gambaran klinis diare akut sering
kali tidak spesifik.

Diagnosis
-Anamnesis
-Pemeriksaan Fisik
-Pemeriksaan lab

13 17/11/2019
Tata Laksana
Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa komplikasi,
dan kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan. Tidak jarang penderita
mencari pengobatan sendiri atau mengobati sendiri dengan obat-obatan anti diare yang
dijual bebas.Biasanya penderita baru mencari pertolongan medis bila diare akut sudah
lebih dari 24 jam belum ada perbaikan dalam frekwensi buang air besar ataupun jumlah
feses yang dikeluarkan.
Prinsip pengobatan adalah menghilangkan kausa diare dengan memberikan
antimikroba yang sesuai dengan etiologi, terapi supportive atau fluid replacement
dengan intake cairan yang cukup atau dengan Oral Rehidration Solution(ORS) yang
dikenal sebagai oralit, dan tidak jarang pula diperlukan obat simtomatik untuk
mengurangi frekwensi diare.
Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab diare akut dilakukan
pemeriksaan feses rutin dan pada keadaan dimana feses rutin tidak menunjukkan adanya
miroorganisme maka diperlukan pemeriksaan kultur feses dengan medium tertentu sesuai
dengan mikroorganisme yang dicurigai secara klinis dan pemeriksaan laboratorium
rutin. Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,50C,
adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin, dan
diare persisten yang belum mendapat antibiotik.Dalam praktek sehari-hari sering kali
dokter
14 langsung memberikan antibiotik/antimikroba secara empiris 17/11/2019
DIARE KRONIK
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14
hari dan bukan disebabkan oleh virus, misal akibat
gangguan fungsi usus dalam mencerna makanan, adanya
suatu zat makanan yang tidak dapat diserap tubuh, dan
sebagainya

15 17/11/2019
Etiologi
 Obat-obatan, seperti obat pencahar ataupun antibiotik.
 Gangguan pada usus, misalnya penyakit radang usus.
 Intoleransi tubuh terhadap beberapa makanan dan minuman,
seperti susu sapi, fruktosa, atau protein kedelai.
 Gangguan pada pankreas.
 Gangguan pada tiroid, misalnya hipertiroidisme.
 Operasi ataupun terapi radiasi yang pernah dijalani.
 Berkurangnya aliran darah pada usus.
 Tumor
 Gangguan sistem kekebalan tubuh.
 Penyakit turunan, misalnya yang menyebabkan defisiensi
enzim tertentu

16 17/11/2019
Pemeriksaan Laboratorium Dan Penunjang
Lainnya
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare kronik adalah sebagai berikut :
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes) : Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare
kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri
dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi.
2. Volume Feses : Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau
imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus
dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day),
kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi
lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam : Jika berat feses >
300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr
mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses
malabsorbstif.
4. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau
diare sekretori.
5. Tes Laboratorium lainnya : Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat diperiksa
seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome), calcitonin
(medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA
17 (carcinoid syndrome). 17/11/2019
Pengobatan
Sejumlah agen anti diare dapat digunakan pada diare kronik. Opiat mungkin dapat
digunakan dengan aman pada keadaan gejala stabil.
1. Loperamid : 4 mg dosis awal, kemudian 2 mg setiap mencret. Dosis maksimum 16
mg/hari.
2. Dhypenoxylat dengan atropin : diberikan 3-4 kali per hari.
3. Kodein, paregoric : Disebabkan memiliki potensi additif, obat ini sebaiknya dihindari.
Kecuali pada keadaan diare yang intractable. Kodein dapat diberikan dengan dosis 15-
60 mg setiap 4 jam. Paregoric diberikan 4-8 ml.
4. Klonidin : ∝2 adrenergic agonis yang menghambat sekresi elektrolit intestinal.
Diberikan 0,1-0,2 mg/hariselama 7 hari. Bermanfaat pada pasien dengan diare
sekretori, kriptospdidiosis dan diabetes.
5. Octreotide : Suatu analog somatostatin yang menstimulasi cairan instestinal dan
absorbsi elektrolit dan menghambat sekresi melalui pelepasan peptida gastrointestinal.
Berguna pada pengobatan diare sekretori yang disebabkan oleh VIPoma dan tumor
carcinoid dan pada beberapa kasus diare kronik yang berkaitan dengan AIDS. Dosis
efektif 50mg –250mg sub kutan tiga kali sehari
6. Cholestiramin : Garam empedu yang mengikat resin, berguna pada pasien diare
sekunder karena garam empedu akibat reseksi intestinal atau penyakit ileum. Dosis 4
18 gr 1 s/d 3 kali sehari. 17/11/2019
3. Malabsorbsi, Intoleransi, Alergi dan
Intoksisitas Makanan
Malabsorbsi (Gangguan Penyeraban )
Pembagian :
 Malabsorbsi Karbohidrat
 Malabsorbsi Lemak
 Malabsorbsi Protein
 Malabsorbsi Vitamin

20 17/11/2019
Malabsorbsi Karbohidrat
Macam Karbohidrat:
 Glukosa
 Galaktosa Monosakarida
 Fruktosa

 Laktosa
 Sukrosa Disakarida
 Maltosa

 Glikogen Polisakarida

21 Amilum 17/11/2019
Malabsorbsi Laktosa (Intoleran Laktosa)
Penyebab:
Defisiensi Enzim Laktase (Dalam Brush Border)

Laktosa Glukosa+ Galaktosa

Kolon (Fermentasi Oleh Kuman)

Senyawa Asam Dan Gas Diare.

22 17/11/2019
Defisiensi Enzim Laktase
 Primer : Bawaan
 Sekunder:
 Neonatus BBLR
 Diare Infeksi
 Kerusakan Mukosa Usus Halus
 Pasca Operasi
 Gizi Buruk

23 17/11/2019
Gejala Klinis
 Sakit Perut
 Kembung
 Diare Intermitten
 Diare Berair (Watery Diarrhea)
 Sering Kentut
 Tinja Berbau Asam
 Abus Lecet (Eritemanantum)

Pemeriksaan Lab
 Ph Tinja
 Laktosa Dalam Tinja Dg “ Clini Test “ / Test Reduksi
 Hydrogen Breath Tests (Hbt)
24 17/11/2019
Terapi
 Beri Susu Rendah Laktosa (Llm)
Spt: SGM LLM, NUTRILON LLM, Al 100 Dsb
 Susu Bebas Laktosa (Free Lactose)
Spt: BEBELAC FL, OLAC, NL33 , NUTRILON FL , Dll

Prognosis
 Primer; Kurang Baik
 Sekunder : Baik

25 17/11/2019
Malabsorbsi Lemak

Penyebab:
 Defisiensi Enzim Lipase
 Kekurangan Bilirubin Ii
 Atrofi Vili
 Penyakit Pankreas
 Penyakit Hati
 Penyakit Usus Halus
 Neonatus BBLR

26 17/11/2019
Gejala klinis:
 Diare berlemak (steatore)/ fatty diarrhea
 Bentuk tinja lembek / tidak berbentuk
 Warna coklat muda sampai kuning
 Kelihatan berminyak
Pemeriksaan Laboratorium
 Mikroskopis Tinja (Banyak Lemak)
 Pemeriksaan Kuantitatif dengan cara Van De Kamer
(Tinja 24 Jam) Dihitung kadar lemaknya (> 5gr / 24
jam)

27 17/11/2019
Diagnosis :
 Gejala Klinis
 Mencari Penyakit Dasarnya
 Pemeriksaan Lab. Tinja

Pengobatan
 Mengobati penyeab kekurangan enzim lipase / empedu
(penyakit dasarnya)
 Beri susu lemak tidak jenuh (mct)
Seperti : Susu portagen, progestimil, pepti junior

28 17/11/2019
Intoleransi Makanan

Definisi
Keadaan dimana saat seseorang mengkonsumsi suatu
makanan tertentu dapat timbul gejala yang tidak nyaman
Etiologi
 Penyerapan yang buruk dari usus ke dalam aliran darah
 Pelepasan bahan kimia dalam tubuh akibat kontak
makanan dengan tubuh
GEJALA KLINIS
 Flatus
 Kembung
 Mual
 Diare
 Sakit perut
 Syok
 Bekas
 Retensi cairan
 Ruam
 Mengi JARANG
 Radang pada sinus/mata/hidung
 Pembengkakan pita suara
 Migrain
INTOLERANSI LAKTOSA
Suatu kondisi dimana laktosa tidak bisa tercerna dengan
baik karena adanya defisiensi enzim laktase
ETIOLOGI
Suatu kondisi dimana laktosa tidak bisa tercerna dengan
baik karena adanya defisiensi enzim laktase
EPIDEMIOLOGI

 65-75% penduduk dunia mengalami defisiensi laktase


primer
 Sering terjadi pada orang Eropa utara, Asia, Amerika
Selatan, dan Afrika
KLASIFIKASI

1. Malabsorbsi Laktosa
Disebabkan karena ketidakseimbangan antara
jumlah laktosa yang dikonsumsi dengan
kapasitas laktase untuk menghidrolisa disakarida
2. Defisiensi Laktase Primer
 Tidak adanya laktase secara relatif/absolut yang
terjadi pada anak-anak kelompok ras tertentu
 Merupakan penyebab tersering malabsorbsi
laktosa dan intoleransi laktosa
3. Defisiensi Laktase Sekunder
 Diakibatkan oleh injuri usus halus, seperti pada
gastroenteritis akut, diare persisten, kemoterapi
kanker
 Sering terjadi pada bayi
 Laktase tidak defisiensi lagi bila kerusakan mukosa
usus telah membaik dan infeksi telah teratasi
4. Defisiensi Laktase Kongenital
Disebabkan karena mutasi pada gen LCT yang
memberikan instruksi untuk pembuatan enzim laktase
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Defisiensi Laktase Primer Defisiensi Laktase Sekunder

Laktosa tidak dapat dipecah menjadi bentuk yang dapat diserap



Penumpukan laktosa

Sumber energi u/ pertumbuhan mikroorganisme

+ Fermentasi laktosa

+ Asam laktat, gas methan (CH4) dan hidrogen (H2)

Aktif secara osmotik Distensi usus Flatulensia

Menarik air ke lumen usus Rasa tidak nyaman Flatus

+ Diare

Hambat penyerapan nutrisi lainnya


GEJALA KLINIS

 Sakit perut
 Mual
 Muntah
 Kembung
 Diare

#NB:
 Gejala biasanya mulai 30 menit-2jam setelah makan/minum
makanan yang mengandung laktosa (ex: susu, keju, es krim)
DIAGNOSIS

 Pengukuran pH tinja (pH < 6)


 Penentuan kadar gula dalam tinja dengan tablet
“Clinitest”
#NB:
Normal tidak terdapat gula dalam tinja
(+ = 0,5%, ++ = 0,75%, +++ = 1%, ++++ = 2%)
 Laktosa Loading (Tolerance) Test
 Pasien dipuasakan semalam  beri minum laktosa 2
g/kgBB
 Lakukan pengukuran kadar gula darah sebelum diberikan
dan setiap 1/2 jam kemudian sehingga 2 jam lamanya

#NB:
Positif (+) : grafik yang mendatar selama 2 jam atau
kenaikan kadar gula darah kurang dari 25 mg%
 Barium meal lactose
Pasien dipuasakan semalam  beri minum larutan
barium laktosa
#NB:
Positif (+) : larutan barium lactose terlalu cepat keluar (1
jam)  berarti sedikit yang diabsorbsi
 Biopsi
Biopsi mukosa usus halus  tentukan kadar enzim laktase
PENATALAKSANAAN

 Hindari makanan yang mengandung laktosa (ex: susu,


keju, es krim)
 Berikan susu rendah laktosa (LLM: 0.8%, Almiron:
1%) atau free lactose selama 2-3 bulan  ganti
kembali dengan susu formula yang biasa
 Intoleransi laktosa sementara  berikan susu rendah
laktosa selama 1 bulan
 Pasien dengan defisiensi laktase kongenital  berikan
susu bebas laktosa
INTOLERANSI FRUKTOSA

 Fruktosa  ex: buah ara, pir, plum,anggur, sirup


jagung, permen, soda, sorbitol, mannitol, dan xylitol
 Gejala intoleransi fruktosa = gejala intoleransi laktosa
INTOLERANSI PROTEIN

 Orang dengan penyakit Celiac memiliki intoleransi


protein yang disebut gluten
 Makan gluten (ex: gandum, rye, barley)  merusak
usus  makanan tidak dapat diserap secara normal 
+ ↓↓ BB, kembung, flatus, kelemahan
INTOLERANSI MSG

 Monosodium glutamat (MSG) digunakan sebagai


penambah rasa
 Gejala: sakit kepala, sesak napas, mual, berkeringat,
dan rasa terbakar pada leher
 Terjadi 15 menit s.d beberapa jam setelah
mengkonsumsi MSG
Alergi Makanan
Alergi makanan
 Kumpulan gejala mengenai banyak organ & sistem tubuh akibat
alergen (protein/asam amino/histidin=histamin)
 Reaksi imunologis (kekebalan tubuh) yg menyimpang berdasarkan
reaksi hipersensitifitas makanan
 Proses inflamasi yg tdk hanya berupa reaksi cepat & lambat tetapi
juga merupakan proses inflamasi kronis yg kompleks.

Faktor Pencetus
 Faktor fisik : infeksi virus atau bakteri, jamur, minuman asam, udara
dingin, panas atau hujan, debu, kelelahan, aktifitas berlebihan, tertawa
berlebihan, menangis, berlari, olahraga.
 Faktor psikis : kecemasan, sedih, stress atau ketakutan

45 17/11/2019
Faktor Penyebab
 Imunodefisiensi (produksi IgA, limfosit berkurang)
 Imaturitas usus (perlindungan mekanik, kimiawi, asam lambung, enzim
& imunologik)
 Diare kronik pada bayi/anak
 Susu formula & makanan padat terlalu dini
 Pajanan alergen yg merangsang IgE spesifik, misalnya : telur, susu,
ikan, kerang, kacang2an, gandum, coklat, food additive, residu logam
berat (Pb, Ar, Hg, Cd), penisilin
 Penyebab alergi dr makanan : protein, glikoprotein atau polipeptida dg
berat molekul > 18.000 dalton, tahan panas & tahan enzim proteolitik.
 Genetik
 Satu orang tua : 20 – 40 %, dua orang tua : 40 – 80 %, orang tua
sehat : 5 – 15 % kejadian alergi pada anak

46 17/11/2019
Diagnosis
 Anamnesa riwayat penyakit penderita/keluarga
 Anamnesa riwayat pemberian makanan, tanda/ gejala alergi makanan sejak bayi
 Tes alergi
 Uji kulit
 Darah tepi (eosinofilia 5%, lekosit 5000/ml, neutropenia 3% menunjukkan alergi)
 IgE diatas 30 u/ml (normal 1 u/ml)
 Diet/Uji eliminasi & provokasi
Gejala klinis
 Gangguan kulit, gatal, urtikaria (biduran), papula (bintik kecil seperti digigit
serangga) atau furunkel (bisul).
 Gangguan batuk, pilek, sesak nafas (asma), sakit tenggorokan, sakit kepala,
epistaksis (mimisan), tonsilitis, hidung buntu, bersin, gangguan telinga & diare
 Komplikasi alergi dpt mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk
gangguan fungsi otak, perkembangan & perilaku pd anak seperti gangguan
konsentrasi, gangguan emosi & keterlambatan bicara

47 17/11/2019
48 17/11/2019
 Diet Provokasi
 Jika diet eliminasi tdk berhasil dilakukan diet provokasi
 Bahan makanan yg kemungkinan besar menimbulkan alergi
diberikan selama 1 kali per minggu misalnya : ikan, udang, telur
dan susu.
 Diulang sampai 3 kali bila ada alergi berarti makanan tersebutlah
penyebabnya.

49 17/11/2019
Pengelolaan Diet
 Tujuan Diet
 Memberikan makanan yg cukup tanpa menimbulkan gejala alergi
 Meringankan intensitas serangan, mengurangi frekuensi serangan
 Meningkatkan zat kekebalan tubuh (antibodi)
 Syarat Diet
 Cukup energi, protein, vitamin dan mineral
 Tidak mengkonsumsi makanan yg disangka menimbulkan alergi
(alergen)
 Menghindari konsumsi makanan/minuman yg mengandung residu
logam berat (Pb, Hg, Ar, Cd)
 Desensitisasi/kepekaan (diet menemukan penyebab alergi)
 ASI eksklusive pada bayi (0 – 6 bulan)
 Pemberian MP ASI pd bayi mulai umur 6 bulan (sesuai umur)
 Konsumsi zat–zat gizi pendukung antibodi (vitamin A, C, D, E, B6,
asam folat, B12 & pigmen licopen. Mineral Zn, Fe, Cu, dan Se)

50 17/11/2019
Penatalaksanaan Desensitisasi
 Diet Eliminasi (2 – 3 minggu)
 Diet Bebas Serealia, Lauk Hewani dan Buah
 Yang dihindari : serealia, susu, telur, daging sapi, daging babi, ikan dan
buah & sayur (bergetah banyak)
 Diet Bebas Zat Pewarna dan Pengawet
 Pewarna makanan : syrup, roti berwarna, tablet, vitamin, pasta gigi, pastiles,
aroma sintetis
 Pengawet makanan : sendawa, naterium benzoat, naterium salisilat

51 17/11/2019
Intoksisitas makanan

Pada umumnya  bahan makanan merupakan media


yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme.

Gaman dan Sherington (1996)  Keracunan makanan adalah


gejala yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang
beracun atau terkontaminasi bakteri atau mikroorganisme.
Hasil dari proses pengolahan suatu
bahan pangan yang dapat diperoleh
dari hasil pertanian, perkebunan
ataupun perikanan.

Masuknya suatu zat dalam tubuh


dalam jumlah tertentu yang dapat
menyebabkan reaksi tubuh yang
tidak diinginkan bahkan dapat
menimbulkan kematian.
1. Keracunan Makanan Secara Kimiawi

Terdapatnya bahan kimia beracun dalam


makanan. Keracunan tersebut dapat
berasal dari bahan kimia pertanian, yang
sengaja dipergunakan untuk kegiatan
produksi.
Misalnya : pestisida, timah, merkuri, dan
kadmium
2. Keracunan Makanan Secara Biologis

Keracunan makanan secara biologik


karena memakan tumbuhan yang
mengandung substansi yang terdapat
secara alami dan bersifat membahayakan.

Misalnya : cendawan yang beracun,


singkong.
3. Keracunan Makanan Karena Mikroorganisme

Disebabkan oleh :
a. Orang yang menangani atau mengolah makanan
Tidak menjaga kebersihan ketika memasak/ mengolah makanan,
sehingga makanan terkontaminasi.

b. Lingkungan atau area dan peralatan


Adanya debu diruangan tempat menyimpan bahan makanan,
peralatan masak kotor.

c. Bahan makanan
Bahan makanan yang mengandung bakteri penyebab keracunan pada
saat dibawa ke dapur, atau bakteri dapat masuk ke bahan makanan
karena kegagalan pengolahan selama persiapan.
Gejala klinis
 Keram perut
 Muntah
 Diare
 Dehidrasi
 Pusing
 Lemas
Menangani racun Mengatasi efek/ gejala
penyebabnya klinik akibat keracunan

1. Mengurangi absorbsi 1. Mengontrol


racun dari saluran cerna keseimbangan cairan
2. Memberikan antidot tubuh & nutrisi
(penawar racun) 2. Memberikan cairan infus
3. Meningkatkan eliminasi 3. Pemberian obat jika
racun dari tubuh diperlukan.
Menjaga makanan agar tidak tercemar :

1. Mencuci buah dan sayur sebelum disajikan


2. Memisahkan makanan yang telah masak dari makanan mentah disetiap
tahap pemrosesan; dari tempat penyiapan, penyimpanan, hingga meja
makan.
3. Mengambil makanan tidak dengan tangan, tetapi menggunakan alat
(penjepit atau sendok)
4. Menutup makanan yang belum dikonsumsi
5. Mencegah serangga atau hewan memasuki ruangan tempat makanan
diproses
6. Menjaga kebersihan pribadi
7. Tidak bersin dan batuk di dekat makanan
8. Membersihkan seluruh peralatan dengan bersih
9. Segera membuang bahan makanan yang tidak segar dan telah membusuk

Anda mungkin juga menyukai