6 GANGGUAN SISTEM
DIGESTIVUS
MODUL 5
DIARE DAN MALABSORPSI
Kelompok 8 :
Elsa Nur Salsabila (170610002)
Rosdina Permata Kasih (17061014)
Mhd. Arvin Harmansya (17061030)
Intan Zuryani (17061044)
Rizqa Safrina (170610050)
Nadia Alkhalifa (170610058)
Afif Muhammad (170610070)
Rayya Trianda (170610078)
Nurfadila (170610080)
Chibratul Husna (170610084)
Intan Nurul Izzah (170610088)
SKENARIO 5 : DIARE
Della, perempuan, berusia 18bulan, di rujuk ke rumah sakit dengan
keluhan diare dan muntah-muntah sejak1 hari yang lalu. Della sering
mengalami diare berulang sejak usianya 1 tahun. Tubuh Della terlihat sangat
kurus, berat badannya yang hanya 8 kg tidak pernah meningkat sejak
usianya 1 tahun. Menurut Ibu Della, anaknya tidak dapat mengkonsumsi
makanan padat layaknya anak seusianya. Bahkan pemberian susu formula
pun bisa menyebabkan Della mengalami diare. Ibu Della sangat khawatir
dan bingung dengan kondisi anaknya tersebut. Ia bertanya apakah diare
yang dialami Della ada hubungannya dengan lokasi tempat tinggal mereka
yang dekat dengan tempat pembuangan sampah akhir. Akan tetapinya ia
juga mengaku sudah mengusahakan menjaga kebersihan makanan yang
dikonsumsi Della sebaik mungkin dan anak-anaknya yang lain tidak
mengalami diare seperti Della.
Dokter yang menangani Della menjelaskan bahwa kemungkinan Della
mengalami malabsorpsi lactose intolerance dan gizi buruk. Della harus
menjalani perawatan intensif untuk menangani seluruh masalah yang
2
dialaminya secara komprehensif. Bagaimana anda menjelaskan
17/11/2019
kondisi
Della tersebut?
JUMP 1 : TERMINOLOGI
1. Diare : kondisi BAB dengan tinja berbentuk cair atau
lembek dengan frekuensi >3 kali dalam 24 jam
2. Malabsorbsi : gangguan saluran cerna dalam menyerap
nutrisi dan cairan dari makanan
3. Lactose intolerance : tidak terhidrolisisnya lactosa secara
optimal di usus karena kekurangan enzim lactase
3 17/11/2019
Malabsorbsi,
JUMP 4 :SKEMA DIARE intoleransi,alergi,
dan intoksisitas
makanan
Dewasa Anak-Anak
Akut Kronis
Pencegahan ………………………………………....
Pemeriksaan Terapi Cairan
Diagnosis
Tata laksana
Komplikasi dan
4 Prognosis 17/11/2019
JUMP 5 : LO
1. Diare pada Anak ( Akut dan kronik)
2. Diare pada Dewasa ( Akut dan kronik )
3. Malabsorbsi, intoleransi,alergi,dan intoksisitas makanan
5 17/11/2019
1. Diare pada anak
Perubaham konsistensi tinja yang terjadi akibat kandungan air
didalam tinja melebihi normal (10 mL/kgBB/hari) dengan peningkatan
frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Etiologi
- infeksi virus, parasit, bakteri
- alerrgi mkanan
- malabsorbsi
- keracunan makanan
- obat-obatan
Diagnosis
- anamnesis
- pemeriksaan fisik
keadaan umum, kesadaran, tanda vital, tanda- tanda dehidrasi,
tanda ketidakseimbangan asam basa
- pemeriksaan penunjang
pemeriksaan tinja
7 17/11/2019
8 17/11/2019
5 Pilar Tatalaksan Diare Menurut WHO :
1. Rehidrasi
2. Dukungan nutrisi
3. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
4. Pembeian zink
5. Edukasi pada orang tua
Pencegahan
- Asi tetap diberikan
- Menjaga kebersihan
- Penyediaan air minum bersih
- Memasak makanan secara adekuat
Komplikasi
Dehidrasi, gangguan elektrolit, penururnan BB, gagal tumbuh, serta diare
yang lebih berat.
10 17/11/2019
2. Diare pada Dewasa
Definisi
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar
dengan feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau
cair dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.Bila
diare berlangsung kurang dari 2 minggu, di sebut sebagai
Diare Akut.
Etiologi
Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi intoksikasi
(poisoning), alergi,reaksi obat-obatan
12 17/11/2019
DIARE AKUT
Epidemiologi
Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius di Amerika setia
tahunnya yang merupakan penyebab kedua dari morbiditas dan
mortalitas di seluruh dunia gambaran klinis diare akut sering
kali tidak spesifik.
Diagnosis
-Anamnesis
-Pemeriksaan Fisik
-Pemeriksaan lab
13 17/11/2019
Tata Laksana
Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa komplikasi,
dan kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan. Tidak jarang penderita
mencari pengobatan sendiri atau mengobati sendiri dengan obat-obatan anti diare yang
dijual bebas.Biasanya penderita baru mencari pertolongan medis bila diare akut sudah
lebih dari 24 jam belum ada perbaikan dalam frekwensi buang air besar ataupun jumlah
feses yang dikeluarkan.
Prinsip pengobatan adalah menghilangkan kausa diare dengan memberikan
antimikroba yang sesuai dengan etiologi, terapi supportive atau fluid replacement
dengan intake cairan yang cukup atau dengan Oral Rehidration Solution(ORS) yang
dikenal sebagai oralit, dan tidak jarang pula diperlukan obat simtomatik untuk
mengurangi frekwensi diare.
Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab diare akut dilakukan
pemeriksaan feses rutin dan pada keadaan dimana feses rutin tidak menunjukkan adanya
miroorganisme maka diperlukan pemeriksaan kultur feses dengan medium tertentu sesuai
dengan mikroorganisme yang dicurigai secara klinis dan pemeriksaan laboratorium
rutin. Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,50C,
adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin, dan
diare persisten yang belum mendapat antibiotik.Dalam praktek sehari-hari sering kali
dokter
14 langsung memberikan antibiotik/antimikroba secara empiris 17/11/2019
DIARE KRONIK
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14
hari dan bukan disebabkan oleh virus, misal akibat
gangguan fungsi usus dalam mencerna makanan, adanya
suatu zat makanan yang tidak dapat diserap tubuh, dan
sebagainya
15 17/11/2019
Etiologi
Obat-obatan, seperti obat pencahar ataupun antibiotik.
Gangguan pada usus, misalnya penyakit radang usus.
Intoleransi tubuh terhadap beberapa makanan dan minuman,
seperti susu sapi, fruktosa, atau protein kedelai.
Gangguan pada pankreas.
Gangguan pada tiroid, misalnya hipertiroidisme.
Operasi ataupun terapi radiasi yang pernah dijalani.
Berkurangnya aliran darah pada usus.
Tumor
Gangguan sistem kekebalan tubuh.
Penyakit turunan, misalnya yang menyebabkan defisiensi
enzim tertentu
16 17/11/2019
Pemeriksaan Laboratorium Dan Penunjang
Lainnya
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare kronik adalah sebagai berikut :
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes) : Merupakan pemeriksaan awal terhadap diare
kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur Bacteri
dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya infeksi.
2. Volume Feses : Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau
imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24 jam harus
dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day),
kemudian perlu juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi
lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam : Jika berat feses >
300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr
mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/24h menunjukkan proses
malabsorbstif.
4. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotic atau
diare sekretori.
5. Tes Laboratorium lainnya : Pada pasien yang diduga sekretori maka dapat diperiksa
seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison Syndrome), calcitonin
(medullary thyroid carcinoma), cortisol (Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA
17 (carcinoid syndrome). 17/11/2019
Pengobatan
Sejumlah agen anti diare dapat digunakan pada diare kronik. Opiat mungkin dapat
digunakan dengan aman pada keadaan gejala stabil.
1. Loperamid : 4 mg dosis awal, kemudian 2 mg setiap mencret. Dosis maksimum 16
mg/hari.
2. Dhypenoxylat dengan atropin : diberikan 3-4 kali per hari.
3. Kodein, paregoric : Disebabkan memiliki potensi additif, obat ini sebaiknya dihindari.
Kecuali pada keadaan diare yang intractable. Kodein dapat diberikan dengan dosis 15-
60 mg setiap 4 jam. Paregoric diberikan 4-8 ml.
4. Klonidin : ∝2 adrenergic agonis yang menghambat sekresi elektrolit intestinal.
Diberikan 0,1-0,2 mg/hariselama 7 hari. Bermanfaat pada pasien dengan diare
sekretori, kriptospdidiosis dan diabetes.
5. Octreotide : Suatu analog somatostatin yang menstimulasi cairan instestinal dan
absorbsi elektrolit dan menghambat sekresi melalui pelepasan peptida gastrointestinal.
Berguna pada pengobatan diare sekretori yang disebabkan oleh VIPoma dan tumor
carcinoid dan pada beberapa kasus diare kronik yang berkaitan dengan AIDS. Dosis
efektif 50mg –250mg sub kutan tiga kali sehari
6. Cholestiramin : Garam empedu yang mengikat resin, berguna pada pasien diare
sekunder karena garam empedu akibat reseksi intestinal atau penyakit ileum. Dosis 4
18 gr 1 s/d 3 kali sehari. 17/11/2019
3. Malabsorbsi, Intoleransi, Alergi dan
Intoksisitas Makanan
Malabsorbsi (Gangguan Penyeraban )
Pembagian :
Malabsorbsi Karbohidrat
Malabsorbsi Lemak
Malabsorbsi Protein
Malabsorbsi Vitamin
20 17/11/2019
Malabsorbsi Karbohidrat
Macam Karbohidrat:
Glukosa
Galaktosa Monosakarida
Fruktosa
Laktosa
Sukrosa Disakarida
Maltosa
Glikogen Polisakarida
21 Amilum 17/11/2019
Malabsorbsi Laktosa (Intoleran Laktosa)
Penyebab:
Defisiensi Enzim Laktase (Dalam Brush Border)
22 17/11/2019
Defisiensi Enzim Laktase
Primer : Bawaan
Sekunder:
Neonatus BBLR
Diare Infeksi
Kerusakan Mukosa Usus Halus
Pasca Operasi
Gizi Buruk
23 17/11/2019
Gejala Klinis
Sakit Perut
Kembung
Diare Intermitten
Diare Berair (Watery Diarrhea)
Sering Kentut
Tinja Berbau Asam
Abus Lecet (Eritemanantum)
Pemeriksaan Lab
Ph Tinja
Laktosa Dalam Tinja Dg “ Clini Test “ / Test Reduksi
Hydrogen Breath Tests (Hbt)
24 17/11/2019
Terapi
Beri Susu Rendah Laktosa (Llm)
Spt: SGM LLM, NUTRILON LLM, Al 100 Dsb
Susu Bebas Laktosa (Free Lactose)
Spt: BEBELAC FL, OLAC, NL33 , NUTRILON FL , Dll
Prognosis
Primer; Kurang Baik
Sekunder : Baik
25 17/11/2019
Malabsorbsi Lemak
Penyebab:
Defisiensi Enzim Lipase
Kekurangan Bilirubin Ii
Atrofi Vili
Penyakit Pankreas
Penyakit Hati
Penyakit Usus Halus
Neonatus BBLR
26 17/11/2019
Gejala klinis:
Diare berlemak (steatore)/ fatty diarrhea
Bentuk tinja lembek / tidak berbentuk
Warna coklat muda sampai kuning
Kelihatan berminyak
Pemeriksaan Laboratorium
Mikroskopis Tinja (Banyak Lemak)
Pemeriksaan Kuantitatif dengan cara Van De Kamer
(Tinja 24 Jam) Dihitung kadar lemaknya (> 5gr / 24
jam)
27 17/11/2019
Diagnosis :
Gejala Klinis
Mencari Penyakit Dasarnya
Pemeriksaan Lab. Tinja
Pengobatan
Mengobati penyeab kekurangan enzim lipase / empedu
(penyakit dasarnya)
Beri susu lemak tidak jenuh (mct)
Seperti : Susu portagen, progestimil, pepti junior
28 17/11/2019
Intoleransi Makanan
Definisi
Keadaan dimana saat seseorang mengkonsumsi suatu
makanan tertentu dapat timbul gejala yang tidak nyaman
Etiologi
Penyerapan yang buruk dari usus ke dalam aliran darah
Pelepasan bahan kimia dalam tubuh akibat kontak
makanan dengan tubuh
GEJALA KLINIS
Flatus
Kembung
Mual
Diare
Sakit perut
Syok
Bekas
Retensi cairan
Ruam
Mengi JARANG
Radang pada sinus/mata/hidung
Pembengkakan pita suara
Migrain
INTOLERANSI LAKTOSA
Suatu kondisi dimana laktosa tidak bisa tercerna dengan
baik karena adanya defisiensi enzim laktase
ETIOLOGI
Suatu kondisi dimana laktosa tidak bisa tercerna dengan
baik karena adanya defisiensi enzim laktase
EPIDEMIOLOGI
1. Malabsorbsi Laktosa
Disebabkan karena ketidakseimbangan antara
jumlah laktosa yang dikonsumsi dengan
kapasitas laktase untuk menghidrolisa disakarida
2. Defisiensi Laktase Primer
Tidak adanya laktase secara relatif/absolut yang
terjadi pada anak-anak kelompok ras tertentu
Merupakan penyebab tersering malabsorbsi
laktosa dan intoleransi laktosa
3. Defisiensi Laktase Sekunder
Diakibatkan oleh injuri usus halus, seperti pada
gastroenteritis akut, diare persisten, kemoterapi
kanker
Sering terjadi pada bayi
Laktase tidak defisiensi lagi bila kerusakan mukosa
usus telah membaik dan infeksi telah teratasi
4. Defisiensi Laktase Kongenital
Disebabkan karena mutasi pada gen LCT yang
memberikan instruksi untuk pembuatan enzim laktase
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
Defisiensi Laktase Primer Defisiensi Laktase Sekunder
+ Diare
Sakit perut
Mual
Muntah
Kembung
Diare
#NB:
Gejala biasanya mulai 30 menit-2jam setelah makan/minum
makanan yang mengandung laktosa (ex: susu, keju, es krim)
DIAGNOSIS
#NB:
Positif (+) : grafik yang mendatar selama 2 jam atau
kenaikan kadar gula darah kurang dari 25 mg%
Barium meal lactose
Pasien dipuasakan semalam beri minum larutan
barium laktosa
#NB:
Positif (+) : larutan barium lactose terlalu cepat keluar (1
jam) berarti sedikit yang diabsorbsi
Biopsi
Biopsi mukosa usus halus tentukan kadar enzim laktase
PENATALAKSANAAN
Faktor Pencetus
Faktor fisik : infeksi virus atau bakteri, jamur, minuman asam, udara
dingin, panas atau hujan, debu, kelelahan, aktifitas berlebihan, tertawa
berlebihan, menangis, berlari, olahraga.
Faktor psikis : kecemasan, sedih, stress atau ketakutan
45 17/11/2019
Faktor Penyebab
Imunodefisiensi (produksi IgA, limfosit berkurang)
Imaturitas usus (perlindungan mekanik, kimiawi, asam lambung, enzim
& imunologik)
Diare kronik pada bayi/anak
Susu formula & makanan padat terlalu dini
Pajanan alergen yg merangsang IgE spesifik, misalnya : telur, susu,
ikan, kerang, kacang2an, gandum, coklat, food additive, residu logam
berat (Pb, Ar, Hg, Cd), penisilin
Penyebab alergi dr makanan : protein, glikoprotein atau polipeptida dg
berat molekul > 18.000 dalton, tahan panas & tahan enzim proteolitik.
Genetik
Satu orang tua : 20 – 40 %, dua orang tua : 40 – 80 %, orang tua
sehat : 5 – 15 % kejadian alergi pada anak
46 17/11/2019
Diagnosis
Anamnesa riwayat penyakit penderita/keluarga
Anamnesa riwayat pemberian makanan, tanda/ gejala alergi makanan sejak bayi
Tes alergi
Uji kulit
Darah tepi (eosinofilia 5%, lekosit 5000/ml, neutropenia 3% menunjukkan alergi)
IgE diatas 30 u/ml (normal 1 u/ml)
Diet/Uji eliminasi & provokasi
Gejala klinis
Gangguan kulit, gatal, urtikaria (biduran), papula (bintik kecil seperti digigit
serangga) atau furunkel (bisul).
Gangguan batuk, pilek, sesak nafas (asma), sakit tenggorokan, sakit kepala,
epistaksis (mimisan), tonsilitis, hidung buntu, bersin, gangguan telinga & diare
Komplikasi alergi dpt mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk
gangguan fungsi otak, perkembangan & perilaku pd anak seperti gangguan
konsentrasi, gangguan emosi & keterlambatan bicara
47 17/11/2019
48 17/11/2019
Diet Provokasi
Jika diet eliminasi tdk berhasil dilakukan diet provokasi
Bahan makanan yg kemungkinan besar menimbulkan alergi
diberikan selama 1 kali per minggu misalnya : ikan, udang, telur
dan susu.
Diulang sampai 3 kali bila ada alergi berarti makanan tersebutlah
penyebabnya.
49 17/11/2019
Pengelolaan Diet
Tujuan Diet
Memberikan makanan yg cukup tanpa menimbulkan gejala alergi
Meringankan intensitas serangan, mengurangi frekuensi serangan
Meningkatkan zat kekebalan tubuh (antibodi)
Syarat Diet
Cukup energi, protein, vitamin dan mineral
Tidak mengkonsumsi makanan yg disangka menimbulkan alergi
(alergen)
Menghindari konsumsi makanan/minuman yg mengandung residu
logam berat (Pb, Hg, Ar, Cd)
Desensitisasi/kepekaan (diet menemukan penyebab alergi)
ASI eksklusive pada bayi (0 – 6 bulan)
Pemberian MP ASI pd bayi mulai umur 6 bulan (sesuai umur)
Konsumsi zat–zat gizi pendukung antibodi (vitamin A, C, D, E, B6,
asam folat, B12 & pigmen licopen. Mineral Zn, Fe, Cu, dan Se)
50 17/11/2019
Penatalaksanaan Desensitisasi
Diet Eliminasi (2 – 3 minggu)
Diet Bebas Serealia, Lauk Hewani dan Buah
Yang dihindari : serealia, susu, telur, daging sapi, daging babi, ikan dan
buah & sayur (bergetah banyak)
Diet Bebas Zat Pewarna dan Pengawet
Pewarna makanan : syrup, roti berwarna, tablet, vitamin, pasta gigi, pastiles,
aroma sintetis
Pengawet makanan : sendawa, naterium benzoat, naterium salisilat
51 17/11/2019
Intoksisitas makanan
Disebabkan oleh :
a. Orang yang menangani atau mengolah makanan
Tidak menjaga kebersihan ketika memasak/ mengolah makanan,
sehingga makanan terkontaminasi.
c. Bahan makanan
Bahan makanan yang mengandung bakteri penyebab keracunan pada
saat dibawa ke dapur, atau bakteri dapat masuk ke bahan makanan
karena kegagalan pengolahan selama persiapan.
Gejala klinis
Keram perut
Muntah
Diare
Dehidrasi
Pusing
Lemas
Menangani racun Mengatasi efek/ gejala
penyebabnya klinik akibat keracunan