Anda di halaman 1dari 146

KINERJA ALIRAN FLUIDA MASUK KE

DASAR SUMUR

Perencanaan teknik produksi sumur minyak atau gas


antara lain diperlukan pengetahuan tentang kinerja aliran
fluida reservoir dari formasi produktif masuk ke lubang
sumur.

Ulah aliran ini dinyatakan dalam bentuk hubungan antara


tekanan aliran di dasar sumur dengan laju aliran minyak
atau gas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja
aliran fluida reservoir dari formasi produktif masuk
ke dasar lubang sumur adalah :
1. Jumlah fasa yang mengalir
2. Sifat fisik fluida reservoir
3. Sifat fisik batuan reservoir
4. Konfigurasi di sekitar lubang bor, yaitu :
 Perforasi
 Adanya skin/ kerusakan formasi
 Gravel pack
 Rekahan hasil perekahan hidrolik
5. Kemiringan lubang sumur di formasi produktif
(vertikal miring atau horizontal)
6. Bentuk daerah pengurasan
Konfigurasi dasar sumur yang mempengaruhi
Kinerja aliran fluida ke dalam sumur
Keenam faktor tersebut diatas secara ideal harus diwakili
didalam setiap metoda perhitungan kinerja aliran fluida dari
formasi masuk ke lubang sumur.

Tetapi sekarang, belum tersedia satu metoda praktis yang


memperhitungkan Keenam faktor tersebut diatas secara
serentak.

Oleh karena sampai saat ini tersedia banyak metoda-


metoda perhitungan kinerja aliran dari formasi ke dasar
lubang sumur, maka perlu diperhatikan tantang asumsi dari
masing-masing metoda sebelum suatu metoda
diaplikasikan di suatu sumur.
Dengan membahas secara lebih rinci tentang masing-
masing metoda, diharapkan pembaca memahami kelebihan
dan kelemahan setiap metoda serta dapat memilih satu
metoda yang paling sesuai dengan kondisi sumur yang
sedang dievaluasi.

Dengan mengetahui kelemahan masing-masing metoda


tidak berarti bahwa suatu metoda tidak dapat digunakan,
jika kondisi sumur sebenarnya tidak sesuai dengan
persyaratan atau anggapan; tetapi metoda tersebut masih
dapat digunakan dengan menyadari kemungkinan
kesalahan yang ditimbulkan dari hasil perhitungan,
sehubungan dengan tidak sesuainya antara keadaan
sebenarnya dengan anggapan-anggapan dalam metoda.
Aliran Fluida Dari Media Berpori ke Lubang Sumur

Persamaan" Diferensial Aliran Fluida Dalam Media


Berpori
Aliran fluida dalam media berpori yang homogen dalam
system radial, dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
diferensial berikut ini :
1 d  k dp  dp
 r   c
r dr  dr  dr

Persamaan diferensial tersebut berlaku untuk setiap fasa


fluida reservoir, baik gas, minyak ataupun air. Persamaan
tersebut merupakan persamaan diferensial tidak linier, oleh
karena baik diruas kiri maupun ruas kanan merupakan
fungsi dari variabel tak bebas yaitu tekanan
Hambatan Aliran di Sekitar Lubang Sumur.

Selain jumlah fasa yang mengalir, yang perlu diperhatikan


pula adalah adanya hambatan terhadap aliran di sekitar
lubang sumur atau di dalam media berpori.

Hambatan di sekitar lubang sumur, dinyatakan sebagai


pengaruh skin (skin effect) dan secara kwantitas dinyatakan
sebagai faktor skin.
Sumber utama terjadinya hambatan aliran disekitar
lubang bor adalah :

1. Adanya invasi filtrate Lumpur pemboran ke formasi


produktif.

2. Adanya partikel Lumpur pemboran yang menutup pori-


pori batuan disekitar lubang bor.

3. Lubang perforasi dan gravel pack

4. Hambatan aliran minyak yang disebabkan oleh


penurunan saturasi minyak disekitar lubang bor, sebagai
akibat peningkatan saturasi gas.

5. Turbulensi aliran.
Distribusi Tekanan di Sekitar Lubang Sumur
Untuk skin yang disebabkan oleh perubahan permeabilitas
disekitar lubang sumur, Hawkins menurunkan persamaan
yang menghubungkan antara faktor skin dengan harga
permeabilitas formasi yang mengalami perubahan dan
harga permeabilitas formasi yang sebenarnya, yaitu
sebagai berikut :
 k    rs 
S    - 1 ln  
 k s    rw 
Dimana :
S = Faktor Skin
K = Permeabilitas absolute formasi yang tidak mengalami
kerusakan
Ks = Permeabilitas absolute formasi yang mengalami
kerusakan
Rs = Jari-jari formasi yang mengalami kerusakan
Rw = Jari-jari Sumur
Apabila fluida reservoir mengalir dengan kecepatan tinggi,
maka akan terjadi turbulensi aliran.

Hal ini diketemukan baik dalam media berpori ataupun


disekitar lubang sumur ( lubang perforasi atau gravel pack).
Pada kondisi ini, persamaan Darcy tidak berlaku lagi.

Forcheimer menurunkan persamaan aliran turbulen dalam


media berpori, yaitu sebagai berikut :
dp  2
 v  v
dr k
 = Koefisien hambatan inersia
k = Permeabilitas v = Kecepatan aliran
Γ = Densitas μ = Viscositas
p = Tekanan r = Jari-jari

suku kedua di ruas kanan menunjukan faktor turbulensi, yang


harganya meningkat dengan meningkatkan aliran.
Pengelompokan Metoda-Metoda Perhitungan
Aliran Fluida Dari Formasi Ke Lubang Sumur.

Sesuai dengan uraian diatas, metoda-metoda perhitungan


kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang sumur dapat
dikelompokan berdasarkan criteria sebagai berikut :

1. Jumlah fasa yang mengalir.

2. Pengaruh skin

3. Pengaruh turbulensi
Pengelompokan metoda adalah sebagai berikut :

I. Aliran Satu Fasa (Minyak

A. Dengan atau tanpa pengaruh skin


a. Persamaan Darcy

B. Pengaruh lubang perforasi dan gravel pack


a. Persamaan Jones, Blount, dan Glaze
II. Aliran Dua Fasa ( Minyak dan Gas)

A. Tanpa Pengaruh Skin


a. Persamaan Darcy dalam bentuk Pseudo-Pressure
Function
b. Persamaan Vogel

B. Dengan Pengaruh Skin


a. Persamaan Standing
b. Persamaan Couto
c. Persamaan Harrison
d. Persamaan Pudjo Sukarno

C. Pengaruh faktor turbulensi dan skin


a. Persamaan Fetkovich
III. Aliran Tiga Fasa (Gas, Minyak dan Air).

a. Persamaan Petrobras

b. Persamaan Pudjo Sukarno

c. Persamaan Wiggins
Kinerja aliran non-turbulen dari formasi ke
dasar sumur

1 d  k dp  dp
r
Persamaan r dr  dr    c
dr mensimulasikan aliran fluida
di sekitar lubang sumur dalam bentuk radial.

Pemecahan persamaan tersebut secara analitis dapat


diturunkan dengan memasukkan syarat awal dan syarat
batas yang merepresentasikan aliran fluida dari formasi
produktif masuk kelubang sumur.
Untuk memudahkan pemecahan secara analitis ini, perlu
dilakukan beberapa anggapan sebagai berikut

1. Reservoir adalah homogen untuk setiap sifat fisik batuan.

2. Reservoir bersifat isotropis, yaitu permeabilitas batuan


sama besar di segala arah.

3. Formasi produktif dibuka seluruhnya sesuai dengan tebal


formasi.

4. Fluida satufasa (dalam hal ini minyak) menjenuhi formasi


produktif.

5. Viscositas dianggap konstan.

6. Gradien tekanan dalam reservoir kecil

7. Kompresibilitas konstan
Dengan anggapan tersebut, persamaan diferensial tidak
linier yang ada dapat dirubah menjadi persamaan linier sbb

1 d  dp  c dp
 r 
r dr  dr  k dr

Syarat awal yang diberlakukan terhadap persamaan


diferensial tsb adalah sebagai berikut :

1. Reservoir dalam keadaan setimbang, dengan tekanan


awal sebesar Pi

2. Sumur diproduksi dengan laju produksi konstan, sebesar


q di lubang sumur.
Kondisi transien

Kondisi ini terjadi dalam perioda waktu yang singkat,


setelah terjadi perubahan tekanan di reservoir sebagai
akibat diproduksikannya fluida di sumur.

Pada kondisi transien ini, perubahan tekanan belum


mencapai batas reservoir, sehingga reservoir dianggap
sebagai reservoir yang tidak terbatas.

Solusi persamaan diferensial untuk kondisi transien ini


sangat rumit, dimana tekanan dan turunan tekanan
(pressure derivative) keduanya merupakan fungsi dari jarak
dan waktu.
Kondisi Semi Steady State

Kondisi ini ditemui direservoir yang berproduksi setelah.


beberapa saat, yang mana perubahan tekanan telah
mencapai batas reservoir.

Syarat batas yang diberlakukan untuk memperoleh kondisi


ini adalah.
a. Reservoir dibatasi oleh lapisan yang kedap aliran.
b. Penurunan tekanan sebagai fungsi waktu dan jarak
konstan.
c. Tekanan di batas reservoir (re) sebesar Pe
d.Tekanan di permukaan pasir, berjarak rw dari pusat
sumur sebesar Pwf
Pada saat kondisi semi steady state tercapai, solusi analitis
menghasilkan persamaan berikut :
2 kh Pe  Pwf 
q
  re  
 ln   - 0.5  S
  rw  

Dalam satuan lapangan dan di permukaan dapat dituliskan


sebagai :

q

0.00708 k o h Pe  Pwf 
  r  
o Bo ln  e  - 0.5  S
  rw 
 

q
J
Pe  Pwf
Persamaan tsb berlaku untuk daerah pengurasan radial.

Apabila daerah pengurasan tidak radial, persamaan tsb


diubah dalam bentuk sebagai berikut.

q o
 av
0.00708 k h P  P
wf

o Bo ln (X) - 0.5  S

Dimana :
P : Tekanan reservoir
X : adalah shape factor yang besarnya tergantung bentuk
daerah pengurasan
Shape Factor dan Posisi Sumur Dalam Daerah Pengurasan
Kondisi Steady-State

Pemecahan persamaan diferensial untuk kondisi steady-


state (mantap), menggunakan langkah yang sama seperti
pemecahan pada kondisi semi steady-state, hanya pada
kondisi steady-state, berlaku persyaratan :

dp
0
dt
Pada saat kondisi steady state tercapai, solusi analitis
menghasilkan persamaan berikut :
2 kh  Pe  Pwf 
q  
  r  
 ln  e   S
  rw  

Dalam satuan lapangan dan di permukaan dapat dituliskan


sebagai :

q

0.00708 k o h Pe  Pwf 
  r  
o Bo ln  e   S
  rw 
 

q
J
Pe  Pwf
Prosedur Penentuan kurva IPR aliran satu fasa

1. Dari data uji tekanan tentukan tekanan reservoir


2. Berdasarkan data uji produksi, tentukan laju produksi
dan tekanan alir dasar sumur.
3. Hitung Indeks Produktivitas (J)
4. Buat sumbu koordinat, yaitu laju produksi pada sumbu
datar dan tekanan alir dasar sumur pada sumbu tegak.
5. Plot tekanan reservoir pada sumbu tekanan (laju produksi
sama dengan nol) dan laju produksi maximum (tekanan alir
dasar sumur sama dengan nol).
6. Grafik kinerja aliran fluida ke lubang sumur dapat dibuat
dengan menentukan laju produksi pada tekanan alir
dasar sumur tertentu
Contoh Perhitungan (1-1)

Tekanan static sumur , Ps = 1500 psi


Tekanan Gelembung, Pb = 750 psi
Laju produksi, qo = 150 STB
Tekanan alir dalam sumur, Pwf = 1200 psi

Plot kurva IPR

Penyelesaian
Indeks produktivitas,J =150/(1500-1200) = 0,5 STB/hari/psi
Plot dalam grafik berikut :
Kurva IPR Untuk Aliran Satu Fasa
Apabila data uji produksi tidak tersedia dan tekanan rata-
rata reservoir dapat diperkirakan, maka grafik kinerja aliran
ke lubang sumur dapat diperkirakan dengan menggunakan
persamaan:

q

0.00708 k o h Pe  Pwf 
  r  
o Bo ln  e  - 0.5  S
  rw 
 
Prosedur perhitungan :

1. Sediakan data sifat fisik formasi, yaitu permeabilitas efektif


minyak dan tebal formasi. Permeabilitas efektif minyak dapat
diperoleh dari hasil analisa core, sedangkan tebal formasi
produkif ditentukan dari interpretasi hasil logging.

2. Perkirakan tekanan reservoir rata-rata.

3. Sediakan hubungan antara faktor volume formasi dan


viscositas minyak sebagai fungsi tekanan. Data ini dapat
diperoleh dari hasil pengukuran dilaboratorium.

4. Perkirakan jari-jari pengurasan, berdasarkan pola sumursumur


di reservoir yang sama.
5. Tentukan jari-jari sumur.

6. Perkirakan harga factor skin berdasarkan hasil analisa uji


tekanan. Apabila tidak tersedia angap harga faktor skin sama
dengan nol

7. Hitung harga indeks produktivitas

8. Hitung harga laju produksi

9. Buat sumbu koordinat, yaitu laju produksi pada sumbu datar


dan tekanan alir dasar sumur pada sumbu tegak.

10. Plot tekanan reservoir rata-rata pada sumbu tekanan (laju


produksi sama dengan nol) dan laju produksi maxsimum
(tekanan alir dasar sumur sama dengan nol).

11. Buat grafik kinerja aliran fluida dari reservoir ke lubang


sumur, dengan cara menghubungkan tekanan reservoir
dengan laju prouksi maximum.
Contoh perhitungan (1-2)
1. Permeabilitas minyak , k o  14.5mD

Tebal formasi, h  20 ft
2. Tekanan reservoir rata-rata, Pav  1500 psi

3. Faktor volume formasi, Bo  1.1200bbl / STB

Viskositas minyak,  o  0.4cp

4. Jari-jari pengurasan, re  900 ft

5. Jari-jari sumur, rw  0.3 ft


6. Harga skin, s = + 2
7. Indeks Produktivitas =
0.0070814.520 
J  0. 5
  900  
0.40 1.12ln    0. 5  2 
  0.33  
8. Qmax  0.5 * 1500  750STB / hari
Plot kurva IPR
Kinerja aliran fluida turbulen dari formasi
kedasar sumur.

Sesuai dengan penurunannya, persamaan Darcy tidak


berlaku apabila di dalam media berpori terjadi aliran
turbulen.
Sampai saat ini persamaan yang dapat digunakan untuk
kondisi turbulen adalah :
1. Persamaan Jones, Blount dan Glaze.
Persamaan ini hanya berlaku untuk kondisi aliran satu
fasa, minyak atau gas saja.
2. Persamaan empiris Fetkovich- yang dikembangkan
berdasarkan analogi terhadap sumur gas, yaitu dengan
berdasarkan hasil uji back-pressure di sumur minyak.
Persamaan Jones,Blount dan Glaze.

Jones et.al mengembangkan persamaan untuk kondisi


aliran turbulen dengan mengikut sertakan pengaruh lubang
perforasi terhadap aliran.
Dalam satuan lapangan dapat dituliskan sebagai :

q o  o Bo 9.08 X 10 3  q o Bo  o
2
dp
 3

dr 1.127 x10 KA A2

Persamaan ini hanya berlaku untuk aliran fluida satu fasa,


yaitu minyak saja. Untuk aliran radial dan faktor skin
diperhitungkan, persamaan tsb dapat diturunkan yang hasil
akhirnya, adalah sebagai berikut :

q o Bo  o   re  9.08 X 10 13  q o Bo 2 o
Pr  Pwf  ln  0.472  s  
1.127 x10 2 K o h  
3
rw  2 2 rw
Persamaan aliran tersebut dalam lubang perforasi dapat dinyatakan sebagai berikut

Untuk Aliran Minyak:

Pwsf  Pwf  Cqo  Dqo


2

Dimana, C = koefisien aliran laminar

 rc 
Bo  o ln  
 rp 
C=  
7.08 x10 3 K c KLpp

D = Koefisien aliaran turbulen

 
2.30 x10 14  Bo 2 o  1 1 
D=
2   
LP  r p rc 
Untuk Aliran Gas,

Pwfs  Pwf  Cqg  Dqg


2 2 2

Dimana, C = koefisien aliran laminar

 rc 
1.424 x10  g TZ ln 
3 
 rp 
C=  
Kc K p

D = Koefisien aliaran turbulen


3.16 x10 12 rg TZ  1 1 
D=   
 r p rc 
2
LP
Dimana
Pwfs = Tekanan alir dasar sumur di permukaan formasi, psi
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
qo = Laju aliran minyak per lubang perforasi, STB/hari

qg = Laju aliran gas per lubang perforasi, MSF/hari

Bo = Faktor volumeformasi minyak, bbl/STB

o = Densitas minyak, Ibm/cuft

g = Specific gravity gas

o = Viscositas minyak, cp

g = Viscositas Gas, cp

T = Temperatur formasi, o R
Z = Faktor deviasi gas
Kc = permeabilitas zone terkompaksi, md

= 0,1 K f , untuk teknik perforasi overbalanced

= 0,4
0,1 K f , untuk teknik perforasi underbalanced

Kf = Permeabilitas formasi, md

rc = Jari-jari zone terkompaksi, ft

= rp +0.5 in

rp = Jari-jari lubang perforasi, ft

Lp = Panjang lubang perforasi, ft

 = Faktor turbulensi
Harga  diperkirakan dengan salah satu persamaan berikut :

1. persamaan Firoozabadi dan Katz


 untuk consolidated sand

2.33 X 1010

k c 1.201
 untuk unconsolidated sand

1.47 X 10 7

k c 0.55
2. Persamaan Cooke, untuk unconsolidated sand

2.33 X 107 e

k c  f
Dimana : e dan f adalah konstanta yang tergantung dari ukuran butiran pasir, dan
ditunjukkan dalam tabel berikut ini
HARGA e DAN f UNTUK PERSAMAAN COOKE

Ukuran pasir e f

8 – 12 3.32 1.24

10 – 20 2.63 1.34

20 – 40 2.65 1.54

40 – 60 1.10 1.60
Untuk sumur-sumur yang dilengkapi dengan gravel pack kehilangan tekanan aliran sepanjang
perforasi yang berisi dengan gravel, diperkirakan dengan persamaan-persamaan berikut :

Untuk sumur minyak

P wfs  Pwf  Cq  Dq
2
o o (1-27a)

Dimana C : Kooefisien aliran laminar

Bo  o L
: 3
1 . 127 X 10 kG A

D : Koefisien aliran turbulen

9 . 08 x 10 3  B o   o L
2

:
A2
Untuk aliran gas

 Pwf  Cq  Dq
2 2 2
Pwfs g g

Dimana C : Kooefisien aliran laminar

8 . 93 X 10 3  g TZL
:
KGL
D : Koefisien aliran turbulen

1 . 247 x 10  10
 g
2
TZL
: 2
A
Dimana
KG = Permeabilitas gravel, md

A = Luas penampang aliran total


= [luas satu lubang perforasi]x[kerapatan perforasi]x[selang perforasi]
L = Panjang aliran linear, ft
7
1 . 47 x 10
 = 0 . 55
K G
Prosedur perhitungan kehilangan tekanan
alir sepanjang perforasi

1. Siapkan data penunjang, yang meliputi


 Hasil uji tekanan dan produksi (Ps' Pwf' q)
 Panjang selang perforasi, ft
 Permeabilitas formasi produktif, md
 Diameter perforasi, ft
 Panjang perforasi, ft
 Ukuran lubang bor, in
 Diameter dalam casing, in
 Teknik perforasi (underbalanced atau overbalanced)
 Kerapatan perforasi, SPF
 Densitas minyak, Ibm/cuft
 Faktor volume formasi minyak, bbl/STB
 Viskositas minyak, Cp
2. Hitung perrneabilitas zone terkompaksi, sesuai dengan
teknik perforasi yang digunakan, yaitu
 Underbalanced, kc = 0.4 k
 Overbalanced, kc = 0.1 k
3. Hitung koefisien turbulensi, β.
4. Hitung jari-jari zone terkompaksi, yaitu

r  0.5
rc 
p

12
5. Hitung panjang perforasi di belakang casing, yaitu:
Lp = {L-[ukuran lubang bor – Casing ID] / 2}/12

6 Hitung konstanta aliran laminer, C

7. Hitung konstanta aliran turbulen, D

8. Substitusikan konstanta C dan D kedalam persamaan


kehilangan tekanan sepanjang perforasi

Pwfs – Pwf = Cq + Dq2

9. Hitung jumlah seluruh lubang perforasi dalam selang


perforasi, yaitu

∑ perforasi={Selang perforasi}x{Kerapatan Perforasi}


10. Tentukan beberapa laju produksi, dan hitung laju
produksi perlubang perforasi, yaitu

q q

perf perforasi

11. Hitung kehilangan tekanan sepanjang perforasi,


dengan menggunakan laju produksi perperforasi di
langkah 8 dan persamaan di langkah 6.

Prosedur yang sama dapat digunakan untuk menghitung


kehilangan tekanan sepanjang perforasi untuk sumur gas.
Prosedur perhitungan kehilangan tekanan aliran
sepanjang perforasi yang dipasang gravel-pack.

1. Siapkan data penunjang, yang meliputi


 Tekanan statik sumur, psi
 Tekanan alir dasar sumur, psi
 Laju produksi pada Pwf' STB/hari
 Panjang perforasi (dihitung bagian dalam casing), ft
 Diameter perforasi, ft
 Kerapatan perforasi, SPF
 Selang perforasi, ft
 Densitas minyak, Ibm/cuft
 Faktor volume formasi, bbl/STB
 Viscositas minyak, cp
 Ukuran gravel yang digunakan, mesh
 Permeabilitas gravel, md
2. Hitung koefisien turbulensi, β
3. Hitung luas total aliran dalam perforasi/gravel, yaitu

A = (luas 1 lubang perforasi) X {Kerapatan Perforasi) x


{Selang Perforasi}, ft2

4. Hitung konstanta aliran laminar, C


5. Hitung konstanta aliran turbulen, D
6. Substitusikan konstanta C dan D dalam persamaan
7. Hitung kehilangan tekanan dalam perforasi/gravel pack

Prosedur tersebut diatas secara sama dapat digunakan untuk


sumur gas yang dipasang gravel-pack.
Latihan
Diketahui :
Tekanan statik sumur = 2200,.0 Psi
Index produktivitas = 1,.0 STB/hari/psi
Tebal formasi = 20.0 ft
Permeabilitas formasi = 162,0 md
Kerapatan perforasi = 4 SPF
Panjang lubang perforasi = 11.6 in
Diameter dalam casing = 6,875 in
Diameter lubang bor = 9,875 in
Diameter lubang perforasi = 0,51 in
Teknik perforasi dengan cara overbalanced
Faktor volume formasi minyak = 1,083 bbl/STB
Densitas minyak = 30,0 lbm/ cuft
Viskositas minyak = 2,5 cp

Tentukan kehilangan tekanan sepanjang perforasi, pada laju produksi


sebesar 2000 STB/hari
Diketahui :
Tekanan statik sumur = 2200 Psi
Index produktivitas = 1,0 STB/hari/psi
Tebal formasi = 20,0 ft
Permeabilitas formasi = 162,0 md
Kerapatan perforasi = 4 SPF
Panjang lubang perforasi = 11,6 in
Diameter dalam casing = 6,875 in
Diameter lubang bor = 9,875 in
Diameter lubang perforasi = 0,51 in
Teknik perforasi dengan cara overbalanced
Faktor volume formasi minyak = 1,083 bbl/STB
Densitas minyak = 30,0 lbm/ cuft
Viskositas minyak = 2,5 cp
Ukuran gravel = 50 mesh
Permeabilitas gravel = 45000 md

Tentukan kehilangan tekanan sepanjang perforasi/gravel pack untuk laju


produksi sebesar 2000 dan 1200 STB/hari
Aliran Fluida Dua Phasa
 Aliran Fluida dua phasa (Minyak dan Gas),
maka persamaan Darcy menjadi :
Pr
7.08kh k ro
qo  
 re 3  Pwf o Bo
dP
 ln  
 rw 4 
Persamaan Vogel
Untuk memudahkan perhitungan kinerja aliran fluida dua
fasa dari formasi ke lubang sumur, Vogel mengembangkan
persamaan sederhana, yang mudah pemakaiannya.

Persamaan ini dikembangkan berdasarkan analisa yang


dilakukan terhadap grafik-grafik kinerja aliran minyak ke
lubang sumur dari formasi (grafik IPR). Grafik IPR tersebut
dihasilkan dari reservoir simulator. Model reservoir yang
disimulasikan merupakan reservoir hipothetis dengan
tenaga dorong gas terlarut.
Dalam pengembangan simulator dilakukan anggapan :

1. Reservoir bertenaga dorong gas terlarut


2. Harga skin disekitar lubang bor sama dengan nol
3. Tekanan reservoir dibawah tekanan saturasi.

Apabila dilakukan analisa regresi terhadap titik data,


diperoleh persamaan yang dapat merepresentasikan titik-
titik data tersebut. Persamaan tersebut adalah :

2
qo  Pwf   Pwf 
 1.0  0.2   0.8 
Qo max  Pr   Pr 
Prosedur Perhitungan Pembuatan Kurva IPR Vogel

1. Berdasarkan uji tekanan & produksi, hitung Pwf /Pr

2. Substitusikan harga Pwf /Pr dari langkah 1 dan harga


laju produksi (qo) dari data uji produksi, kemudian hitung
harga qo max

qo
Qo max  2
 Pwf   Pwf 
1.0  0.2   0.8 
 Pr   Pr 
3. Untuk membuat kurva IPR anggap beberapa harga Pwf
dan hitung harga qo yaitu :

  wf 
P  wf  
P
2

qo  Qo max 1.0  0.2   0.8  


  Pr   Pr  

4. Plot terhadap Pwf pada kertas grafik linier. Kurva yang


diperoleh adalah kurva kinerja aliran minyak dari formasi
ke lubang sumur.
Contoh perhitungan

Diketahui :
Pwf = 1200 psi Pr = 1500 psi
qo = 150 STB/hari Pb = 2000 psi
Buat kurva IPR
Penyelesaian
Pwf/Pr = (1200/1500) = 08
150
Qmax   457.32STB / hari
1.0  0.20.8  0.80.8
2

Dimasukan beberapa harga Pwf hitung qo, contoh :


Pwf = 1400

 
Qo  457.32 1.0  0.20 X 0.9333  0.800.9333  53.25STB / hari
Pwf/Pr = (1400/1500) = 0.9333 2

Plot Pwf vs qo
Sesuai dengan anggapan yang digunakan dalam
pengembangan persamaan IPR tersebut diatas, maka
apabila persamaan ini akan digunakan di suatu sumur di
lapangan, maka secara ideal kondisi sumur harus sesuai
dengan anggapan yang diberlakukan.

Dengan demikian apabila persamaan tersebut digunakan di


suatu sumur yang tidak memenuhi anggapan yang
diberikan, maka perlu disadari bahwa hasil yang diperoleh
tidak dapat dijamin ketelitiannya.
Untuk mengatasi salah satu keterbatasan tersebut,
persamaan Vogel dikembangkan untuk dapat menampung
kondisi tekanan reservoir diatas tekanan saturasi.

Pada kondisi ini kurva IPR terdiri dari dua bagian, yaitu
terdiri dari kurva yang linier (untuk harga Pwf diatas
tekanan saturasi) dan kurva yang tidak linier untuk harga
Pwf, dibawah tekanan saturasi.

Untuk bagian yang linier, kurva IPR mengikuti hubungan qo


dan Pwf linier, yaitu :

qo = J(Ps-Pwf)

Dimana J = indeks produktivitas.


Sedangkan untuk bagian yang tidak linier, persamaan
kurva IPR adalah sebagai berikut :
  Pwf   Pwf 
2
q q  Q
o b
 max b


 q 1.0  0.2
 P
  0.8
  P




  b   b  
 
dimana :
qo = Laju alir minyak pada tekanan saturasi
Pb = Tekanan saturasi
Qb =J (Pb/1,8)
J = Indeks produktifitas

Prosedur perhitungan kurva IPR untuk tekanan statik sumur


lebih besar dari tekanan saturasi, dibedakan menjadi dua
prosedur, sesuai dengan harga Pwf dari uji Froduksi relatif
terhadap harga tekanan saturasi, Pb.
Ps>Pb dan Pwf uji > Pb

Tahapan Perhitungan Kurva IPR


1. Hitung Indeks produktivitas sumur berdasarkan hasil uji
produksi dan tekanan, yaitu
J = qo/(Ps – Pwf)

2. Berdasarkan harga J dari langkah 1, hitung laju produksi


minyak pada tekanan saturasi, yaitu :
Qb = J (Ps – Pb)

3. Hitung laju produksi minyak maximum, Qo max dengan


menggunakan persamaan berikut :
JPb
Qo max  qb 
1.8
4. Untuk membuat kurva IPR, anggap beberapa harga Pwf
yang lebih keeil dari tekanan saturasi, dan hitung laju
produksi minyak, qo dengan menggunakan persamaan :
  Pwf   Pwf 
2
q q  Q
o b

max b


 q 1.0  0.2
 P
  0.8
  P




  b   b  
 
5. Kurva IPR untuk Pwf diatas tekanan saturasi dapat
dibuat dengan memplot harga (qb,Pb) pada grafik linier
dan hubungkan titik (0,Ps) dengan titik (qb,Pb).

6. Untuk kurva IPR dengan Pwf dibawah tekanan saturasi,


plot titik (q,Pwf) dari langkah 4 dan hubungkan titik-titik
tersebut
Contoh perhitungan

Diketahui :
Pwf = 3000 psi Ps = 4000 psi
Pb = 2000 psi q =200 STB/hari
Buat kurva IPR
Penyelesaian
1. Pwf uji > Pb,maka J = 200/(4000 - 3000) = 0.2 STB/hari/psi
2. qb = 0.2 (4000 - 2000) = 400 STB/hari
3. Qmax = 400 + 0.2 (2000)/1.8 = 622.22 STB/hari
4. pilih Pwf = 1000 psi, dan hitung Pwf/Pb = 1000/2000 =0.5
Pada Pwf = 1000 psi hitung laju produksinya
qo =400+(622.22-400)(1.0-0.2(0.5)-0.8(0.5)2} = 555.55 STB/hari.
5. Untuk kurva IPR diatas Pb :
Plot (0,Ps) dan kemudian tarik garis lurus
6. Untuk kurva IPR dibawah Pb,Pilih harga Pwf yang
lain dan hasil hitungan adalah sebagai berikut

Pwf Pwf / Pb qo

Y X
4000 - 0.0
3000 - 200.0
2000 - 400.0
1600 0.8 472.89
1200 0.6 531.55
1000 0.5 555.55
600 0.3 592.89
200 0.1 616.00
0 0.0 622.22
Ps>Pb dan Pwf uji < Pb

1.Berdasarkan hasil uji produksi dan tekanan, hitung harga


indeks produktivitas, dengan menggunakan persamaan
berikut :
qo
J
Pr  Pb   Pb A / 1.8
A  1.0  0.2Pwf / Pb   0.8Pwf / Pb 
2

2. Hitung dengan rnenggunakan persamaan

q  J  P  P 
0  r wf 
3. Hitung Q max :
Qb = J (Pb/1,8)
Qmax = qb + Qb
4. Untuk membuat kurva IPR, anggap beberapa harga Pwf
yang lebih kecil dari tekanan saturasi, dan hitung laju
produksi minyak, dengan menggunakan :
    
2
   wf  
P P
q q  Q  q 1.0  0.2 wf 
 0.8
o b max b     
 
P
b  
P
b  
 
5. Kurva IPR untuk diatas tekanan saturasi dapat dibuat
dengan memplot harga (Pwf vd Qo) pada kertas grafik
linier dan hubungkan titik (0,Ps) dengan titik (qb,Pb).
6. Untuk Kurva IPR dengan Pwf dibawah tekanan saturasi,
plot (q,Pwf )dari langkah 4 dan hubungkan titik-titik tsb
Contoh perhitungan

Diketahui :
Pwf = 2000 Psi Ps = 4000Psi
qo= 200 STB/hari Pb = 3000Psi
Buat Kurva IPR
Penyelesaian
1. Pwf/Pb = 2000/3000 = 0,667
2. A = 0,5111
200
J  0.1080
3. (4000  3000)  (3000 / 1.8)(0.5111)

4. qb = 0.1080 (4000-3000) =108 STB/hari


Qo max = 108 + 180 = 288 STB/ hari
5. Pilih = 1000 psi, Pwf/Ps = 1000/3000 = 0.3333

 
6. qo  108  (288  180) 1  0.2(0.3333)  0.8(0.3333) 2  260STB / hari

7. untuk Kurva IPR diatas :


Plot (0,Ps) dan (qb,Pb) kemudian tarik garis lurus
8. Hasil perhitungan untuk berbagai harga Pwf ditunjukan
dalam table berikut
Pwf Pwf / Pb qo

4000 - 0.0
3000 - 108.0
2500 0.8333 158.0
2000 0.6667 200.0
1500 0.5000 234.0
1000 0.3333 260.0
500 0.2667 278.0
0 0.0 288.0
Kinerja aliran fluida dua fasa dari formasi ke 1ubang
sumur dengan memperhitungkan faktor skin

Umumnya di sekitar lubang sumur terjadi kerusakan


formasi, baik sebagai akibat invasi lumpur pemboran
ataupun sebagai akibat peningkatan saturasi gas ataupun
air di sekitar lubang bor.

Apabila hal tersebut ditemui, maka kondisi pengembangan


persamaan Vogel tidak lagi sesuai dengan kondisi sumur
sebenarnya.
Untuk membuat kurva IPR pada kondisi yang demikian,
beberapa metoda telah dikembangkan, dimana masing-
masing mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Metoda-metoda tersebut adalah


1. Metoda Standing
2. Metoda Couto
3. Metoda Harrison
4. Metoda Fetscovitch
5. Metoda Pudjo Sukarno
Metoda Standing

Metoda standing merupakan modifikasi dari persamaan


Vogel, berdasarkan kenyataan bahwa untuk sumur yang
mengalami kerusakan maka terjadi tambahan kehilangan
tekanan di sekitar lubang bor.

Tekanan alir dasar sumur ideal, Pwf ‘ tidak dipengaruhi oleh


adanya faktor skin, sedangkan Pwf adalah tekanan dasar
sumur sebenarnya yang dipengaruhi oleh faktor skin.
Hubungan antara kedua tekanan alir dasar sumur tersebut
adalah :

P '  P  FE
 P P  
wf r  r wf 
dimana:

FE = efisiensi aliran, yang merupakan perbandingan antara


Indeks produktivitas nyata dengan indeks
produktivitas ideal.

Dengan demikian FE berharga lebih kecil dari satu apabila


sumur mengalami kerusakan dan lebih besar satu apabila
mengalami perbaikan sebagai hasil operasi stimulasi.
Kehilangan Tekanan Di Sekitar Lubang Bor
Dengan menggunakan hubungan tersebut, maka harga
tekanan alir dasar sumur sebenarnya (yang dipengaruhi
oleh faktor skin) diubah menjadi tekanan alir dasar sumur
ideal, sehingga dapat dimasukkan kedalam persamaan
Vogel.

Prosedur perhitungan kurva IPR untuk kondisi sumur yang


mempunyai faktor skin sama dengan pemakaian
persamaan Vogel yang telah diuraikan sebelumnya, hanya
saja perlu ditambah satu langkah yang mengubah tekanan
alir dasar sumur sebenarnya menjadi tekanan alir dasar
sumur ideal.

Harga FE yang diperlukan dalam perhitungan ini dapat


diperoleh dari hasil analisa uji build-up atau draw-down.
Harga laju produksi maksimum yang dihasilkan adalah
harga laju produksi maksimum pada harga skin sama
dengan nol, bukan laju produksi pada harga FE yang
dimaksud.

Untuk menghitung harga laju produksi maksimum pada


harga FE yang dimaksud, maka harga tekanan alir dasar
sumur sebenarnya, skin sama dengan nol diubah menjadi
tekanan alir dasar sumur pada kondisi ideal, kemudian
dihitung laju produksinya
Kelemahan dari metoda Standing adalah dihasilkannya
kurva IPR, yang :
1. Hampir lurus, untuk harga FE < 1, meskipun kondisi
aliran adalah dua fasa grafik relatif linier.

2. Berlawanan dengan definisi kinerja aliran fluida-dari


formasi ke lubang sumur pada Pwf rendah.

Kedua hal tersebut diatas disebabkan penggabungan dua


persamaan yang tidak selaras, yaitu Persamaan Vogel
yang berlaku untuk kondisi aliran dua fasa dengan definisi
FE (efisiensi aliran) yang berlaku untuk kondisi satu fasa.

Dengan demikian perlu disadari tentang hal tersebut diatas


apabila persamaan standing ini akan digunakan.
Kelemahan Pertama Metoda Standing Kelemahan Kedua Motoda Standing
Contoh Perhitungan
Diketahui data :
Pr = 4000 psi
Pwf = 2000 psi
FE = 1

Pwf ‘ = 4000-1(4000-2000) = 2000 psi


Metoda Couto

Couto memanipulasi persamaan Standing untuk kinerja


aliran fluida dari formasi ke lubang sumur, dengan cara
menggabungkan definisi indeks produktivitas.

Persamaan yang dihasilkannya adalah sebagai berikut :


 

 ko 
Pr FE x(1  R){1.08  0.8( FE)(1  R)}
h
qo  0.00419



ln 0.472re / rw 



  
 o o
Dimana:
R =(Pwf/Pr)
Dengan mengetahui sifat fisika batuan (Ko) dan sifat fisika
fluida (minyak), maka dapat dibuat kurva IPR berdasarkan
satu uji tekanan.
1. Diketahui :
Pr = 2500 psi
 o @ Pr = 1.319 bbl/ stb

 o @ Pr = 0.5421 cp

Ko = 50 md

h = 50 ft
re = 1500 ft

rw = 0.25 ft
FE = 0.6
Pwf = 1000 Psi

2. R = 1000/2500 = 0.4
 
 
   
2500  x0.6(1  0.4)
50 50
qo  0.00419
 ln  0.472 1500     0.54211.319
  
 0.25   
{1.08  0.8(0.6)(1  0.4)}  2354.3STB / D
Metoda Harrison

Harrison menurunkan persamaan kurva IPR, dengan


tujuan menghilangkan bentuk kurva IPR yang tidak
semestinya, seperti yang diperoleh dengan metoda
Standing.

Persamaan ini bersifat empiris, dan tetap menggunakan


definisi efisiensi, aliran (FE), untuk kondisi aliran satu fasa.

Persamaan Harrison tersebut adalah sebagai berikut


qo  Pwf ' 
 1.2  0.2Exp(1.791759 )
qomax  Pr 

Pemakaian definisi FE yang tidak sesuai dengan kondisi


persamaan dasar, maka ketelitian dari metoda ini, juga
diragukan.
Contoh
Diketahui data test sumur
Pwf = 2000 psi, Pr = 4000 psi qo @ Pwf 1000 = 200 STB/D
, FE = 1.5
Buar Kurva IPR nya
Jawab
1. Hitung Pwf ‘
Pwf ‘= 4000-1.5(4000-2000) = 1000 psi
2. hitung Qomax

200
Qo max   225.48STB / hari
1.2  0.2Exp1.7917591000 / 4000

Untuk berbagai harga Pwf hitung qo dengan dengan


terlebih dahulu mengulagi langkah 2 dan telah diketahui
harga Qomax = 225.48 STB/hari.
Metoda Pudjo Sukarno

Metoda ini dikembangkan dengan menggunakan simulasi


reservoir hipotetis, seperti metoda Vogel, tetapi pengaruh
skin diperhitungkan.

Dari simulator dihasilkan hubungan antara laju produksi


minyak dengan tekanan alir dasar sumur pada suatu
kondisi reservoir tertentu, dan harga faktor skin berkisar
antara -4 sampai dengan 10.

Hubungan ini diplot dalam bentuk kurva IPR tak berdimensi


seperti yang dilakukan oleh Vogel.
Kurva IPR Tak Berdimensi Untuk Skin = 0
Kurva IPR Tak Berdimensi Untuk Skin = 4
Kurva IPR Tak Berdimensi Untuk Skin = -2
Hasil analisa regresi menghasilkan persamaan untuk
menghitung kurva IPR sebagai berikut:

a1  a3  Pd  a5 Pd
2
qo

Qo max @ S  0 1  a 2  Pd  a4 Pd 2
Dimana:
Pd = Pwf/Pr
a1,………,a5 adalah kostanta persamaan yang merupakan
fungsi dari faktor skin, dan dicari dengan persamaan
berikut
an  C1 exp c2 s   C3 exp C4 S 
Dimana :
n = 1, 2, 3, 4 dan 5
s = faktor skin

Harga C1 sampai dengan C5 ditentukan dari tabel


Kostanta C1, C2, C3, dan C4
an C1 C2 C3 C4
a1 0.182922 -0.364438 0.814541 -0.055873
a2 -1.476950 -0.456632 1.646246 -0.442306
a3 -2.149274 -0.195976 2.289242 -0.220333
a4 -0.021783 0.088286 -0.260385 -0.210801
a5 -0.552447 -0.032449 0.583242 -0.306962
Kinerja Aliran fluida Dua Fasa dari formasi ke
Lubang Sumur dengan Pengaruh Turbulensi
dan Skin

Fetkovich menganalisa hasil uji back-pressure yang


dilakukan di sumur-sumur minyak berproduksi dari
berbagai kondisi reservoir.

Dari analisa ini disimpulakn bahwa kurva uji back-pressure


di sumur minyak mengikuti kurva back-pressure yang
dilakukan di sumur gas, yaitu plot antara qo terhadap
(PS2 – Pwf2) pada kertas grafik log-log memberikan kurva
linier.
Dengan demikian seperti halnya sumur gas, grafik IPR
sumur minyak dari uji back-pressure dapat dinyatakan
dalam bentuk-bentuk persamaan berikut :

qo = J (Pr2 – Pwf2)n

dimana :
J = konstanta produktivitas, STB/D/PSi2
n = 1/kemiringan

Harga n menunjukkan faktor turbulasi. Apabila harga n


mendekati satu (1), berarti tidak terjadi turbulasi,
sedangkan untuk harga n yang lebih kecil 1 (satu),
minimum 0.5, terjadi turbulensi. Makin kecil harga n maka
makin besar turbulensi.
Prosedur Perhitungan :

1. Siapkan dari data uji tekanan Pr, dan dari data uji
produksi pasangan data Pwf dengan qo.

2. Tentukan harga (Pr2 – Pwf2) untuk masing-masing Pwf.

3. Plot dalam log-log qo (sumbu mendatar) vs langkah 2


(sumbu tegak ) dan tarik garis lurus mewakili.

4. Hitung hrga n garis dengan cara sebagai berikut :


Ambil dua titik yang terletak pada garis selain ke tujuh
titik diatas dan angkanya baik untuk di logaritmakan
(kelipatan sepuluh). Kemudian hitung dengan rumus :
log q 2  log q1
   
n = log P 2 2  log P 2 1
r 1

atau dengan cara grafis adalah n = 1/kemiringan.


5. Tentukan J dengan cara memasukkan harga qo dan Pwf
serta n yang didapat dari langkah 4 ke dalam persamaan.

J juga dapat ditentukan dengan cara grafis yaitu


dengan meneruskan garis sampai memotong sumbu
mendatar (qo), titik potong tersebut adalah J.

6. Untuk berbagai harga Pwf di hitung qo dengan


persamaan
qo = J (Pr2 – Pwf2)n Kemudian plot Pwf vs qo.
Contoh

Diketahui dari uji isochoronal

Pr = 1345 psi

No Test qo Pwf
1 66 1242
2 134 1142

4 229 921

6 321 719

Penentuan harga (Pr2 – Pwf2) untuk masing-masing Pwf

Untuk Pwf = 1242, (Pr2 – Pwf2) = (13452 - 12422) = 266461

No Test qo x Pwf (Pr2 – Pwf2)

1 66 1242 266461

2 134 1142 504861

4 229 921 960784

6 321 719 1292064


Contoh

Diketahui dari uji isochoronal

Pr = 1345 psi

No Test qo Pwf
1 66 1242
2 134 1142

4 229 921

6 321 719

Penentuan harga (Pr2 – Pwf2) untuk masing-masing Pwf

Untuk Pwf = 1242, (Pr2 – Pwf2) = (13452 - 12422) = 266461

No Test qo x Pwf (Pr2 – Pwf2)

1 66 1242 266461

2 134 1142 504861

4 229 921 960784

6 321 719 1292064


2. Plot dalam log-log x vs Y dan ditarik garis lurus yang
mewakili ketujuh titik

3. Ambil dua tituk sembarang,


qo = 10 STB/hari ; (Pr2 – Pwf2) = 40500 psi
qo = 100 STB/hari ; (Pr2 – Pwf2) = 410000 psi

n = log (410000) - log (40500)  0.9947  1


log (100) - log (10)

4. Penentuan J, untuk qo = 10 (Pr2 – Pwf2) = 4500 maka


J = 10 / (40500)1 = 0.000246914

5. Untuk berbagai harga qo hitung Pwf


contoh untuk Pwf = 0 maka
qo = 0.000246914 ((1345)2 – 0) = 466 STB/hari.
. Harga laju aliran minyak untuk berbagai P wf ditunjukkan dalam tabel berikut,

dan kurva IPR dicantumkan di gambar 2-16.

Pwf qo Pwf qo

1345 0.00 400 407.17

1200 91.12 200 436.80

800 288.65 0 446.67


Metode Tiga FasaPudjo Sukarno

Pada umumnya fluida yang mengalir dari formasi ke lubang


sumur terdiri dari tiga fasa, yaitu gas, minyak dan air,
maka dalam pengembangan kelakuan aliran tiga fasa
dari formasi ke lubang sumur dapat menggunakan
analisis regresi dari Metode Pudjo Sukarno.

Pengembangan persamaan ini dilakukan dengan


anggapan:
1. Faktor skin tidak ada atau sama dengan nol.
2. Gas, minyak, dan air berada dalam satu lapisan dan
mengalir bersama-sama, secara radial dari reservoir
menuju lubang sumur.
3. Persentase / kadar air dalam laju produksi total (Water
cut “WC”) diketahui
Untuk menyatakan kadar air dalam laju produksi total
digunakan parameter water cut, yaitu perbandingan laju
produksi air dengan laju produksi cairan total.

Harga water cut berubah sesuai dengan perubahan


tekanan alir dasar sumur, yaitu makin rendah tekanan alir
dasar sumur, makin tinggi harga water cut.
Hasil analisa regresi didapat persamaan:
2
qo  Pwf   Pwf 
 Ao  A1    A2  
q t , max  Pr   Pr 

keterangan :
An : konstanta persamaan (n = 0, 1 dan 2) dimana
harganya berbeda untuk water cut yang berbeda.
Hubungan antara konstanta tersebut dengan water cut
ditentukan pula dengan analisis regresi:

An  C0  C1 WC   C2 WC 
2

Cn : konstanta untuk masing-masing harga An (Tabel).


 Tabel Konstanta Cn Untuk Masing-Masing An

An C0 C1 C2
A0 0.980321 0.115661  10-1 0.179050  10-4
A1 0.414360 0.392799  10-2 0.237075  10-5
A2 0.564870 0.762080  10-2 0.202079  10-4
Hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water
cut dapat dinyatakan sebagai Pwf/Pr terhadap WC/(WC @
Pwf = Pr), dimana (WC @ Pwf = Pr) telah ditentukan
dengan analisis regresi dan menghasilkan persamaan
berikut :

WC
WC @ Pwf  Pr

 P1  Exp P2 Pwf / Pr 
Dimana harga P1 dan P2 tergantung dari harga water cut
dan dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

P1  1.606207  0.130447 Ln (WC)

P2  0.517792  0.110604 Ln (WC)

Dimana water cut dinyatakan dalam persen (%) dan


merupakan data uji produksi.
Prosedur pembuatannya kinerja aliran tiga fasa dari
Metode Pudjo Sukarno adalah sebagai berikut

1. Mempersiapkan data-data penunjang meliputi :


Tekanan Reservoir/Tekanan Statis Sumur
Tekanan Alir Dasar Sumur
Laju Produksi Minyak dan Air
Harga Water cut (WC) berdasarkan data Uji Produksi

2. Penentuan WC@ Pwf ≈ Ps


Menghitung terlebih dahulu harga P1 dan P2 Kemudian
hitung harga WC@ Pwf ≈ Ps
3. Penentuan konstanta A0, A1 dan A2
Berdasarkan harga WC@Pwf≈Ps kemudian
menghitung harga konstanta tersebut
4. Menghitung Qt maksimum dengan konstanta A0, A1
dan A2 dari langkah 3.

5. Penentuan Laju Produksi cairan (Ql) Berdasarkan Qt


maksimum langkah 4, kemudian menghitung harga laju
produksi cairan ql untuk berbagai harga Pwf.

6. Penentuan Laju Produksi Air (Qw) dari harga Water cut (WC)
pada tekanan alir dasar sumur (Pwf) dengan persamaan :

 WC 
Qw     Ql
 100  WC 
7. Membuat tabulasi harga-harga Qw, Qo dan Qt untuk
berbagai harga Pwf pada Ps aktual .

8. Membuat grafik hubugan antara Pwf terhadap Qt , diamana


Pwf mewakili sumbu Y dan Qt mewakili sumbu X.
KURVA IPR X-1

2500

2000

1500
Pwf, Psi

1000

500

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Qt, bfpd

Kurva IPR Sumur


Persamaan Petrobras
Petrobras telah mengembangkan persamaan kurva IPR
untuk aliran 3 fasa yaitu minyak, air dan gas dengan cara
menggabungkan persamaan Vogel untuk aliran minyak
dan persamaan Index Produktivitas (J) yang konstan untuk
aliran air.

Kurva IPR gabungan ditentukan secara geometris


berdasarkan perbandingan minyak dan air.

Persamaan kurva IPR gabungan diturunkan untuk 2 tujuan


perhitungan, yaitu untuk menentukan laju alir total (minyak
dan air) pada suatu harga tekanan alir dasar sumur
tertentu dan menentukan tekanan alir dasar sumur pada
laju aliran total tertentu, pada tekanan reservoir diatas atau
dibawah tekanan saturasi, Pb.
Data yang diperlukan untuk menghitung kurva IPR
gabungan mrtoda Petrobras adalah:

1. Tekanan reservoir

2. Tekanan saturasi

3. Tekanan alir dasar sumur

4. Laju produksi total pada tekanan alir dasar sumur

5. Fraksi air
Berdasarkan data yang tersedia tersebut, dapat terjadi 2
kemungkinan sesuai dengan hasil uji produksi, yaitu:

1. Tekanan alir dasar sumur lebih besar daripada tekanan


saturasi

2. Tekanan alir dasar sumur lebih kecil daripada tekanan


saturasi

Perhitungan awal untuk menentukan kurva IPR gabungan


akan dibedakan menjadi 2 kemungkinan diatas.
Tekanan Alir Dasar Sumur Lebih Besar dari
Tekanan Saturasi

Variabel-variabel yang perlu untuk dihitung


terlebih dahulu adalah:

1. Indeks produktivitas hasil uji


q
J , BBL / hari / psi
Ps  Pwf

2. Laju produksi pada tekanan saturasi,


yaitu dihitung dengan persamaan:
qb  J ( Pr  Pb )
4. Laju produksi maksimum yang dihitung dengan
persamaan:

JPb 
q o , max  q b 
1,8

5. Laju produksi total (minyak dan air) maksimum, yaitu


dihitung dengan persamaan:

  q o , max 
q t , max  q o , max  Fw  Pr     tan 

  J 
keterangan:
tan α = CG/CD

tan β= CD/CG

CG = 0,001 qo, max

    0,999q o, max  q b 
0,5

 q o, max     

CD  Fw  0,001   0.125Fo Pb  1  81  80

    q o, max  q b  
  J 
   
 
Tekanan Alir Dasar Sumur Lebih Kecil
dari Tekanan Saturasi
Selain harga J, perhitungan qb, qo, max dan qt, max sama
seperti pada sub bab diatas.

Persamaan yang digunakan untuk menentukan J, adalah:


q t ,test
J
X

  Pb A 
X  Fo  Pr  Pb    Fw Pr  Pwf ,test 
  1,8 
2
 Pwf ,test   Pwf ,test 
A  1  0,2   0,8
  P


 Pb   b 
Perhitungan Tekanan Alir Dasar Sumur

Untuk setiap laju produksi total, yang berharga antara laju


produksi minyak maksimum dan laju produksi total
maksimum harga tekanan alir dasar sumur dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut:

  q o , max    q o , max 
Pwf  Fw  Pr     q t    tan 
  J    J 

tan β = 1/tan α
tan α = CG/CD
Perhitungan Laju Alir Total

Perhitungan laju alir total terbagi menjadi 3 kelompok,


sesuai dengan harga tekanan alir dasar sumurnya.

Ketiga kelompok tekanan alir dasar sumur tersebut adalah:

a. Pb < Pwf < Pr

b. Pwf (G) < Pwf < Pb

Dimana Pwf (G) adalah tekanan alir dasar sumur, pada


harga laju produksi total sama dengan laju produksi minyak
maksimum.

c. 0 < Pwf < Pwf (G)


Pb < Pwf < Pr

Untuk tekanan alir dasar sumur lebih besar dari tekanan


saturasi dan dibawah tekanan reservoir, laju alir total
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan index
produktivitas konstan
Pwf (G) < Pwf < Pb

Perhitungan laju produksi total pada selang harga tekanan


ini, perlu dihitung terlebih dahulu variabel B yang
diperlukan untuk memilih persamaan yang akan
digunakan, yaitu:

B  Fw / 0.125Fo Pb J 

Apabila diperoleh harga B:

B tidak sama dengan 0



 2

2 0,5 
 C  C  4 B D 
qt   
 
2B 2
B=0

qt  D / C

P  0,125Fo Pb  Fw Pr 
A
wf

0,125Fo Pb 

 80 
C  2 AB   
 q  q  
 t , max b 

80qb 
DA  2
 81
q 0 , max  qb 
0 < Pwf < Pwf (G)

Pada tekanan-tekanan yang terletak dalam


selang ini, laju produksi total dihitung
dengan persamaan berikut:

qt 
P
wf G   q o,max tan    Pwf 
tan  
Perhitungan Kurva IPR Untuk Pr < Pb

Persamaan-persamaan sebelumnya telah diturunkan untuk


keadaan tekanan reservoir lebih tinggi daripada tekanan
saturasi (Pr > Pb).

Apabila keadaan reservoir adalah tekanan reservoir lebih


rendah dibandingkan dengan tekanan saturasi, maka
perhitungan kurva IPR masih menggunakan persamaan-
persamaan diatas, dengan merubah:

1. Tekanan saturasi (Pb) menjadi tekanan reservoir (Pr)


2. Harga laju produksi pada tekanan saturasi, qb = 0

Penyelesaian selanjutnya sama seperti uraian diatas.


METODE WIGGINS

Metode Wiggins merupakan pengembangan dari


metode Vogel yang dalam pengembangannya
Wiggins menyetarakan metode dua fasa dari Vogel
dengan metode tiga fasa, sehingga mendapatkan
suatu metode tiga fasa yang lebih sederhana dari
metode tiga fasa yang sudah ada
Bila dibandingkan penyetaraan IPR Wiggins dengan
metode Brown dan Pudjo Sukarno menghasilkan perkiraan
rate produksi yang hampir sama (setara), hal ini
menunjukan bahwa hasil penyetaraan IPR tiga fasa
Wiggins adalah benar.

Perbedaan maksimum dari perbandingan tersebut adalah


sebesar 3.98 % untuk minyak dan 7.08 % untuk fasa air.
FORMULA METODE WIGGINS

Persamaan IPR untuk tiga fasa dengan metode Wiggins, yaitu:


 Untuk Minyak :
2
qo  pwf   pwf 
 1  0.519167    0.481092 
qo ,max  pr   pr 

 Untuk Air :

2
qw  pwf   pwf 
 1  0.722235   0.284777  
qw ,max  pr   pr 
Peramalan Kinerja Aliran fluida dari
Formasi ke Lubang Sumur
1. Peramalan Kinerja Aliran fluida dari Formasi ke
Lubang Sumur dengan faktor skin sama dengan
nol

2. Peramalan Kinerja Aliran fluida dari Formasi ke


Lubang Sumur dengan faktor skin tidak sama
dengan nol
Peramalan Kinerja Aliran fluida dari Formasi ke Lubang
Sumur dengan faktor skin sama dengan nol

 Metoda Standing
 Metoda Pivot Point

Peramalan Kinerja Aliran fluida dari Formasi ke Lubang


Sumur dengan faktor skin tidak sama dengan nol

 Metoda Couto
 Metoda Fetkovich
 Metoda Eckmier
 Metoda Pudjo Sukarno
Metoda Standing

Standing mengembangkan persamaan vogel untuk


meramalkan kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang
sumur, dengan menggunakan dua anggapan berikut ini :

1. Indeks produktivitas mengikuti definisi aliran satu fasa


2. Saturasi fluida di reservoir sama di setiap titik.
Dari hasil pengembangan tersebut, standing menurunkan
tiga persamaan dasar yaitu :

1. Persamaan indeks produktivitas untk masa sekarang,


(Jp)*, yang dinyatakan dalam persamaan berikut :

( Jp)* = (1,8 Qomax/Pr)

2. Persamaan indeks produktivitas untuk masa yang


akan datang, (Jf)*, yang dinyatakan sebagai berikut :

( Jf )* = ( Jp )* (kro/μoBo)f / (kro/μoBo)p

3. Persamaan untuk menentukan laju produksi


maksimum untuk masa yang akan datang, (Qomax)f,
yaitu :
 ( Qomax ) f = ( Jf * Prf) / 1,8
Prosedur perhitungan

1. Siapkan data pendukung, yang meliputi :

 Data uji tekanan dan produksi pada saat sekarang

 Hubungan antara saturasi minyak dengan tekanan,


serta grafik relative permeabilitas minyak. Dari kedua
hubungan ini dapat dibuat hubungan antara relative
permeabilitas minyak dengan tekanan

 Hubungan antara fiskositas minyak dan factor volume


formasi minyak terhadap tekanan.
2. Berdasarkan data uji tekanan dan
produksi, hitung laju produksi maksimum,
dengan menggunakan persamaan vogel.

3. Hitung harga (Jp) *

4. Tentukan harga Kro, dan Bo pada tekanan


reservoir sekarang, (Pr) p dan yang akan
datang ( Pr ) f
5. Hitung harga ( Jf ) *

6. Hitung (Qmax ) f

7.Kurva IPR untuk masa yang akan datang


dapat dibuat berdasarkan harga (Qmax) f,
dengan menggunakan persamaan Vogel.
Contoh perhitungan
1. Persiapan data

 Spacing = 40 acre
 Saturasi minyak tersisa = 15%.
 Interstitial water saturation = 20%
 Indeks produktivitas = 0.92
 Laju alir = 400 BPD
Sekarang Kemudian hari

Pr 2250 psig 1800 psig

Pwf 1815 psig -

 o @ Pr 3.11 cp 3.59 cp

B0 @ Pr 1.173 1.150

Saturasi minyak rata-rata 0.768 0.741

Kro 0.815 0.685


400
2. (Qomax)p =  1257.5 BPD
1  0.2(1815 / 2250)  0.8(1815 / 2250) 2

3. (Jp)* = 1.8 (1257.5) / (2250) = 1.00597

4. Harga B0 ,  0 , Kro pada langkah 1.

(0.685) /((3.59)(1.150))
5. (Jf)* = 1.01  1.750 BPD / psi
(0.815) /((3.11))(1.173))
(0.750)(1800)
6. (Q0max)f =  750 BPD/psi
1.8

7. Untuk berbagai harga Pwf dihitung qo :

Contoh untuk Pwf = 1200 psi maka

qo = 750 (1-0.2(1200/1800) – 0.8(1200/18000) = 383 BPD


Pwf (psi) qo (BPD)

1800 0

1600 143

1400 270

1200 383
Metoda Pudjo Sukarno

Untuk aliran fluida dua fasa semi mantap, dengan


anggapan tidak ada aliran di batas reservoir, dalam bentuk
pseudo-pseudo function, persamaan aliran dalam media
berpori dapat dituliskan sebagai:

Laju produksi minyak maksimum, pada Pwf = 0,


berdasarkan persamaan tersebut diatas dapat dinyatakan
sebagai:
Dengan demikian apabila dianggap bahwa tidak terjadi
perubahan jari-jari pengurasan dan faktor skin, maka
perbandingan antara laju produksi maksimum pada dua
waktu produksi yang berbeda dapat dinyatakan sebagai:

Untuk API ≤ 40,

m( Prf )
 0.033210 Exp (3.429922 Prf / Pri)
m( Pri )

Untuk API ≥ 40,

m( Prf )
 0.015215 Exp (4.152343 Prf / Pri)
m( Pri )
Contoh

Diketahui

 Data uji tekanan dan uji produksi:


 Ps = 1345 psi
 Pwf = 719 psi ; qo = 321 STB/hari.
 API minyak = 30.

Tentukan kurva IPR pada Ps = 1000 psi.


Perhitungan Qomaxi :
 a1 = 0.182922 e0 + 0.81451 e0 = 0.99746
 a2 = -1.4769500 + 1.646260 = 0.169296
 a3 = 2.1442740 + 2.289242 = 0.139968
 a4 = -0.0217831 – 0.260385 = -0.282168
 a5 = -0.5524470 – 0.583242 = -1.135689
 Pwf /Ps = 719 / 1345 = 0.534572

Ruas kanan = 0.740437

Qomaxi = 321 / 0.740437 = 433.53 STB/hari.


Minyak 30 .API tentukan m(Prf)/m(Pri) pada Prf = Pri

= 0.033210 e(3.429922 (1345 / 1345) = 1.025333

Psf = 1000 psi.

API minyak tetap 30, tentukan m(P rf ) /m(P ri ) pada Prf dimana IPRf

akan dibuat = 0.033210 e ( 3.429922(1000 / 1345) = 0.425378

0.425378
(Qmax ) f = (433.53)  179.86 STB/hari
1.025333
Berdasarkan harga Q0 max , konstanta-konstanta a1, a2, a3, a4, a5 dan

tekanan statik = 1000 psi dihitung q0 sari berbagai P wf di dapatkan hasil

sebagai berikut :

P wf P wf /P S A q0
1000 1.00 0.00 0.0
800 0.80 0.3653 65.71
600 0.60 0.6726 120.97
400 0.40 0.8914 160.33
300 0.30 0.9610 172.85
0 0.00 1.0 179.40

Anda mungkin juga menyukai