Anda di halaman 1dari 28

FILSAFAT, AGAMA,

ETIKA, DAN HUKUM

DOSEN PENGAMPU : RIFANI AKBAR,SE.MM.M.Ak,Ak.CA


KELOMPOK 2
1. LENNY MIRANDA SIHOMBING 1801120522
2. NYIMAS HAYATI 1801120523
3. TRIBUANA TUNGGAL DWI 1801120524
Mind Maps
3. Hakikat Etika
1. Hakikat Filsafat

4. Hakikat Nilai
2. Hakikat Agama

FILSAFAT, AGAMA,
ETIKA, DAN
HUKUM

7. Paradigma
5. Hubungan Agama, Manusia utuh
Etika, dan Nilai

8. Kasus
6. Hukum, Etika,
dan Etiket
1. Hakikat Filsafat
 Menurut Fuad Farid Ismail dan Abdul
Hamid Mutawalli (2003)
Filsafat berasal bahasa Yunani yang terdiri
dari dua kata, yaitu philo dan shopia.
Philo berarti cinta sedangkan shopia
berarti bijaksana. Jadi, philoshopia berarti
cinta terhadap kebijaksanaan.
 Menurut Suriasumantri (2000)
Beliau membedakan antara pengetahuan
(ilmu) dengan filsafat. Pengetahuan dimulai
dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari
rasa ragu-ragu, dan filsafat dimulai dari
keduanya.
 Suriasumantri mengutip pernyataan Will
Durant yang mengumpamakan filsafat
sebagai pasukan marinir yang merebut pantai
untuk pendaratan pasukan infanteri sebagai
ilmu pegetahuan. Setelah pantai direbut oleh
pasukan marinir maka pasukan marinir akan
pergi dan selanjutnya pasukan infanteri
menyempurnakan tempat yang telah direbut
tsb.
Karakter utama berpikir filsafat, yaitu :
1. Sifatnya yang menyeluruh
2. Sifatnya yang mendasar
3. Sifatnya yang spekulatif

Unsur-unsur filsafat, yaitu :


1. Kegiatan intelektual (pemikiran)
2. Mencari makna yang hakiki (interpretasi)
3. Segala fakta dan gejala (objek)
4. Dengan cara refleksi, metodis, dan
sistematis (metode)
5. Untuk kebahagiaan manusia (tujuan)
Perbedaan Filsafat dengan ilmu
No. Aspek Filsafat Ilmu
1 Ontologis Segala sesuatu yang Segala sesuatu yang
bersifat fisik dan ebrsifat fisik dan
nonfisik, baik yang yang dapat direkam
dapat direkam melalui melalui indra
indra maupun yang
tidak
2 Epistemologis Pendekatan yang Pendekatan ilmiah
bersifat reflektif atau menggunakan dua
rasional-deduktif pendekatan deduktif
dan induktif secara
saling melengkapi
3 Aksiologis Sangat abstrak, Sangat konkret,
bermanfaat tetapi langsung dapat
tidak secara langsung dimanfaatkan bagi
bagi umat mausia kepentingan umat
manusia
2. Hakikat Agama
Definisi tentang Agama menurut beberapa
ahli, yaitu :
 Agus M.Hariana (2005)
Agama berasal dari bahasa sangsakerta: a
berarti tidak, gam berarti pergi, dan a
besifat atau keadaan. Jadi istilah agama
berarti: bersifat tidak pergi, tetap lestari,
kekal dan tidak berubah. Dengan demikian
agama adalah pegangan atau pedoman
bagi manusia untuk mencapai hidup kekal.
 Puad Farid Ismail dan Abdul Hamid
Mutawalli (2003)
Agama adalah satu bentuk ketetapan Ilahi yang
mengarahkan mereka yang berakal dengan
pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan Ilahi
itu tersebut kepada kebaikan hidup didunia dan
kabahagian hidup di akhirat.
 Abdulkadir Muhammad (2006)
Memberikan dua rumusan agama, yaitu:
1) menyangkut hubungan antara manusia dengan suatu
kesukaan luar yang lain dan lebih dari pada yang
dialami oleh manusia,
2) apa yang diperintahkan Allah dengan perantara para
nabi-Nya, berupa perintah dan larangan-Nya serta
petunjuk untuk kebaikan di dunia dan di akhirat
Unsur-unsur Agama, yaitu :
1. Ada kitab suci
2. Kitab suci ditulis oleh Nabi berdasarkan
wahyu langsung dari Tuhan
3. Ada suatu lembaga yang membina,
menuntun umat manusia, dengan
menafsirkan kitap suci bagi kepentingan
umatnya
4. Setiap agama berisi tentang ajaran dan
pedoman penting:
a) Tatwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang
ketuhanan
b) Susila, upacara, atau tata etika
c) Ritual upacara, atau tata cara beribadat
d) Tujuan agama
3. Hakikat Etika
Etika berasal dari kata yunani yaitu
ethos (bentuk tunggal) yang berarti tempat
tinggal, padang, rumput, kadang, kebiasaan,
adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir,
bentuk jamaknya adalah ta etha, yang
berarti adat istiadat. Dalam hal ini kata etika
sama dengan moral. Moral berasal dari kata
latin: mos (bentuk tunggal),
atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat,
akhalk, cara hidup, (Kanter, 2001).
Arti Etika dapat dilihat dari dual hal berikut:
 Etika sebagai praksis; sama dengan moral
atau moralitas yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang
berlaku dalam kelompok atau masyarakat.
 Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah
pemikiran/penilaian moral. Etika sebagai
pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah
bila proses penalaran terhadap moralitas tersebut
bersifat kritis, metodis, dan sistematis. Dalam
taraf ini ilmu etika dapat saja mencoba
merumuskan suatu teori, konsep, asas, atau
prinsip-prinsip tentang perilaku manusia yang
dianggap baik atau tidak baik, mengapa perilaku
tersebut dianggap baik atau tidak baik, mengapa
menjadi baik itu sangat bermanfaat dan
sebagainya.
4. Hakikat Nilai
Beberapa definisi tentang nilai.
 Doni Koesoema A. (2007)
Mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu
hal yang menjadikan hal itu dapat disukai,
diinginkan, berguna, dan dihargai
sehingga dapat menjadi semacam objek
bagi kepentingan tertentu. Nilai juga
merupakan sesuatu yang memberi makna
dalam hidup, yang berikan titik tolak, isi,
dan tujuan dalam hidup.
 Puad Farid Ismail dan Abdul Hamid
Mutawalli (2003) merumuskan nilai
sebagai standar atau ukuran (normal) yang
kita gunakan untuk mengukur segala
sesuatu. Ada nilai materialis yang berkaitan
dengan ukuran harta pada diri kita, ada nilai
kesehatan yang mengungkapkan tentang
siknifikasi kesehatan dalam pandangan
kita, ada nilai ideal yang mengungkapkan
kedudukan keadilan dan kesetiaan dalam
hati kita, serta ada nilai sosiologis yang
menunjukan signifikasi kesuksesan dalam
kehidupan praktis, dan nilai-nilai yang lain.
Dari penjelasan tentang nilai tersebut, sebenarnya
dapat disimpulkan tiga hal, yaitu:
1. Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda,
orang, hal).
2. Ada bermacam-macam (gugus) nilaiselain nilai
uang (ekonomis) yang sudah cukup dikenal.
3. Gugus-gugus nilai membentuk semacam
heararki dari yang terendah sampai yang
tertinggi.
5. Hubungan Agama, Etika, dan
Nilai
Semua agama melalui kitab sucinya
masing-masing mengajarkan tentang tiga
hal pokok, yaitu:
1. Hakikat Tuhan (God Allah, Gusti Allah,
Budha, Brahma, kekuatan tak terbatas,
dan lain-lain).
2. Etika, tata susila dan,
3. Ritual, tata cara beribadat.
Jelas sekali bahwa antara agama dan etika tidak
dapat dipisahkan.Tidak ada agama yang tidak
mengajarkan etika/moralitas. Kualitas keimanan
(spritualitas) seseorang ditentukan bukan saja oleh
kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia
dengan Tuhan), tetapi juga oleh kualitas moral/etika
(kualitas hubungan manusia dengan manusia lain
dalam masyarakat dan dengan alam). Dapat dikatakan
bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa dilandasi oleh
nilai-nilai moral.
Akhirnya, tingkat kenyakinan dan kepasrahan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tingkat kualitas
peribadatan, dan tingkat kualitas/ moral seseorang
akan menentukan gugus/herarki nilai kehidupan yang
telah dicapai. Tujuan agama untuk merealisasikan nilai
tertinggi, yaitu hidup kekal diakhirat.
6. Hukum, Etika, dan Etiket
 Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan
sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur
tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan,
mencegah terjadinya kekacauan.
 Etika adalah cabang ilmu yang membahas tentang
perilaku manusia, mengenai apa yang baik dan apa
yang tidak baik dalam konteks hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, dan
manusia dengan alam.
 Etiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau
aturan lainnya yang mengatur hubungan antara
kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan.
 Persamaan Hukum, Etika, dan Etiket adalah sama-
sama mengatur perilaku manusia.
Perbedaan Hukum, Etika, dan Etiket
No. Aspek Hukum Etika Etiket
1 Sumber Negara, Masyarakat Golongan
Pemerintah masyarakat
2 Sifat Tertulis berupa Lisan : adat Lisan
Pengaturan Undang-Undang, kebiasaan
Peraturan Tertulis :kode
pemerintah,dll etik
3 Objek yang Bersifat lahiriah : Bersifat Bersifat
diatur hukum warisan rohaniah : lahiriah :tata
Bersifat perilaku etis cara
rohaniah: hukum (jujur,bertangg berpakaian,
pidana ung jawab) dan tata cara
perilaku berbicara,
tidakbetis tata cara
(korupsi, menerima
mencuri) tamu,dll.
7. Paradigma Manusia Utuh
 Karakter dan kepribadian
Soedarasono (2002) mendefinisikan
kepribadian sebagai totalitas kejiwaan
seseorang yang menampilkan sisi yang
didapat dari keturunan (orang tua) leluhur
dan sisi yang didapat dari pendidikan,
pengalaman hidup, serta lingkungan.
Karakter adalah sisi kepribadian yang
didapat dari pengalaman, pendidikan, dan
lingkungan sehingga bisa dikatakan bahwa
karakter adalah bagian dari kepribadian.
 Kecerdasan, karakter, dan etika
Wahyuni Nafis melalui pemahamannya atas
ajaran tradisional islam dan diinspirasi oleh
beberapa pemikiran Stephan R Covery ia
menyebut tiga jenis kecerdasan dengan tiga
golongan etika.
No. 3 Golongan Etika Karakter Utama
1 Teo Etika 9. Takwa (pasrah diri)
Saling ketergantungan 8. Ikhlas (tulus)
Masalah aku dengan Tuhan 7. Tawakal (tahan uji)
2 Sosio Etika 6. Silahturahmi (tali kasih)
Ketergantungan 5. Amanah (integritas)
Masalah aku dengan orang 4. Husnuzan (baik sangka)
lain
3 Psiko Etika 3. Tawaduk (berilmu)
Kemandirian 2. Syukur
Masalah aku dengan aku 1. Sabar
Model Hakikat Manusia Tidak Utuh
KAYA/TIDAK KARAKTER
BAHAGIA NEGATIF

MAKANAN ENAK PQ SEHAT


OLAHRAGA (FISIK)

IPTEK IQ TINGGI EGO TINGGI

SOMBONG,
EQ RENDAH GELISAH, BENCI

EQ DAN SQ TIDAK
DIKEMBANGKAN

TIDAK PERCAYA
SQ RENDAH TUHAN
Pada model ini menjelaskan bahwa
manusia lebih berorientasi mengejar
kekayaan materi, kesenangan indriawi, dan
kekuasaan sehingga kurang sekali atau
bahkan lupa untuk mengembangkan
kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ) sehingga manusia akan
bertindak secara tidak etis yang
mengakibatkan terbentuknya karakter
negatif.
Contoh karakter negatif : kejahatan, korupsi,
kesenjangan orang kaya dan orang miskin,
konflik, depresi, kemarahan,dsb.
Model Hakikat Manusia Utuh
KEBAHAGIAAN KARAKTER
POSITIF

MAKANAN ENAK PQ SEHAT


OLAHRAGA FISIK

PSIKO ETIKA
IPTEK IQ TINGGI Berilmu, sabar, dan
syukur

SOSIO ETIKA
MEDITASI, ZIKIR, Silaturahmi, baik
RETRET
EQ TINGGI
sangka, amanah

TEO ETIKA
AGAMA SQ TINGGI Takwa, ikhlas,
tawakal
Pada model ini menjelaskan bahwa hakikat
manusia seutuhnya terjadi dengan
memadukan dan menyeimbangkan kualitas
kesehatan fisik, pengetahuan intelektual (psiko
etika), kematangan emosional dan kerukuna
sosial (sosio etika), dan kesadaran spiritual
(teo etika). Meditasi, zikir, retret, dan
sejenisnya terbukti dapat melengkapi praktik
keagamaan guna meningkatkan kecerdasan
emosional dan spiritual.
Dengan menyeimbangkan pengembangan
pada lapisaan fisik, intelektual, emosional, dan
spiritual ini akan memunculkan karakter positif
sehingga seseorang dapat mencapai
kebahagian.
8. Kasus
Bapak Petrus Octavianus: Menebar Pelayanan bagi
Sesama Bapak Anak Miskin

Panjang jalan berliku yang harus ditempuh sebelum


Pak Oktav, panggilan akrabnya, berkarya di Batu. Dia kini
memang tidak sendirian. Anak asuhnya yang sudah
ditampung sejak tahun 1960, tersebar diseluruh Indonesia.
Dari Banda Aceh sampai Papua, mulai Minahasa sampai
Kupang. Di Malang dia menampung 7000 anak. Di seluruh
Indonesia, jumlahnya sampai saat ini sekitar 30.000 anak.
Sebagian sudah selesai, lulus, berkarya, dan menempati
posisi atau jabatan strategis di masyarakat. Walikota
Malang sempat memberi julukan Bapak Anak
Miskin.“Sudah lama saya canangkan tekad, semua anak
harus berpendidikan.
Daftar Pustaka
Agoes, Sukrisno, dan I Cenik Ardana. 2014.
Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba
Empat. Bab 2

Pengertian, Temukan. 2019. Pengertian


Hukum.https://www.temukanpengertian.com
/2013/08/pengertian-hukum.html. Diakses 8
September 2019

Wikipedia. 2019. Etiket.


https://id.wikipedia.org/wiki/Etiket. Diakses
8 September 2019
SESI TANYA-JAWAB

Anda mungkin juga menyukai