OLEH : ATMA NOOR FITRIA (4017010017) TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
TAHUN 2018 Pengertian dan Hakikat Hak Asasi Manusia Hak mempunyai unsur-unsur a. Pemilik hak b. Ruang lingkup penerapan hak c. Pihak yang bersedia dalam penerapan hak Jadi, hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebebabsan, kekebalan serta menjamin adanya peluang manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya, yang penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara indvidu. •HAM dalam Islam dikenal dengan istilah huquq al-insan ad-dhouriyah dan huquq Allah. •HAM berasal dari istilah droits de I’home (Prancis), human right (Inggris), menslike recten (Belanda) serta fitrah (bahasa Arab). Ada yang menyebutkan bahwa hak tersebut sebagai fundamental. •Dalam UU No. 39 Th. 1999 tentang HAM pasal 1: “HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan erupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hokum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. •Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa… •“HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau Negara. •Hakikat HAM adalah keterpaduan antara Hak Asasi Manusia, Kewajiban Asasi Manusia dan Tanggung Jawab Asasi Manusia yang berlangsung sinergis dan seimbang. Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu: 1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli atau diwarisi. HAM adalah bagian manusia secara otomatis 2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandanf jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal-usul social dan bangsa 3. HAM tidak bias dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walapun sebuah Negara membuat hokum yang tidak melindungi HAM Perkembangan Pemikiran HAM 1. Sebelum Deklarasi Universal Declaration of Human Right Pada zaman Yunani Kuno Plato telah memaklumkan kepada warga polisnya, bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai manakala setiap warganya melakukan hak dan kewajibannya masing-masing. Dalam akar kebudayaan Indonesia pun pengakuan serta penghormatan tentang HAM telah mulai berkembang, misalnya dalam masyarakat jawa telah dikenal tradisi “Hak Pepe” yaitu hak warga desa yang diakui dan dihormati oleh penguasa seperti hak mengemukakan pendapat walaupun hak tersebut bertentangan dengan kemauan penguasa. •Awal perkembangan hak asasi manusia dimulai ditandatanganinya Magna Charta (1215) oleh Raja John Lackland •Kemudian penandatangan Petition of Right pada tahun 1928 oleh raja Charles I. Dalam hubungan ini raja berhadapan dengan utusan rakyat Dalam hubungan inilah maka perkembangan hak asasi manusia itu sangat erat hubungannya dengan perkembangan demokrasi. •Setelah itu perjuangan yang lebih nyata pada penandatanganan Bill of Right oleh raja Willem III pada tahun 1689, sebagai pergolakan politik dahsyat yang disebut the Glorious Revolution. Peristiwa itu tidak saja sebagai kemenangan parlemen atas raja, melainkan juga merupakan kemenangan rakyat dalam pergolakan yang menyertai pergolakan Bill of Right yang berlangsung selama 60 tahun. •Puncak perkembangan perjuangan HAM tersebut untuk pertama kalinya dirumuskan secara resmi dalam “declaration of Independen” Amerika Serikat tertanggal 4 Juli 1776 tersebut dinyatakan bahwa seluruh umat manusia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa beberapa hak yang tetap dan melekat padanya. •Perumusan hak-hak asasi manusia secara resmi kemudian menjadi dasar pokok konstitusi Amerika Serikat tahun 1787, yang mulai berlaku 4 Maret 1789 Perjuangan HAM tersebut sebenarnya telah diawali di Perancis sejak Rosseau, dan memuncak dalam revolusi Perancis yang berhasil menetapkan HAM “Declaration das Droit L Homme et du Citoyen” yang ditetapkan oleh Assemblee Nationale pada tahun1789. Semboyan revolusi Perancis adalah: Liberty (Kemerdekaan), Egality (Kesamarataan), dan Fraternity (Kerukunan atau persaudaraan). Franklin D. Roosevelt, presiden Amarika Serikat, pada permulaan abad ke-20 menformulasikan empat macam hak asasi yang dikenal dengan The Four Freedom: (1) freedom of speech, (2) freedom of religion, (3) freedom from fear dan (4) freedom from want. 2. Setelah Deklarasi Universal HAM Secara garis besar perkembangan pemikiran tentang HAM dibagi menjadi 4 generasi: Generasi pertama pengertian HAM hanya berpusat pada hukum dan politik. Dampak perang Dunia II sangat mewarnai pemikiran generasi ini. Generasi Kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis seperti yang dikampanyekan generasi pertama, tapi juga menyerukan hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Generasi ketiga sebagai penyempurnaan wacana HAM generasi sebelumnya, generasi ini menyerukan wacana kesatuan HAM antara hak ekonomi, sosial, politik, budaya dan hukum dalam suatu integral yang dikenal dengan hak melaksanakan pembangunan. Generasi keempat lahirnya pemikiran kritis HAM sebagai dampak rumusan generasi ketiga, peran dominan negara dan mengabaikan kesejahteraan rakyat mendapat sorotan tajam pada genarasi keempat ini. Perkembangan HAM di Indonesia 1. Periode Sebelum Kemerdekaan Pemikiran HAM dalam periode ini dapat dijumpai dalam sejarah kemunculan organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo (1908) Sarikat Islam (1911) Indische Partij (1912) dan lain-lain. Lahirnya organisasi pergerakan nasional itu tidak bisa terlepas dari adanya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh penjajah. 2. Periode setelah kemerdekaan a. Periode 1945-1950 Pemikiran HAM pada periode awal pasca kemerdekaan masih menekankan pada wacana hak untuk merdeka (self determination) hak untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. b. Periode 1950-1959 Periode ini dikenal dengan masa demokrasi parlementer. Sejarah pemikiran HAM pada masa ini dicatat sebagai masa yang sangat kondusif bagi sejarah perjalanan HAM di Indonesia. c. Periode 1959-1966 Periode ini merupakan masa berakhirnya demokrasi terpimpim yang berpusat pada kekuasaan presiden Soekarno. d. Periode 1966-1998 Pada mulanya lahirnya Orde Baru menjanjikan harapan baru bagi penegakan HAM di Indonesia. Namun, kenyataannya Orde Baru justru menorehkan sejarah hitam pelanggaran HAM di Indonesia. Janji Orde Baru dalam penegakan HAM dengan merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan pengadilan HAM tahun 1967 untuk wilayah Asia. Janji Orde Baru mengenai pelaksanaan HAM mengalami kemunduran pesat sejak awal 1970-an hingga 1980-an. e. Periode Pasca Orde Baru Tahun 1998 adalah era paling penting dalam sejarah HAM di Indonesia. Lengsernya tampuk kekuasaan Orde Baru sekaligus menandai berakhirnya rezim militer Indonesia dan datangnya era baru demokrasi dan HAM. Komitmen pemerintah terhadap penegakan HAM ditunjukkan dengan pengesahan UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM, pembentukan Kantor Menteri Negara Urusan HAM pada tahun 1999 kemudian digabungkan tahun 2000 dengan departemen Hukum dan Perundang-undangan menjadi Departemen Kehakiman dan HAM, pembahasan pasalpasal tentang HAM dalam amandemen UUD 1945. Macam-macam HAM a) Hak Asasi Pribadi (Personal Right): -Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindahpindah tempat -Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat -Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan -Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing b) Hak Asasi Politik (Political Right): -Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan -Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan -Hak membuat dan mendirikan parpol/partai politik dan organisasi politik lainnya -Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi c) Hak Asasi Hukum (Legal Equality Right): -Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan -Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil/pns -Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum d) Hak Asasi Ekonomi (Ekonomi Property Rigths): -Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli -Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak -Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll -Hak kebebasan untuk memiliki susuatu -Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak e) Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights): -Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan -Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di mata hukum f) Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Right): -Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan -Hak mendapatkan pengajaran -Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat. Hukum HAM di Indonesia •Menurut Wahab (2011), Miriam (2008), Dasim (2008), Muhamad (2011), Endang (2009), menyatakan Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada pancasila. Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. •Bermuara pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. •Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan HAM bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus memperhatikan ketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. •Hal ini disebabkan pada dasarnya memang tidak ada hak yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak orang lain. Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik Indonesia, yakni : 1. Undang-Undang Dasar 1945 2. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia dituangkan dalam Piagam Hak Asasi Manusia sebagai lampiran Ketetapan Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998. Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia itu dapat dibeda-bedakan menjadi sebagai berikut: Hak-hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk memiliki sesuatu, hak untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya. Hak-hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights of legal equality). Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture rights). Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak untukmengembangkan kebudayaan. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan peradilan. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak Warga Negara Indonesia : • perlakuan yang sama di depan hukum • Hak atas pekerjaan dan penghidupan • Hak untuk mempunyai hak milik pribadi yang layak • Hak untuk hidup, • Hak untuk hidup dan mempertahankan • hak untuk tidak disiksa, kehidupan • hak kemerdekaan pikiran dan hati • Hak untuk membentuk keluarga dan nurani, melanjutkan keturunan • hak beragama, • hak untuk tidak diperbudak, • Hak atas kelangsungan hidup. • hak untuk diakui sebagai pribadi di • Hak untuk mengembangkan diri hadapan hukum, dan • Hak untuk memajukan dirinya. • hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut • Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum Kewajiban Warga Negara Indonesia : • Wajib membayar pajak • Wajib menaati hukum dan pemerintahan • Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara • Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain • Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. • Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara Hurri, Ibnu. 2016. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Panduan Untuk Mahasiswa, Pendidik dan Masyarakat Secara Umum). Bandung: Penerbit Nurani Sulaiman, Asep. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Anggota IKAPI Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Paradima Terbaru untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta Hariyanto, Erie. 2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarnegaraan. Surabaya: Anggota IKAPI