Anda di halaman 1dari 16

Eksistensi dan Aktivitas

LP-POM MUI dalam


Penguatan Sistem
Sertifikasi Halal di
Indonesia sebagai Rujukan
Internasional

Oleh: Ir. H. Suswono, MMA


Menteri Pertanian RI

Disampaikan pada acara Milad LP POM MUI


ke 21, Jakarta, 7 Januari 2010

DEPARTEMEN PERTANIAN
2010
PENDAHULUAN
Jaminan Halal telah masuk sebagai persyaratan
perdagangan internasional yang diakui oleh World Trade
Organization (WTO), dan menjadi isu strategis yang perlu
disikapi oleh negara-negara dengan mayoritas penduduk
beragama Islam
Pangan asal hewan segar adalah produk pertanian yang
memiliki risiko tinggi sebagai media penular penyakit
hewan ke manusia (penyakit zoonotik), maupun sebagai
pangan tidak halal yang disebabkan oleh cara berproduksi
atau terkontaminasi dengan bahan tidak halal pada saat
produksi
Komitmen Departemen Pertanian dalam melindungi
kesehatan dan ketentraman batin masyarakat dituangkan
dalam Undang-undang No. 18/2009 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan melalui penjaminan pangan asal
hewan yang beredar memenuhi persyaratan aman, sehat,
utuh, dan halal (ASUH)
Kondisi Pangan Asal Hewan yang Halal
 Berjalannya sistem jaminan penyediaan Pangan Asal Hewan
(PAH) yang memenuhi persyaratan Aman, Sehat, Utuh dan
Halal (ASUH)
 Terjaminnya ketentraman bathin masyarakat melalui
penyediaan PAH yang ASUH mengingat mayoritas
masyarakat Indonesia adalah beragama Islam
 Dengan terlaksananya sistem sertifikasi dan pelabelan
produk halal, masyarakat dapat mengetahui/memilih PAH
yang halal melalui label produk
 PAH yang beredar baik sebagai bahan baku maupun untuk
konsumsi langsung dapat selalu terjamin kehalalan dan
keamanannya, baik yang diproduksi dalam negeri maupun
yang berasal dari luar negeri
JAMINAN KEHALALAN PANGAN ASAL HEWAN
Diamanatkan dalam UU No. 18 tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan
Pasal 56: Kesehatan Masyarakat Veteriner merupakan
penyelenggaraan kesehatan hewan dalam bentuk
penjaminan keamanan, kesehatan, keutuhan, dan
kehalalan produk hewan
Pasal 58 ayat (1) mengamanatkan kepada Pemerintah
dan Pemerintah Daerah untuk menjamin agar pangan
asal hewan yang beredar di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia memenuhi persyaratan aman, sehat,
utuh, dan halal (ASUH)

Pasal 58 ayat (4) menetapkan bahwa produk hewan yang


diproduksi di dan/atau dimasukkan ke wilayah NKRI untuk
diedarkan wajib disertai sertifikat veteriner dan
sertifikat halal
Kehalalan dan keamanan pangan (halalan dan
thayyiban) tidak terpisahkan, dan diwujudkan dalam
bentuk sertifikat halal dan sertifikat veteriner

Diperlukan koordinasi yang harmonis antara Deptan


dan LP POM MUI dalam menjamin penyediaan PAH
yang ASUH
MEKANISME PENGAWASAN PANGAN HALAL
MUI
(Fatwa Halal)

HALAL & TOYYIB

PEMERINTAH LP POM MUI


Pengawasan operasional di
lapangan
 DEPTAN (pangan asal hewan segar): Sertifikasi Halal
 Kesehatan Masyarakat Veteriner (ekspor,
impor, peredaran dalam negeri)
 Karantina Hewan (di pintu masuk)
 Badan POM
 Bea Cukai
PERAN LP POM MUI DALAM MENJAMIN
KEHALALAN PANGAN ASAL HEWAN

Melakukan audit terhadap praktek pemotongan di


RPH atau unit usaha daging di dalam dan luar
negeri, serta Islamic Body di luar negeri yang
menyelenggarakan sertifikasi halal
Khusus untuk produk olahan, mengaudit bahan
baku utama dan bahan tambahan makanan
Memeriksa prosedur atau alur produksi,
pengemasan hingga penyimpanan dan pelabelan
(penandaan produk)
PERAN DEPARTEMEN PERTANIAN

Pemerintah Pusat (Ditjen Pemerintah


Pemerintah Provinsi
Peternakan) Kabupaten/Kota
 Menetapkan norma,  Pembinaan dan  Pengawasan
standar, pedoman, dan Sertifikasi Nomor Peredaran PAH
kebijakan, mis. Kontrol Veteriner
Permentan No. (NKV) unit usaha
20/2009 tentang PAH
Persyaratan  Sertifikasi
Pemasukan dan Veteriner dlm
Pengawasan rangka lalu lintas
Peredaran Karkas, produk hewan
Daging, dan Jeroan antar kabupaten
dari Luar Negeri dan provinsi
 Sertifikasi Veteriner
dlm rangka ekspor dan
impor produk hewan
SERTIFIKASI PANGAN ASAL HEWAN
Sistem Jaminan
Halal (LP POM
MUI)

Peternakan
Unit Usaha
(RPH/RPU, cold Sertifikat
storage)
Halal

PAH
ASUH
Sertifikat
Veteriner

Biosekuriti
Kesejahteraan Higiene &
Hewan Sanitasi
JAMINAN KEHALALAN . . . . .

Jaminan Kehalalan PAH Produk Domestik


Langkah yang telah ditempuh:
1. Pelatihan Juru Sembelih Halal tahun 2008
• Kerjasama antara Direktorat Jenderal Peternakan
dengan MUI Pusat dan Daerah, yang
diselenggarakan di 13 provinsi dengan jumlah
peserta sebanyak 376 orang
• Kegiatan ini akan dilanjutkan oleh Dinas Daerah
mengacu kepada kurikulum dan modul yang
dipersiapkan oleh Direktorat Kesmavet dan LP POM
MUI
2. Merintis Pencanangan Bogor (Kabupaten dan Kota)
sebagai Kota Halal
• Sosialisasi kepada para pemangku kepentingan
telah dilakukan di Balaikota Bogor pada Desember
2008 dalam rangka mengembangkan konsep
Supplier Food Safety and Halal Assurance
JAMINAN KEHALALAN . . . . .

Jaminan Kehalalan PAH Produk Luar Negeri


Langkah yang telah ditempuh:
1. Permentan No. 20/2009 tentang Persyaratan Pemasukan
dan Pengawasan Karkas, Daging, dan/atau Jeroan dari Luar
Negeri
 Setiap unit usaha yang akan mengekspor karkas, daging, dan
jeroan ke Indonesia harus menerapkan sistem jaminan
kehalalan dan mempekerjakan pegawai tetap yang
bertanggung jawab dan mengawasi seluruh proses pemotongan
hingga pemrosesan karkas, daging, dan jeroan dilakukan sesuai
dengan persyaratan halal;
 Petugas tersebut diawasi dan disupervisi oleh Lembaga
Sertifikasi Halal atau Organisasi Islam yang diakui &
bekerjasama dengan LP-POM dan Komisi Fatwa MUI Pusat
 Setiap pengiriman karkas, daging, dan jeroan dari negara asal
ke Indonesia harus disertai dengan sertifikat halal yang
dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Halal atau Organisasi
Islam yang diakui MUI
JAMINAN KEHALALAN . . . . .

2. Rencana Penempatan Juru Sembelih Halal Indonesia di RPH


Luar Negeri
Tujuan:
a. Meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di luar
negeri.
b. Meningkatkan jaminan kehalalan karkas, daging,
dan/atau jeroan di RPH luar negeri yang masuk dalam
daftar RPH yang disetujui Pemerintah Indonesia

Sasaran:
a. Tersedianya tenaga kerja Indonesia, khususnya juru
sembelih halal, yang trampil dan profesional .
b. Terjaminnya kehalalan karkas, daging, dan/atau jeroan
yang dimasukkan dari luar negeri ke Indonesia
c. Terjaminnya ketentraman batin masyarakat Indonesia
yang mengkonsumsi daging dan/atau jeroan asal luar
negeri
Skenario:
a. Penempatan juru sembelih halal Indonesia diprioritaskan
di RPH yang secara eksklusif atau mayoritas produknya
ditujukan untuk pangsa pasar Indonesia .
b. Di RPH dengan pangsa pasar Indonesia berada pada
urutan 10 besar
Posisi saat ini:
a. Mengembangkan modul dan kurikulum pelatihan yang
dikoordinasikan antara:
• Direktorat Kesmavet Ditjen Peternakan: aspek
higiene-sanitasi dan kesejahteraan hewan
• MUI: aspek kehalalan
• Badan SDM – Deptan: persyaratan pelatihan dan
standar kompetensi
• Depnakertrans: aspek ketenaga kerjaan
b. Sosialisasi kepada otoritas veteriner negara pengekspor
daging tentang rencana penempatan juru sembelih halal
Indonesia
KOORDINASI DEPTAN DAN LP POM MUI

Sertifikasi halal yang dilakukan oleh LP POM MUI merupakan


hasil kombinasi antara kesahihan fatwa dari Komisi Fatwa
MUI dan kepiawaian auditor halal berdasarkan disiplin ilmu
yang dimiliki

Kerjasama Deptan dan LP POM MUI telah mampu menjamin


masuknya pangan asal hewan dari luar negeri yang
berdampak terhadap penguatan industri peternakan nasional
secara umum dan secara khusus menjamin ketentraman
batin masyarakat

Dengan telah diterbitkannya Persyaratan dan Prosedur


Sertifikasi Halal oleh LP POM MUI, maka sistem jaminan
halal dapat diterapkan dengan baik dan konsisten di seluruh
unit usaha pangan asal hewan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai