Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KPERAWATAN KLIEN DENGAN

THYPUS ABDOMINALIS
A. Defenisi : Thypus Abdominalis adalah penyakit
infeksi akut yg biasanya mengenai
saluran pencernaan dgn demam yg lebih
dari 1 minggu (Ngastiyah, 1997).
Insiden : Usia lebih dari 12 th 70 – 80 %,30 th
keatas 10 – 20 %.

B. Penyebab : Salmonella thyphosa, S. Parathposa,


A,B,C, basil gram negatif yg bergerak dgn
bulu getar, tdk berspora, bertahan lama
dlm air, debu, sampah kering, dll. Masa
inkubasi 10 – 14 hari.
C. Patofisiologi.
Kuman Masuk Per oral

Mulut - sakit menelan


- lidah kotor dan hypermis
- nafsu makan berkurang

• Perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan
• Resiko kurang cairan
Usus Halus Tukak - Pendarahan
- Ileus paralitik

Aliran Darah - Resiko terjadi Komplikasi

Limpa Hati - Endotoksin Otak Neuropsikiatri


- Proses imflamasi
Splenomegali Hepatomegali
• Peningkatan suhu tubuh - Psikosis
Gangguna rasa • Kurangnya perawatan - Delirium
Nyeri
nyaman (nyeri) diri - Meningitis
D. Gejala Klinis
Minggu I = Demam Remiten (menetap), nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, mual, muntah.
Minggu II = Demam, bradikari relatif, lidah kotor,
hepatomegali, splenomegali, kesadaran
menurun → Koma → diare → obtipasi
Minggu III= Suhu berangsur-angsur turun dan akan
normal pada akhir minggu III sampai awal
minggu IV, timbul bintik kemerahan pada
kulit sbg akibat emboli basil dlm kapiler
kulit (jarang pd orang Indonesia).
Minggu IV= Keadaan membaik.
E. Jenis Pemeriksaan Diagnostik.
1. Test Widal → adlh suspensi salmonella yg sudah
dimatikan utk melihat reaksi akglutinasi antara anti bodi
(nilai normal 1/60 → 1/200) pemeriksaan widal dpt
dianggap positif bila 4 kali pemeriksaan ada kenaikan.
2. Biakan kuman utk menentukan diagnosa pasti.
3. Pemeriksaan sum-sum tulang → menunjukan hiperaktif
4. Biakan urine & tinja → menunjukan adanya kuman &
pendarahan.
5. Pemeriksaan darah tepi → leokosit dpt meningkatkan
atau menurunkan HB, SGOT, SGPT, IED.
F. Penatalaksanaan.
1. Perawatan → Bedres samapi minimal tujuh hari bebas
panas, mobilisasi bertahap sesuai dgn kemampuan kilen,
tidak perlu diisolasi peralatan dipisahkan & disterilkan, cuci
tangan setelah merawat klien.
2. Diet → Cukup cairan, kalori, protein, rendah serat & tdk
merangsang (pedas, minyak).
3. Obat → Klorampenicol/tiamphenicol dosis 4 x 500
mililgram/hari samapi 7 hari bebas panas.
- kortikosteroid, dosis 3 – 4 x 4 miligram/hari
- Raboransia.
- antipiretik.
G. Pengkajian.

Pengumpulan data baik subyektif maupun obyektif,


diambil dari klien maupun dari keluarga data tsb antara
lain :
1. Identitas nama, alamat, agama, suku, pekerjaan,
pendidikan, pengkajian ini berhubungan dgn
insidentil, lingkungan, perkembangan.
2. Riwayat penyakit Carier (± 3 bulan – 1 tahun)
biarkan kuman.
“lanjutan”

3. Pemeriksaan fisik dilakukan dgn body sistem :


Pengukuran :
T, N, R, S, BB, dll.
B1 (Breathing) pernapasan.
Apakah ada saluran napas tambahan → Komplikasi
B2 (Bleeding) → cardiovaskuler → apakah ada pusing,
sakit kepala, bradikardi relatif.
B3 (Brain) persyaratan :
Bagaimana kesadaran klien, GCS, dll.
B4 (Bladder) perkemihan :
Jumlah, warna → kesadaran.
B5 (Bowel) Tulang, Otot, Integumen.
Keadaan lidah, bibir, abdomen, diare, dll.
“lanjutan”

B6 (Bone) tulang, Otot, Integumen.


Keadaan Kulit → turgor, akral, kelemahan tubuh, nyeri
otot, immobilisasi, dll.
4. Keadaan umum : lemah, kurus.
5. Psiko sosial spritual :
Hubungan dgn orang lain, komunikasi, emosi, peran dlm
keluarga/masyarakat, kepercayaan yg dianut ketaatan
dlm agama dll.
H. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


b/d mual, muntah, program diet.
2. Resiko kurangnya volume cairan b/d peningkatan
suhu tubuh, intake yg kurang.
3. Resiko komplikasi b/d kurangnya pengetahuan
tentang pengobatan, diet & perawatan.
4. Kurangnya perawatan diri b/d immobilisasi, bedrest.
5. Peningkatan suhu tubuh b/d proses implamasi
(endotoksin).
6. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan
jaringan.
I. Pencernaan.
DX 1.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1. Berat badan normal.
2. Porsi makan habis.
3. Intake & output nutrisi seimbang.
Intervensi :
- Kaji status gizi
- Timbang berat badan
- Beri makanan porsi kecil tapi sering.
- Hindari makanan yg merangsang usus.
- Beri makanan rendah serat, tinggi protein.
DX 2
Tujuan : Dehidrasi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
1. Turgor kulit baik.
2. Intake & output cairan seimbang.
3. Tanda vital normal.
Intervensi :
- Monitor tanda-tanda dehidrasi.
- Catat intake & output cairan.
- Observasi tanda vital.
- Kolaborasi utk pemberian cairan.
DX 3.
Tujuan : Komplikasi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1. Muntah tdk terjadi.
2. Peristaltik usus baik/normal.
3. Perut tdk tegang.
4. Nyeri tekan menyeluruh negatif.
5. Tanda syok tdk ada.
Intervensi :
- Beri penjelasan tentang pengobatan, perawatan & diet.
- Monitor pemberian obat.
- Lakukan pengawasan terhdp diet, immobilisasi, istirahat.
- Monitor tanda-tanda syok & tanda vital.
DX 4.
Tujuan : Kebutuhan perawatan diri terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Makan / minum terpenuhi.
- Px terlihat rapi & bersih.
Intervensi :
- Bantu klien dlm perawatan diri.
- Bantu kilen makan / minum.
- Libatkan keluarga saat beraktifitas.
- Latih klien mobilisasi bertahap.
DX 5.
Tujuan : Pertahankan suhui tubuh pada batas
normal.
Kriteria Hasil :
- Suhu tubuh 37o C sampai dgn 37,5 o C
- Intake cairan cukup 6 sampai 8 gelas / 24 jam
- Mukosa mulut tidak kering.
Intervensi :
- Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi).
- Monitor intake cairan.
- Kompres air dingin
- Atur suhu lingkungan.
- Kolaborasi untuk anti piretik.
DX 6.
Tujuan : Nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :
- Klien tenang.
- Tensi, nadi normal/tdk meningkat.
- Klien dpt istirahat.
Intervensi :
- Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi)
- Kaji skala nyeri.
- Mobilisasi bertahap
- Atur keadaan lingkungan.
 Terima kasih atas perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai