Anda di halaman 1dari 8

Kelompo VII

Yana Ernawati
Mariani
Nuryanti
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab
yaitu “abida-ya’budu-‘abdan-‘ibaadatan” yang berarti
taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri. Kesemua
pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan.
Seseorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri
dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang
beribadah).
 Ibadah Person
Suatu aktifitas yang pelaksanaanya tidak perlu melihatkan orang lain,
melainkan semata-mata tergantung pada kesediaan yang bersangkutan
sebagai makhluk yang bebas, dan termasuk juga dalam ibadah ini
adalah amaliah keagamaan yang bersifat ritus seperti shalat, puasa dan
sebagainya.
 Ibadah Antarperson
Suatu amaliyah yang pelaksanaannya tergantung pada prakarsa pihak
yang bersangkutan selaku hamba Allah serta otonomi, tetapi berkaitan
dengan prakarsa pihak lain sebagai hamba Allah yang otonomi juga.
Syariah kategori amaliyah ini harus mengikuti aturan subjektif dan
berdimensi person juga aturan objektif yang berdimendi social.
Misalnya pernikahan, yang terdapat pada prakasa bebas dari pihak
laki-laki secara mutlak, tetapi tanpa prakarsa yang sama dari pihak
mempelai wanita tidaklah dapat dilaksanakan (walaupun fikih
memperbolehkannya, asal walinya sanggup menanggung akibatnya).
 Ibadah Sosial
Kegiatan interaktif antara seseorang individu dengan pihak lain yang
dibarengi dengan kesadaran diri sebagai hamba Allah SWT.
Hakikat ibadah yaitu:
 Ibadah adalah tujuan hidup kita. Seperti yang terdapat
dalam surat Adz-dzariat ayat 56, yang menunjukan tugas
kita sebagai manusia adalah untuk beribadah kepada
Allah.
 Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah
cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan
perendahan diri kepada Allah.
 Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah
Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
 Hakikat ibadah sebagai cinta.
 Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih
segala sesuatu yang dicintai Allah).
 Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan
kepada segala bentuk dan jenis makhluk melebihi
ketakutannya kepada Allah SWT.
 Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.
Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui
“muqorobah” dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh
Allah. Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah
SWT. Dengan sikap itu seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk
beribadah, bertaubat, serta menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah
SWT. Demikianlah ikrar seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah
ayat 5 “Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.” Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap
manusia, harta benda dan hawa nafsu.
 Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya
Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota masyarakat
yang mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat. Oleh karena
itu, banyak ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan juga
dampaknya terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat.
 Melatih diri untuk berdisiplin
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk berdisiplin.
Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat, mulai dari wudhu,
ketentuan waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita
untuk berdisiplin. Apabila kita menganiaya sesama muslim, menyakiti manusia baik
dengan perkataan maupun perbuatan, tidak mau membantu kesulitan sesama manusia,
menumpuk harta dan tidak menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan
“amar ma'ruf nahi munkar”, maka ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa
menyelamatkannya dari siksa Allah SWT.
 Ibadah khusus, yaitu berupa semua amalan yang
tercantum dalam bab al-Ibadaat yang utamanya ialah
sembahyang, puasa, zakat dan haji
 Ibadah Umum, yaitu segala amalan dan segala
perbuatan manusia serta gerak-gerik dalam kegiatan
hidup mereka yang memenuhi syarat-syarat berikut:
 Amalan yang dikerjakan itu di akui oleh syarak dan
sesuai dengan Islam.
 Amalan tersebut tidak berbeda dengan syariat, tidak
zalim, khianat dan lain sebagainya.
 Amalan dikerjakan dengan niat yang ikhlas semata-
mata keranaAllah swt, tidak riak, ujub dan um’ah.
 Amalan itu dikerjakan dengan bersunggguh-sungguh.
Dalam suatu pelaksanaan kegiatan ibadat atau ibadah terdapat beberpa yang cukup
beragam tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Adapaun Bermacam Macam Ibadah
Dalam Islam sebagai berikut :
 Ibadah dari segi umum dan khusus, terbagi menjadi dua macam: Ibadah
Khoshoh adalah ibadah yang aturannya ditetapkan dalam nash (dalil/dasar hukum) yang
jelas, yaitu sholat, zakat, puasa, dan haji; Ibadah Ammah adalah semua perilaku yang
baik yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT (contohnya : bekerja, makan,
minum, dan tidur), sebab semua itu untuk menjaga kehidupan serta kesehatan badani
dalam pengambian kita kepada Sang Pencipta.
 Ibadah dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, maka dapat terbagi
menjadi dua macam: ibadah wajib (fardhu) yaitu sholat dan puasa; dan ibadah ijtima’i,
yaitu zakat dan haji.
 Ibadah dari segi tata pelaksanaannya, maka dapat dibagi menjadi tiga bagian: ibadah
jasmaniyah dan ruhiyah (sholat dan puasa), ibadah ruhiyah dan amaliyah (zakat), dan
ibadah jasmaniyah, ruhiyah, dan amaliyah (berangkat haji)
 Ibadah dari segi segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi: ibadah yang berupa
pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan, seperti sholat, zakat, puasa, dan
haji; ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Al-Qur’an, berdoa, dan
berdzikir; ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti
membela diri, menolong orang lain, mengurus jenazah, dan jihad; ibadah yang berupa
menahan diri, seperti ihrom, berpuasa, dan i’tikaf (duduk di masjid) , dan ibadah yang
sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan utang, atau membebaskan utang
orang lain.

Anda mungkin juga menyukai