Anda di halaman 1dari 27

Di susun Oleh :

ABD GAFUR
LITA NOVIA N
RINA DWI F
SUFYAN SAURY
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang
biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan
otot, ruptur tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka
organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2001).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang dapat
disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrim (Brunner &
Sudarth, 2002).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
1. Berdasarkan tempat
Fraktur Humerus, Tibia, Klavikula, Ulna, Radius, dst.
2. Berdasarkan komplit dah ketidak komplitan fraktur.
Fraktur komplit, yaitu garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang. Fraktur tidak komplit, bila garis patah tidak melalui
seluruh garis penampang tulang.
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
Fraktur komunitif, garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
Fraktur segmental, garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
Fraktur multipel, garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen
Fraktur Undisplaced (tidak bergeser), garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum masih utuh.
1. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut
mendapat ruda paksa (misalnya benturan dan pukulan yang
mengkaibatkan patah tulang).
2. Trauma tidak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan
ekstensi dapat terjadi fraktur pada pergelangan tangan.
3. Trauma ringan
Terjadi bila tulang itu sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya
penyakit yang mendasari yang biasanya disebut dengan fraktur
patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekanan,
dan penarikan.
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekatan dan
gaya begas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah
trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematom di rongga medula tulang. Jaringan tulang
segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi
yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
penyembuhan tulang nantinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
fraktur dibagi menjadi dua yaitu faktor ekstrinsik; tekanan dari luar
yanga bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu,
dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur, dan faktor
intrinsik; kapasitas absorbsi, tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan tulang.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur
lengan dan tungkai menyebabkan deformitas ekstremitas yang bisa
diketahui dengan membandingkannya dengan ekstremitas normal.
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontrasksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Framgmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 – 5 cm.
4. Saat ekstremitas diperiksa secara palpasi, teraba adanya krepitasi yang
terjadi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakkan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikut fraktur. Tanda ini dapat
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
 X-ray, untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang cedera
 Bone scans, Tomogram atau MRI scans.
 Arteriogram, dlakukan bila ada kerusakan vaskuler.
 CCT, apabila diduga terjadi kerusakan otot.
 Pemeriksaan darah lengkap.
1. Komplikasi awal, seperti kerusakan arteri, sindrom
kompartemen, emboli lemak, infeksi, avaskuler nekrosis,
shock, dan osteomyelitis.
2. Komplikasi dalam waktu lama, seperti delayed union, non-
union, dan mal-union pada proses penyatuan tulang.
Terdapat empat tujuan utama dalam penatalaksanaan medis pada kasus
fraktur, yaitu:
1. Menghilangkan rasa nyeri
Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun
karena adanya luka di sekitar jaringan tulang yang patah. Untuk
mengaurangi nyeri tersebut, dapat diberika obat penghilang rasa nyeri
dan dengan teknik imobilisasi, yang dapat dicapai dengan cara
pemsangan gips atau bidai
2. Menghasilkan dan Mempertahankan Posisi yang Ideal dari Fraktur
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang
lama. Untuk itu diperlukan lagi teknik yang lebih baik seperti
pemasangan traksi kontinyu, fiksasi internal, atau fiksasi eksternal
tergantung dari dari jenis frakturnya sendiri
3. Penyatuan Tulang Kembali
Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam
waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna daam
waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam
penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang
4. Mengembalikan Fungsi Seperti Semula
Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya
otot dan kakunya sendiri. Maka dari itu, diperlukan upaya
mobilisasi secepat mungkin dengan menggunakan alat
bantu mobilisasi seperti walker, cruck, dan lainnya.
Pengkajian
Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah
rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung
lamanya serangan.
Riwayat penyakit sekarang
Dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Bisa berupa kronologi terjadinya penyakit
sehingga bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian
tubuh mana yang terkena
Riwayat penyakit dahulu
Dilakukan untuk menentukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit tertentu seperti Paget’s atau Ca tulang yang
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk disambung. Selain
itu penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kroni dan menghambat proses
penyembuhan tulang.
Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur seperti
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa
keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara
genetik.
Pemeriksaan Fisik
1. B1 – Breath (Pernafasan)
Memperhatikan pola nafas klien. Pola nafas yang cepat dan ireguler
mengindikasikan klien merasakan nyeri pada angota bagian tubuhnya.
2. B2 – Blood (Kardiovaskuler)
Memperhatikan irama dan frekuensi denyut jantung, reguler/ireguler.
Perabaan denyut nadi perifer untuk mengindikasikan kemungkinan
adanya perdarahan didalam dekat jaringan yang mengalami fraktur,
sehingga nadi teraba cepat namun lemah.
3. B3 – Brain (kesadaran)
Tingkat kesadaran klien dapat dikaji lewat pertanyaan-pertanyaan
seperti nama dan alamat klien, dan menentukan nilai GCS klien.
4. B4 – Bladder (Perkemihan)
Memeriksan jumlah, warna, dan karaktersitik urine. Ada atau tidaknya
distensi kandung kemih.
5. Bowel (Pencernaan)
Penilaian apda rongga mulut, ada tidaknya lesi pada mulut atau
perubahan pada lidah menunjukkan adanya dehidrasi. Ada atau
tidaknya bising usus. Ada atau tidaknya distensi abdomen.
6. Bone (Muskuloskeletal)
Perhatikan warna kulit, suhu, kelembaban, dan turgor kulit. Kebiruan
menunjukkan sianosis, kemerahan menunjukkan adanya infeksi atau
perdarahan. Warna kulit pucat menandakan klien memiliki kadar
Hemoglobin (Hb) yang rendah. Mengkaji rentang gerak dan kekuatan
ekstremitas klien, dan juga melihat integritas atau keutuhan kulit klien.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko trauma b/d kehilangan integritas tulang (fraktur)
2. Nyeri b/d spasme otot, pergerakan fragmen tulang, edema, trauma pada
jaringan lunak, stres, dan cemas.
3. Resiko terjadi disfungsi neuromuskular periferal b/d trauma jaringan,
edema, adanya trombus, hipovolemia dan terhambatnya aliran darah
4. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskular, nyeri,
restrictive therapy, dan imobilisasi.
5. Resiko terjadi gangguan integritas kulit/ jaringan yang berhubungan
dengan adanya fraktur, pemasangan gips/ traksi dan gangguan sirkulasi.
6. Resiko terjadi infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan primer (rusak
kulit/ jaringan, prosedur invasif, traksi tulang).
Resiko terjadi trauma b/d kehilangan integritas tulang (fraktur) Hasil yang
diharapkan:
Mempertahankan stabilisasi dan alignment fraktur,
Mendemonstrasikan mekanika tubuh untuk mempertahankan stabilitas
posisi tubuh.
Menunjukkan pertumbuhan valus yang baru pada bagan fraktur.
Rencana tindakan
Anjurkan bed-rest dengan memberikan penyangga saat mencoba
menggerakkan bagian yang fraktur. R/ Meningkatkan kemampuan,
mereduksi kemungkinan pengobatan.
Letakkan klien pada tempat tidur ortopedis. R/ Kelembutan dan
kelenturan alas dapat mempengaruhi bentuk gips yang basah.
Beri penyangga pada fraktur dengan bantal, pertahankan posisi
netral dengan menahan bagian yang fraktur dengan bantalan pasir, bidai,
trochanter-roll, dan papan kaki. R/ Mencegah penakanan sehingga
menghindari deformitas pada gips.
Merupakan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang telah
ditentukan agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan
tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh klien, perawat
secara mandiri, atau bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Dalam hal
ini perawat adalah sebagai perencana dan pelaksana asuhan keperawatan
yaitu memberikan pelayanan perawatan dengan menggunakan proses
keperawatan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : sdr A
No. RM : 020868
Alamat : Mojokerto
Umur : 24 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : swasta
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/indonesia
Dx medis : close fracture manus
 Alasan MRS

 Klien mengatakan mengalami KLL (Kecelakaan Lalu
Lintas) Sepeda Motor dengan Truk 1 jam sebelumnya (jam
09.00 WIB). Klien dibawa ke UGD RSK Mojowarno oleh
warga setempat. Klien mengatakan sebelumnya ia hendak
ke kota M, lalu tiba-tiba tertabrak Truk. Didapatkan hasil
TTV: Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 84 x/menit, Suhu
36,5OC, RR 24x/menit, dan GCS e3 v5 m6 (total 14). Pada
hasil pemeriksaan fisik ditemukan luka robekan di pelipis
kiri ± 3 cm dan pada jari kelingking tangan kanan ± 4 cm
dengan kedalaman ± 0,5 cm. Terdapat perdarahan pada
luka robekan. terdapat bengkak berwarna merah kebiruan
pada kulit sekitar luka. Klien mengatakan merasa nyeri
pada bagian kepala dan lengan dengan VAS 4 (skala 1 – 10).


Pengkajian Gawat Darurat
 Airway : Diagnosa Keperawatan
 Jalan nafas tidak

3.1.3 TTV

Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 84 x/menit

Suhu : 36,5oC RR : 24 x/menit

BB : 60 Kg TB : 174 cm

G-C-S :14(E3–V5–M6)
Sistem Diagnosa Tindakan Hasil/ Evaluasi
Keperawat- Keperawatan

An
Airway Jalan nafas

(jalan napas) tidak

efektif
Sumbatan:
Benda asing Monitor RR: 24x/ menit
Pernafasan
Sputum Auskultasi suara vesikuler pada
nafas lapang paru,

bentuk dada

Normal
Darah Bantu klien Posisi: sim
mengatur posisi
Lidah Kolaborasi Klien dipasang O2

broncho-dilator nasal volume 2

Lpm
Breathing Pola nafas Pola nafas klien
(pernapasan) tidak Efektif
efektif
Produktif Kaji frekuensi, RR: 24x/ menit,
suara nafas, suara nafas:
kedalaman, normal vesikuler,
ekspansi paru. ekspansi paru
normal dan
simetris antara
dada kanan dan
dada kiri
Non- Kaji TIdak terdapat
produktif penggunaan otot penggunaan otot
bantu nafas bantu pernapasan
Nyeri dada Auskultasi suara Suara nafas:
nafas, catat leher; trakeal,
adanya suara ICS 2;
abnormal bronchovesikuler
lapang paru;
Vesikuler
Ekspansi paru Bantu mengatur posisi klien: sim
menurun posisi klien
seperti
semifowler
Circulation Gangguan
(Sirkulasi) sirkulasi

nadi Karotis palpasi nadi Rate: 84x/ menit


karotis, Regular
frekuensi,
kekuatan, dan
keteraturan
Observasi Hematom pada
adanya sianosis daerah sekitar mata
dan pipi kanan
Observasi Terdapat luka
daerah robekan pada
ekstremitas pelipis kiri ±3cm,
Observasi dan pada jari
adanya edema kelingking kanan

±4cm, dengan
dalam ±0,5cm.
Perdarahan (+),
Luka tampak kotor
dan terdapat darah
yang mongering
pada kulit sekitar
Luka
Kaki tangan -
dingin
mimisan -

epistaksis

edema -

gemetaran -

kesemutan -

nyeri dada -

CRT 2-3 detik


(Capillary
Refill Time)
Waktu Nama Obat Dosis dan Cara Keterangan

Pemberian

10.00 Ranitidin 50 mg i.v. bolus Obat tukak

lambung dan

Duo denum akut

10.25 Ketorolac 10 mg i.v. bolus Obat Analgesik

10.30 Tetagam 1 ml (250 iu) i.m Serum anti

Tetanus
10.35 Ceftriaxone 2 gr i.v. bolus Antibiotik

11.00 Ikamicetin 2% topikal (salep) Antibiotik

(Chlorampenicol)
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Ds: Kecelakaan lalu lintas Gangguan
- Klien mengatakan rasa
sebelumnya ia hendak ke nyaman:
kota M, lalu tiba-tiba Trauma jaringan tubuh Nyeri
tertabrak Truk.
- Klien mengatakan
merasa nyeri pada Terputusnya kontinuitas
bagian kepala depan dan jaringan
lengan kanan.
Do: Pelepasan mediator-
- Terdapat luka robekan di mediator nyeri
pelipis kiri ± 3 cm dan (prostaglandin,
pada jari kelingking sitokinin, neurotrofin,
tangan kanan ± 4 cm serotonin, adenosin,
dengan dalam ± 0,5 cm. cannabinoid, histamin,
- VAS nyeri 4 leukotrin, dan kinin)
(skala 1 – 10)
Hantaran impuls nyeri

ke sistem saraf pusat


Respon Nyeri

Anda mungkin juga menyukai