Anda di halaman 1dari 9

DHF SGD 4

1. Natural History

Stage of Exposure Seseorang yang tinggal di daerah endemis


DHF, daerah dengan banyak genangan air
Pre-symptomatic/infection stage
di musim pancaroba, di daerah outbreak
DHF.
Symptomatic/infectious ds stage

Outcome/Disability/Mortality
Stage
1. Natural History
Seseorang (host) digigit oleh nyamuk
(vector) DHF seperti Aedes aegypti,
Stage of Exposure
Aedes albopictus yang membawa virus
dengue (agent) yaitu
DENV1/DENV2/DENV3/DENV4.
Pre-symptomatic/infection stage

Symptomatic/infectious ds stage
Masa inkubasi adalah masa antara host pertama kali
terinfeksi agent sampai host menunjukkan gejala klinis.
Outcome/Disability/Mortality Pada DHF masa inkubasinya 4-10 hari sejak gigitan
Stage
pertama oleh nyamuk (vector) yang terinfeksi virus
dengue. (https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/dengue-and-severe-dengue)
1. Natural History

Tanda dan gejala DHF berdasarkan kriteria WHO :


- Demam atau riwayat demam selama 2-7 hari.
Stage of Exposure Suhu tubuh di atas 37,7 C bisa mencapai 40 C
- Manifestasi perdarahan :
Pre-symptomatic/infection stage

Symptomatic/infectious ds stage Selain tanda dan gejala sesuai kriteria WHO di


atas, bisa juga ditemukan gejala lain seperti
Outcome/Disability/Mortality
Stage
severe headache, pain behind the eyes, muscle
and joint pains, nausea, vomiting, swollen
glands or rash.
1. Natural History
Dengan penanganan yang baik berupa pemantauan cairan
tubuh pasien maka DHF memiliki prognosis yang baik dan
mampu menurunkan mortality rate dari 20% sampai ke 1%
(https://www.who.int/news-room/fact-
Stage of Exposure sheets/detail/dengue-and-severe-dengue)

Pre-symptomatic/infection stage
Namun, apabila tidak mendapat penanganan yang
tepat maka kejadian DHF dapat memburuk menjadi
DSS dengan angka kejadian 30%. Perubahan DHF
Symptomatic/infectious ds stage menjadi DSS dapat didukung dengan adanya factor
resiko seperti plasma leakage yang tidak terkontrol,
Outcome/Disability/Mortality resusitasi cairan yang tidak adekuat, atau penanganan
Stage
demam yang tidak adekuat sehingga menimbulkan
kejang demam (biasanya pada anak-anak).
2. Preventeion

Primary Prevention

Secondary Prevention

Tertiary Prevention
2. Preventeion

Pencegahan primer dilakukan di fase


Primary Prevention susceptibility berupa edukasi, penyluhan
mengenai kebersihan lingkungan,
Secondary Prevention pengendalian vector dengan 3M,
menjaga daya tahan tubuh, mengenali
Tertiary Prevention gejala DBD sejak awal dll
2. Preventeion
Dilakukan pada fase subklinis, pada kasus
DHF susah untuk dilakukan karena
biasanya asymptomatic. Namun pada
beberapa orang yang sadar akan
Primary Prevention menunjukkan sedikit gejala DB maka
tindakan pencegahan sekunder dapat
Secondary Prevention dilakukan untuk mencegah perburukan
kondisi kesehatan. Pencegahan sekunder
Tertiary Prevention yang dapat dilakukan seperti
mengkonsumsi banyak cairan, vitamin dan
menjaga kebersihan lingkungan sehingga
mencegah penularan ke orang lain.
2. Preventeion
Dilakukan pada fase
klinis/symptomatis. Pencegahan
tersier dapat dilakukan di RS
Primary Prevention dengan perawatan oleh tenaga
medis yang bertujuan untuk
Secondary Prevention mengurangi komplikasi dan
disabilities. Terapi yang diberikan
Tertiary Prevention
yaitu terapi cairan dan antipiretik
sehingga mncegah perjalanan
penyakit DHF menjadi DSS.

Anda mungkin juga menyukai