Anda di halaman 1dari 36

KELOMPOK 1

TINJAUANTEKNIK
PRODUKSI Disusun oleh :
M. Ilham Firdaus 180516628561
Rizka Tri Prasatyosiwi 180516628517
Muchamad Very Irvan Maulidin 180516628521
Wike Novitasari 180516628509
Tinjauan Singkat Teknik Produksi
Definisi Teknik Produksi

Teknik produksi yang diterjemahkan dari Production Engineering adalah salah


satu disiplin yang terkait erat dan merupakan bagian pokok dari Teknik Industri (Industrial
Engineering). Secara definisi, Teknik Produksi bisa dinyatakan sebagai “designing the
production for a product”. Dengan demikian didalam disiplin Teknik Produksi atau sering
pula disebut Teknik Manufactur (Manufacturing Engineering) akan dibahas segala
pertimbangan yang diperlukan dalam kaitannya dengan proses-proses produksi.
Keterkaitan antara Perancangan Produk dan
Perancangan Proses Produksi

Disini ada satu hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan antara
aktivitas-aktivitas perancangan produk, pemilihan material, proses dan peralatan
produksi, serta perancangan maupun pemilihan perkakas (tools); oleh karena itu
langkah-langkah ini perlu direncanakan dan dikoordinasikan dengan seksama sejak
awal agar dapat diperolrh biaya produksi yang paling ekonomis.
Langkah-langkah untuk Merealisasikan Konsep/Rancangan Produk sampai ke Tahap
Pembuatannya :
Teknik Teknik Pembuatan Produk
(Process Engineering)

Process Engineering akan berkaitan dengan aktivitas-aktivitas perancangan


proses yang diperlukan untuk membuat sebuah produk. Proses tersebut meliputi
pemilihan proses manufakturing yang tepat (efektif dan efisien) diaplikasikan serta
penetapan mesin atau fasilitas produksi lainnya.
1. Proses Transformasi Metalurgi (Metallurgical Transformation)
Berguna untuk memperbaiki sifat-sifat logam. Proses yang umum dilakukan untuk
memperbaiki sifat-sifat mekanis logam adalah proses perlakuan panas (Heat Treatment).
Dalam beberapa kasus tertentu, untuk memeroleh sifat-sifat logam yang diinginkan, dapat
dilakukan dengan cara penggabungan antara dua atau lebih logam (alloy). Karena sifat-sifat
dari berbagai macam logam sangat penting diketahui, maka uji-uji tertentu perlu pula
dilaksanakan guna mengetahui sifat-sifat logam, diantaranya :
Tensile Strength : menguji kemampuan logam dalam menerima beban tarik atau tekan.
Hardness : menguji kemampuan logam dalam menahan daya penetrasi atau menguji sifat-
sifat kekerasannya.
Impasct Resistance : menguji kemampuan logam dalam menyerap atau mengabsorbsi
energi yang berupa beban kejut.
Malleability : menguji kemampuan dan kemudahan logam untuk bisa dibentuk.
Fatique Resistance : menguji kemampuan logam dalam menahan beban yang berulang-
ulang (beban dinamis).
Corrosion Resistance : menguji kemampuan logam dalam menahan korosi.
Memahami perilaku, sifat ataupun kekuatan material merupakan satu hal yang mutlak
dituntut oleh seorang perancang produk ataupun pelaksana produksi agar dapat memilih
jenis material yang tepat.
2. Proses Pengecoran (Casting Process)
Suatu proses membentuk benda kerja dengan cara menuangkan logam cair ke
dalam sebuah rongga cetak (mold cavity) dan kemudian dibiarkan membeku di
dalamnya. Cetakan yang paling umum digunakan adalah cetakan pasir (sand mold)
yang dipergunakan untuk membuat benda-benda dari besi atau baja. Gambar berikut
menunjukkan sebuah cetakan pasir sederhana.
3. Proses Pembentukan Logam (Metal Forming)
Proses membentuk logam (metal forming) yaitu dengan cara menekan logam
sampai menjadi bentuk yang dikehendaki. Proses ini juga bisa dipergunakan untuk
memperbaiki sifat-sifat fisik dari logam atau kedua-duanya. Proses pembentukan dalam
hal ini bisa dilaksanakan secara panas atau secara dingin. Dalam pengerjaan secara
panas, material (logam) terlebih dahulu dipanaskan sampai di atas temperatur
rekristalisasi, sehingga sifat-sifat material akan berubah. Disini sifat material akan lebih
ulet, lebih mudah terbentuk (tekanan lebih ringan), dan bentuk-bentuk yang lebih sulit
akan lebih mudah dikerjakan. Sedangkan pengerjaan secara dingin, dilakukan di
bawah temperatur rekristalisasi untuk memeroleh bentuk yang lebih teliti (toleransi kecil)
dan penampang permukaan (surface finished) yang lebih halus.
Proses pengerolan (rolling) : operasi
penekanan (squeezing operation)
dimana disini logam akan dibentuk, bisa
dikerjakan secara panas atau dingin ke
arah memanjang atau melebar.
Proses penarikan kawat (wire drawing) :
operasi atau proses penarikan sebuah
kawat (wire) atau batang (rod) melalui
sebuah “die” (cetakan dari logam).
Dengan penarikan ini, maka diameter
penampang kawat atau batang logam
akan berkurang sesuai yang diinginkan.
 Proses penempaan (forging) : proses
pembentukan logam dengan
memberikan beban atau tekanan
(pressure) secara berulang-ulang dan
terputus-putus (intermittent). Hal ini
berlawanan dengan proses pengerolan
dimana beban yang diberikan
cenderung berlangsung secara terus
menerus (continuous).
 Proses ekstrusi (extruding) : proses ini dilakukan
dengan mengkompresikan logam – yang
dipanaskan sampai di atas batas elastisitas –
dan menekannya melalui sebuah ide yang
sesuai dengan bentuk yang dikehendaki.
 Proses pembengkokan atau pelengkungan
(bending) : dalam proses ini benda kerja
dikenai beban atau tekanan secara
permanen sehingga terjadi distorsi sesuai
bentuk yang diinginkan.
◦ Proses (squeezing) : proses pembentukan
logam sesuai dengan bentuk-bentuk yang
dikehendaki, dengan menekan dan
mendorong secara paksa agar logam
mengalir melalui sebuah cetakan.
◦ Proses “drawing dan stretching” : proses ini
akan menghasilkan benda-benda kerja yang
“seamless” seperti bentuk cawan dan
mangkok. Proses ini dilakukan dengan
menekan dan mendorong secara paksa
lembaran-lembaran logam melalui cetakan
sesuai dengan yang diinginkan.
4. Proses Pemotongan Logam (metal cutting)
Proses ini menggunakan sebuah pahat
potong sebagai alatnya. Tujuan pokok dari proses
ini adalah untuk memeroleh bentuk-bentuk
tertentu, toleransi, ataupun derajat kehalusan
permukaan dari benda kerja.
Proses pengguntingan (shearing) : proses
pemotongan dengan cara menekankan dua sisi
pisau tajam ke lembaran logam.
Proses pembubutan (turning) : proses
pemotongan logam yang dilakukan dengan
memutar (turning) benda kerja dan kemudian
memotong atau merautnya dengan
memakankan sebuah pisau atau pahat potong
ke benda kerja tersebut.
Proses pengedrilan (drilling) : proses
pembuatan, pelebaran, dan penghalusan
sebuah lubang. Proses ini umumnya
dilakukan dengan memutar dan
memaksakan sebuah pisau drill ke benda
kerja (dalam posisi stasioner) yang ingin
dilubangi. Proses pembuatan lubang
umunya dapat dilaksanakan melalui
sebuah drilling atau boring machine.
Proses perataan (shaping dan planing) :
proses perataan permukaan benda kerja
dimana gerakan pemotongan logam
dilaksanakan secara bolak-balik. Secara
umum, permukaan benda kerja yang akan
diraut berbentuk datar, namun permukaan
yang berbentuk kurvap juga bisa
dikerjakan dengan cara ini.
Proses pengefraisan (milling) : proses perataan
permukaan benda kerja dimana pisau frais ---
yang berupa mata pisau atau pahat dalam
jumlah banyak --- akan bergerak berputar
memotong secara bergantian secara cepat.
Proses “broaching” : disini sejumlah gigi pahat
potong yang tersusun secara seri akan
melakukan proses perautan atau
pemotorngan permukaan benda kerja. Pisau
pahat (broaching tool) pada proses ini akan
bergerak dengan jalan ditarik atau ditekan,
Proses penggergajian dan pengikiran (sawing
dan filing) : keduanya merupakan pengerjaan
pemotongan atau perautan logam dengan
melalui sederet gigi pahat potong yang
bergerak dengan cara ditekan ataupun
ditarik maju mundur.
Proses penggerindaan : proses perautan
material yang dilakukan oleh sebuah
“abrasive material” yang bergerak secara
kontinyu terhadap benda kerja.
5. Proses Pengelasan (Welding)
Suatu proses “penyambungan” dua logam dengan memanaskan atau
menekankan kedua logam tersebut satu sama lain. Dalam proses ini akan terjadi fusi
diantara logam-logam yang akan disambung, yang mana hal tersebut bisa diperoleh
dengan menambahkan logam pengisi (filter metal) atau menekan dua logam induk
(parent metal) tersebut kuat-kuat.
6. Proses Penyambungan dan Perakitan (Joining and Asembly)
Proses dimana berbagai macam komponen, parts atau sub-assemblies akan
digabungkan antara satu dengan yang lainnya untuk membentuk sebuah produk rakitan
yang lengkap. Proses Penyelesaian Akhir (finishing)
7. Proses Penyelesaian Akhir (finishing)
Langkah-langkah kegiatan untuk memeroleh penampang benda kerja yang lebih
halus, melindungi permukaan benda kerja ataupun juga untuk hal-hal yang lebih bersifat
memperbaiki sifat estetikanya. Bentuk lain dari proses pengerjaan akhir adalah proses
pembersihan untuk menghilangkan kotoran seperti debu dan gemuk yang melekat
mencemari benda kerja serta proses pelapisan (coating) untuk memberikan dekorasi
(hiasan), perlindungan, tekstur, dan sifat-sifat yang dikehendaki lainnya.
8. Lembaran proses (Process Sheet) dan Daftar Material (Bill of Material)
Lembaran proses (process sheet) merupakan gambaran bagaimana langkah-
langkah mengerjakan sebuah benda kerja harus dilaksanakan. Ada berbagai macam
lembaran proses yang dikenal seperti peta proses operasi (operation process chart) dan
route sheet. Dalam peta proses operasi (operation process chart) akan digambarkan
material yang diproses dari awal sampai akhir dengan melalui berbagai macam proses
yang dilakukan. Sedangkan, route sheet adalah lembar urutan aktivitas dimana dalam hal
ini lembaran tersebut akan mencoba mendeskripsikan lebih detail mengenai langkah
urutan operasi, uraian penjelasan mengenai masing-masing operasi, dan informasi
mengenai berbagai macam proses permesinan yang dilakukan. Informasi yang termuat di
dalam route sheet bisa saja berbeda antara pabrik satu dengan pabrik yang lain, tetapi
setidaknya hal-hal seperti nomor dan lokasi mesin, jenis peralatan, waktu untuk set-up dan
machining operations haruslah tercantum di dalamnya.
Langkah selanjutnya setelah pembuatan route sheet adalah menyusun bill of material
(daftar kebutuhan material). Bill of material (daftar kebutuhan material) adalah sebuah
daftar komponen-komponen atau material yang diperlukan untuk menyusun sebuah
produk rakitan lengkap.
9. Perancangan Perkakas dan Peralatan untuk Proses Produksi
Dimaksudkan untuk memeroleh perkakas yang efektif dan ekonomis (efisien)
pada saat digunakan untuk melakukan operasi pemotongan. Selain itu, adapula
perkakas pembantu seperti jig dan fixture yang berguna untuk mempercepat proses set-
up atau handling dalam proses manufakturing.
Estimasi Biaya
(Manufacturing Cost)
Estimasi biaya produksi merupakan langkah yang penting di dalam kegiatan
manufakturing. Biaya-biaya yang berstruktur dalam hal ini akan bisa diklasifikasikan dalam tiga
komponen biaya utama, yaitu:
1. Biaya material langsung
Yaitu berupa pembiayaan yang dikeluarkan untuk pengadaan material yang diperlukan
langsung untuk menghasilkan produk.
2. Biaya pekerjaan langsung
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah para pekerja langsung (operator
mesin misalnya).
3. Biaya overhead
Yaitu biaya-biaya produksi yang dikeluarkan selain untuk biaya material atau pekerja
langsung. Sebagai contoh biaya material untuk pekerja tidak langsung adalah biaya
overhead.
Untuk mengestimasi biaya juga dilakukan dalam 6 tahap, yaitu :

Tahap 1: Mendefinisikan Objek Biaya yang akan diestimasi


Meskipun tampaknya merupakan hal yang mendasar, mendefenisikan biaya
seharusnya dilakukan secara hati-hati.
Tahap 2: Menentukan Penggerak Biaya
Penggerak biaya merupakan faktor penyebab yang digunakan dalam estimasi biaya
Tahap 3: Mengumpulkan Data yang Konsisten
Data harus konsisten dan akurat.
Tahap 4: Membuat Grafik Data
Tujuan pembuatan grafik data adalah untuk mengidentifikasi pola yang tidak umum,
adanya pergeseran atau ketidaklinieran data harus diberikan perhatian khusus dalam
mengembangkan estimasi.
Tahap5: Memilih dan Menggunakan Metode Estimasi
Dua metode estimasi yang disajikan pada bagian berikutnya berbeda
kemampuannya dalam memberikan estimasi biaya yang paling akurat jika
dibandingkan dengan biaya keahlian dan sumber daya yang digunakan. Akuntan
manajemen memilih metode yang memiliki tingkat ketepatan/pertukaran biaya
terbaik terhadap tujuan estimasi.
Tahap 6: Menilai Keakuratan Estimasi Biaya
Tahap terakhir yang penting dalam estimasi biaya adalah mempertimbangkan potensi
kesalahan estimasi yang dibuat. Ini meliputi mempertimbangkan kelengkapan dan
ketepatan penggerak biaya yang dipilih pada tahap 2, konsisten dan keakuratan
data yang dipilih apda tahap 3, kajian grafik pada tahap 4, serta ketepatan metode
yang dipih pada tahap 5. Pendekatan umum untuk menilai keakuratan metode
estimasi adalah membandingkan estimasi dengan hasil aktual disepanjang waktu
tertentu.
Perencanaan Pemiliharaan Sistem Produksi

Perawatan secara periodik (preventive maintenance) terhadap mesin ataupun


fasilitas produksi jelas penting untukk diperhatikan.
Kalau suatu saat terjadi kerusakan (break down) dari mesin ataupun komponen-
komponennya sehinngga memerlukan perbaikan dan penggantinya, maka langkah ini
dikenal sebagai kegiatan emergency maintenance. Emergency maintenance jelas
akan jauh lebih mahal dibandingkan dengan preventive maintenance.
Kegiatan Pengemasan

Pembungkus atau pengemasan (packing) merupakan phase terakhir dari


kegiatan produksi. Disini produk akhir (finished goods product) harus dibungkus/dikemas
sebaik-baiknya untuk mencegah kerusakan pada saat diipindahkan atau dikirim ke
konsumen.
Peng.Organisasian Kegiatan Produksi dalam Sebuah
Industryi Manufaktur
• Penjualan Dan Pemasaran
• Perencanaan Produk
• Teknik Produksi (Manufacturing Engineering)
• Tenik Industri (Industrial Engineering)
• Perencanaan Dan Pengendalian Produsi
• Proses Manufaturing
• Pengendalian Kualitas (Quality Control)
• Pengiriman Dan Pengendalian Persediaan
Penjualan dan Pemasaran

• Kustemer(pelanggan) akan memesan untuk dibuatkan suatu rancangan produ sesuai dengan
spesifikasi kebutuhannya.
• Kustemer akan membeli satu atau lebih produk yang dibuat secara bebas (standard) atau tidak
perlu menunggu datangnya pesanan terlebih dahulu.
• Suatau pesanan yang didasarkan pada suatu ramalan kebutuhan dari suatu produk tertentu di masa
ysng akan datang. Disini ramalan akan dibuatoleh staf bagian pemasaran yang bekerja secara
koordinatif dengan bagian perencanaan dan pengen dalian produksi
Perancangan Produk

Dalam menentukan spesifikasi produk yang dibuat ada dua acaun bagi industri manufaktur,
yaitu dari kustomer dan dari indrustri manufaktur itu sendiri. Kustomer bisa menentukan spesifikasi
produk sendiri jika customer melakukan job order. Sedangkan industri manufaktur membuat
spesifikasinya sendiri jika produk yang dibuat merupakan paten atau hak milik industri manufaktur
Teknik Produksi (Manufacturing Engineering)

Bagian (departement) teknik produksi dari sebuah industri manufaktur akan memiliki empat
tanggung jawab pokok yaitu:
• Memberikan saran dan rekomendasi teknis
• Menetapkan langkah-langah proses produksi
• Menetapkan spesifikasi dan rancangan teknis dari perkakas (tools) dan alat-alat bantu lainnya
• Bertindak sebagai “trouble shooting”
Tenik Industri (Industrial Engineering)

Fungsi dari departemen ini adalah untuk menetapkan metode kerja dan waktu standard
untuk setiap aktivita produksi.
Selain menentukan metode kerja dan waktu standard maka funsi dan tanggun jawab dari
departemen teknik industri menyangkut pula masalah-masalah program pengurangan biaya (cost
reduction) perbaikan atau peningkatan produktivitas, studi tentang tata letak produksi proyek-
proyek riset operasional, dan lain-lain.
Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Didalam departemen ini bertanggung jawab dalam penysunan master schedule, selain itu ada juga
tanggung jawab lain yaitu melaksanakan aktivitas-akativitas seperti:
• Perencanaan Kebutuhan (Requirement Planning).
• Penjadwalan (Scheduling).
• Penyebaran (Dispatching).
• Ekspedisi
Proses Manufaturing
Di dalam departemen ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan aktivitas peroduksi seperti,
Proses fabrikasi, Material handling Preventive maintence, dan lain-lain.
Pengendalian Kualitas (Quality Control)

Departemen pengendalian kualitas bertanggung-jawab untuk menjamin agar kualitas dari


produk dan komponen-komponennya bisa memenuhi standard yang telah dispesifikasikan oleh
perancangannya.
Disini tidak hanya produk akhir yang dilakukan pengecekan melainkan kualitas, melainkan
dari awal proses hingga akhir proses, agar kualitas tetap terjaga
Pengiriman Dan Pengendalian Persediaan

Departemen ini bertanggung jawab untuk memberi jaminan agar produk baik dari segi
jumlah maupun macamnya selalu tersedia setiap saat untuk memenuhi permintaan konsumennya.
perencanaan dan pengendalian persediaan harus tercapai sutu keseimbangan antara resiko
menyimpang persediaan untuk menghindari“stock-out” dan investasi yang “macet/berhenti”.
Klasifikasi Produksi Berdasarkan Jumlah Produk yang
Dihasilkan

Dalam kaitannya dengan jumlah ataupun voleme produksi yang dihasilkan, industri
manufacturing dapat dilaksanakan kedalam 3 tipe yaitu:
• Job shop production
• Batch production
• Masss production
Job Shop Production

Seringkali pula disebut sebagai industri yang bekerja berdasarkan pesanan (job order).
Disini banyak variasi pekerjaan yang harus dilaksanakan sehingga membutuhkan mesin ataupun
fasilitas produksi yang harus fleksibel dan cenderung menuju ke tipe general purpose machine agar
mampu melayani berbagai macam aktivitas produksi
Batch Production

Industri kategori ini akan membuat produk dalam jumlah atau volume dengan skala
medium size. Disini, pabrik memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk pada laju produksi
dalam suatu jumlah tertentu yang memungkinkan untuk mengadakan persediaan (investasi), dan
kemudian merubah proses produksi untuk menghasilkan macam produk yang lain. Bilamana
persediaan yang pertama habis, maka proses produksi kembali lagi dilakukan untuk menghasilkan
produk yang pertama tadi.
Mass Production
Tipe produksi massal yang diaplikasikan untuk menghasilkan produk dalam jumlah besar
tetapi relatif sejenis (identical type of product). Disini tidak saja mesin atau peralatan produksi
dikhususkan untuk menghasilkan produk satu macam saja, tetapi bisa puladikatakan bahwa seluruh
aktivitas pabrik termasuk operasinya juga dikhususkan untuk menghasilkan produk yang khusus
tersebut. Disisi lain ketrampilan berproduksi dari manusia akan dialihkan sepenuhnya ke mesin,
sehingga hal ini membawa konsekuensi ke arah kebutuhan skill dari operator yang tidak setinggi
pada job shop production.
TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai