Anda di halaman 1dari 18

UPAYA MENURUNKAN KEJADIAN KIPI DAN

PENANGANANNYA MELALUI PENGUATAN


PELAKSANAAN SESUAI SOP

BY: Hj. SITI ASIAH


BAB I
PENDAHULUAN
1. LATARBELAKANG
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu antigen ke
dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang
sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang dan ini
sudah di atur dalam UUD nomor 36 tahun 2019 tentang
Imunisasi adalah salah satu upaya mencegah pennyakit.
keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh
sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli serta
disusun dalam program kesehatan yang terpadu, yang
didukung oleh data dan informasi ,epidemologi yang valid
termasuk dalam hal kejadian pasca imunisasi (KIPI) seperti :
demam, Abses pada tempat suntikan dan Limfadenitis
Next
KIPI yang paling serius terjadi pada anak adalah
reaksi anafilaksis. Angka kejadian reaksi anafilaktoid
diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang
benar-benar reaksi anafilaksis hanya 1-3 kasus
diantara 1 juta dosis. Dalam beberapa kasus dengan
keadaan tertentu KIPI dapat menyebabkan resiko
kematian, terutama pada bayi.
Puskesmas Dompu Barat adalah salah satu
Puskesmas yang ada di Kabupaten Dompu yang
mempunyai wilayah kerja terbesar dengan jumlah
penduduk 53.348 jiwa dan terdiri dari 14
Desa/Kelurahan,7 pustu, 14 poskesdes, 69 posyandu
dengan sasaran imunisasi sebanyak 1318 bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Menurut Komite Nasional Pengkajian dan
Penaggulangan KIPI (KN PP KIPI), KIPI adalah
semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam 24 jam pertama, setelah
tindakan pemberian imunisasi dan bisa juga
muncul 1 bulan setelah imunisasi
2. Penyebab Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Adapun penyebab KIPI antara lain :


a) Kesalahan program/teknik
pelaksanaan (programmic errors)
b) Reaksi suntikan
c) Induksi vaksin (reaksi vaksin)
d) Faktor kebetulan (koinsiden)
e) Penyebab tidak diketahui
Tanda dan Gejala KIPI
Reaksi KIPI Gejala KIPI
Lokal  Abses pada tempat suntikan
 Limfadenitis
 Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-it is
SSP  Kelumpuhan akut
 Ensefalopati
 Ensefalitis
 Meningitis
 Kejang
Lain-lain  Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema
 Reaksi anafilaksis
 Syok anafilaksis
 Artralgia
 Demam tinggi >38,5°C
 Episode hipotensif-hiporesponsif
 Osteomielitis
 Menangis menjerit yang terus menerus (3jam)
 Sindrom syok septic
GEJALA KLINIS KIPI SESUAI JENIS IMUNISASI
Jenis
JenisVaksin
Vaksin Gejala
GejalaKlinis
KlinisKIPI
KIPI Saat
Saat timbul
timbul KIPI
KIPI
Toksoid
Toksoid Syokanafilaksis
Syok anafilaksisNeuritis
Neuritisbrachial
brachialKomplikasi
Komplikasi 44 jam2-18
jam2-18 hari
hari tidak
tidak
Tetanus(DPT,
Tetanus (DPT, akut
akuttermasuk
termasukkecacatan
kecacatandan
dankematian
kematian tercatat
tercatat
DT,TT)
DT, TT)
Pertusis
Pertusis Syokanafilaksis
Syok anafilaksisEnsefalopati
EnsefalopatiKomplikasi
Komplikasiakut
akut 44 jam72
jam72 jam
jam tidak
tidak
wholecell
whole cell termasukkecacatan
termasuk kecacatandan
dankematian
kematian tercatat
tercatat
(DPwT)
(DPwT)
Syokanafilaksis
Syok anafilaksisEnsefalopati
EnsefalopatiKomplikasi
Komplikasiakut
akut 44 jam5-15
jam5-15 hari
hari tidak
tidak
termasukkecacatan
termasuk kecacatandan
dankematian
kematian tercatat
tercatat
Trombositopenia
Trombosit openiaKlinis
Kliniscampak
campakpada
padaresipien
resipien 44 jam5-15
jam5-15 hari
hari tidak
tidak
Campak
Campak imunokompromaisKomplikasi
Komplikasiakut
akuttermasuk
termasuk tercatat
imunokompromais tercatat
kecacatandan
kecacatan dankematian
kematian
Poliohidup
Polio hidup Polioparalisis
Polio paralisisPolio
Polioparalisis
paralisispada
padaresipien
resipien 30 hari
30 hari 66 bulan
bulan
(OPV)
(OPV) imunokompromaisKomplikasi
imunokompromais Komplikasiakut
akuttermasuk
termasuk
kecacatandan
kecacatan dankematian
kematian
Syokanafilaksis
Syok anafilaksisKomplikasi
Komplikasiakutakuttermasuk
termasuk 44 jam
jam tidak
tidak tercatat
tercatat
kecacatandan
kecacatan dankematian
kematian
BCG
BCG BCG-itisis
BCG-it 4-6 minggu
4-6 minggu
Penatalaksanaan Penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

1. Abses pada tempat suntikan. Bengkak tidak perlu


diobati dikompres dengan air hangat atau larutan
fisiologis NaCl bila timbul nanah, tetapi bila luka besar
dan bengkak di ketiak anjurkan ke dokter
2. BCG-itis. BCG, luka tidak perlu diobati cukup
dibersihkan atau dikompres dengan air hangat atau
larutan fisiologis NaCl bila timbul nanah, tetapi bila
luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan ke dokter
3. DPT, bila panas atau rewel diberikan obat penurun
panas dan berikan kompres dingin.
4. Campak, bila timbul panas atau rewel berikan obat
panas
Next
5. Shock anafilaksis
Penanganan Shock anafilaksis antaralain :
a) Baringkan penderita dalam posisi shock yakni tidur terlentang dengan
tungkai lebih tinggi dari kepala pada alas yang keras
b) Bebaskan jalan nafas
c) Tentukan penyebab dan lokasi masuknya bahan alergen
d) Bila masuk melalui ekstremitas pasang torniquette
e) Berikan Adrenalin 1 : 1000 sebanyak 0,25 ml sub cutane
f) Monitor pernafasan dan hemodinamika
g) Berikan suplemen oksigen
h) Untuk kasus yang sedang berikan Adrenalin 1 : 1000 sebanyak 0,25 ml intra
muskuler
i) Bila berat berikan Adrenalin 1 : 100- sebanyak 2,5 – 5 ml intra vena
j) Bila vena colaps berikan Adrenalin sub lingual atau trans tracheal
k) Berikan Aminophillin 5 – 6 mg/ kg BB Iv bolus diikuti 0,4 – 0,9 mg/kg BB/
menit per drip ini untuk bronchospasme yang persisten
l) Berikan cairan infus dengan berpedoman pada kadar hematokrit
m) Monitor hemodinamika dan pernafasan 14.Bila tidak membaik rujuk ke
intitusi yang lebih tinggi
Next
6. Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema dalam keadaan tertentu dapat
diberikan antihistamin, sebaiknya tidak diberikan kortikosteroid. Gejala ini
dalam beberapa saat akan membaik, bila terdapat faktor utama yang lain
bisa berkepanjangan tetapi dalam ekadaan ini imuniasasi hanya dalam
keadaan kebetulan (co-accident).
7. Artralgia Bila mengganggu diberi antipiretik atau analgesik sejenis
paracetamol atau NSID lainnya
8. Demam tinggi >38,5°C. Bila mengganggu diberi antipiretik atau analgesik
9. Episode hipotensif-hiporesponsif
10. Osteomielitis Osteomielitis adalah proses inflamasi atau peradangan
tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan
lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum.
Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau Bila mengganggu diberi antipiretik atau analgesik
sejenis paracetamol atau NSID lainnya. Harus segera dibawa ke dokter
ortopedi
11. Menangis menjerit yang terus menerus (3jam). Bila mengganggu diberi
antipiretik atau analgesik
12 Neuritis brakhial. Dapat diberi vitamin neurotropik Bila mengganggu
diberi antipiretik atau analgesic
KARYA INOVASI
1. OJT PETUGAS imunisasi dilapangan yang dilengkapi
dengan SOP di masing-masing petugas
2. KIT imunisasi, :
3. Kunjungan rumah kejadian kipi untuk
mengembalikan kepercayaan masyarakat yang
mempunyai bayi dan balita khususnya.

MOTO IMUNISASI :
MENURUNKAN ANGKA KEJADIAN IKUTAN PASCA
IMUNISASI (KIPI), MENINGKATKAN UCI DESA/IDL
HASIL
Dari upaya yang maksimal dan pelaksanaan imunisasi
di lakukan sesuai SOP , penurunan angka kejadian kipi
tahun 2018 tidak ditemukan dan kami dari program
imunisasi mendapatkan REWARD dari Pimpinan Puskesmas
Dompu Barat karena mendapatkan UCI DESA/IDL
meningkat serta pada pelaksanaan imunisasi Campak
Rubela (MR) kami mendapatkan catpol pusdatin terbaik,
dengan sasaran bayi/balita usia sekolah sekecamatan Woja
sebanyak 18,261 anak dengan Kriteria masing-masing desa
mencapai angka 97%, 98% sampai 99%. Ini melalui monev
program imunisasi dilapangan dan Hasil laporan Imunisasi
dengan 97,7% di tahun 2018. sedangkan cakupan program
Imunisasi Dobar Tahun 2019 dari target 95% sudah
mencapai 88,9%.
ANGKA KASUS KEJADIAN KIPI TAHUN 2016 S/D 2017 DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS DOMPU BARAT
1
1 1 1 1

0.9

0.8

0.7

0.6
Axis Title

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1
00 0 00 00 0 00 0 00 00 00 00 0 00 00
0
Riwo Madap Bara Nowa Wawon Matua Monta Kandai Simpas Saneo serakap Mumb Bakajay Rababa
rama duru Baru dua ai i u a ka
tahun 2016 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
tahun2017 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
ANGKA KASUS KEJADIAN KIPI TAHUN 2018 S/D 2019 DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS DOMPU BARAT

0.9

0.8

0.7

0.6
Axis Title

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
Riwo Madap Bara Nowa Wawon Matua Monta Kandai Simpas Saneo serakap Mumb Bakajay Rababa
rama duru Baru dua ai i u a ka
Tahun 2018 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tahun 2019 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BAB III
PENUTUP
1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah disampaikan
mengenai permasalahan kejadian ikutan paska imunisasi dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Kejadian ikutan paska imunisasi adalah semua kejadian sakit dan


kematian yang terjadi dalam waktu dalam 24 jam setelah
pemberian tindakaasi imunisasi dan 42 hari setelah imunisasi.
b. Yang menjadi penyebab terjadinya kejadian ikutan paska imunisasi
diantarnya adalah: Kesalahan program/teknik pelaksanaan, Reaksi
suntikan, induksi vaksin, kebetulan dan sebab lain yang tidak
diketahui.
c. Pertolongan terhadap kejadia ikutan paska imunisasi harus
disesuaikan dengan tanda gejala, dan gejala klinis.
d. Angka kejadian kipi untuk Puskesmas Dompu barat tahun 2018/2019
belum ada kejadian kipi.
2. Saran
• Saran
Dalam usaha pelayanan kesehatan yang berkualitas, dari
kesimpulan yang telah diambil penulis dapat menyarankan
agar :
- Pelayanan kesehatan yang berkompetensi dan
terampil sesuai SOP tetap ditingkatkan terutama
petugas Imunisasi, Bidan di desa dapat terus
mengembangkan diri dalam
memberi pertolongan terhadap kejadian ikutan
pasca imunisasi.
- Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai
umur anak bayi/balita untuk menekan Angka Kesalahan
tindakan Angka kejadian KIPI.
Persiapan turun BIAS
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai