Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP DASAR MEDIS DAN KEPERAWATAN


CKD

KELOMPOK II

1. HAMID. AYUB
2. MOHDAR . M
4. IKBAL SOAMOLE
5. WAYAN NADA
6. HENDRA SOLEMAN
7. JUNINTJE . B
8. NUNUNG. S
9. ISKANDAR. S
10. LEWI
KONSEP DASAR MEDIS
DEFENISI
Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat
fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah
serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal), (Nursalam, 2006).

Menurut Doenges, 1999, Chronic Kidney Disease biasanya berakibat akhir dari

kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap. Penyebab termasuk glomerulonefritis, infeksi

kronis, penyakit vascular (nefrosklerosis), proses obstruktif (kalkuli), penyakit kolagen (lupus

sistemik), agen nefrotik (aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes). Bertahapnya sindrom

ini melalui tahap dan menghasilkan perubahan utama pada semua sistem tubuh.

Gagal ginjal kronik (Chronic Renal Failure) terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak

mampu mempertahankan lingkungan yang cocok untuk kelangsungan hidup, yang bersifat

irreversible, (Baradero, Mary).

Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa gagal ginjal kronik

adalah gangguan fungsi renal yang irreversible dan berlangsung lambat sehingga ginjal tidak

mampu mempertahankan metabolisme tubuh dan keseimbangan cairan dan elektrolit dan

menyebabkan uremia.
ETIOLOGI

Menurut price dan wilson (2005) klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik adalah
sebagai berikut :
1. Penyakit infeksi tubulointerstitial: pielonefritis kronik atau refluks nefropati
2. Penyakit peradangan: glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif: nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis
arteria renalis
4. Gangguan jaringan ikat: lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis
sistemik progresif
5. Gangguan congenital dan herediter: penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal 6.
penyakit metabolik: diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
7. Nefropati toksik: penyalahgunaan analgesi, nefropati timah
8. Nefropati obstruktif: traktus urinarius bagian atas (batu/calculi, neoplasma, fibrosis,
retroperitineal), traktus urinarius bawah (hipertropi prostat, striktur uretra, anomaly
congenital leher vesika urinaria dan
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik menurut price dan wilson (2005), smeltzer dan bare (2001), lemine
dan burke (2000) dapat dilihat dari berbagai fungsi system tubuh yaitu :

1. Manifestasi kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema periorbital, friction rub pericardial,
pembesaran vena leher, gagal jantung kongestif, perikarditis, disritmia, kardiomiopati, efusi
pericardial, temponade pericardial.
2. Gejala dermatologis/system integumen : gatal-gatal hebat (pruritus), warna kulit abu-abu,
mengkilat dan hiperpigmentasi, serangan uremik tidak umum karena pengobatan dini dan agresif,
kulit kering, bersisik, ecimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, memar (purpura).
3. Manifestasi pada pulmoner yaitu krekels, edema pulmoner,sputum kental dan liat,nafas dangkal,
pernapasan kusmaul, pneumonitis
4. Gejala gastrointestinal : nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut, anoreksia,
mual, muntah dan cegukan, penurunan aliran saliva, haus, rasa kecap logam dalam mulut,
kehilangan kemampuan penghidu dan pengecap, parotitis dan stomatitis, peritonitis, konstipasi dan
diare, perdarahan darisaluran gastrointestinal.
5. Perubahan musculoskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, kulai kaki (foot
drop).
6. Manifestasi pada neurologi yaitu kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada tungkai kaki, perubahan tingkah laku, kedutan otot,
tidak mampu berkonsentrasi, perubahan tingkat kesadaran, neuropati perifer.
7. Manifestasi pada system repoduktif : amenore, atropi testikuler, impotensi, penurunan libido,
kemandulan
8. Manifestasi pada hematologic yaitu anemia, penurunan kualitas trombosit, masa pembekuan
memanjang, peningkatan kecenderungan perdarahan.
9. Manifestasi pada system imun yaitu penurunan jumlah leukosit, peningkatan resiko infeksi.
10. Manifestasi pada system urinaria yaitu perubahan frekuensi berkemih, hematuria, proteinuria,
nocturia, aliguria.
11. Manifestasi pada sisitem endokrin yaitun hiperparatiroid dan intoleran glukosa.
12. Manifestasi pada proses metabolic yaitu peningkatan urea dan serum kreatinin (azotemia),
kehilangan sodium sehingga terjadi : dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipermagnesemia dan
hipokalsemia.
13. Fungsi psikologis yaitu perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan proses kognitif.
PATOFISIOLOGI
berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab pada akhirnya akan terjadi
kerusakan nefron. bila nefron rusak maka akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerolus dan
terjadilah penyakit gagal ginjal kronik yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi
dan dan fungsi non-eksresi. gangguan fungsi non-eksresi diantaranya adalah gangguan
metabolism vitamin d yaitu tubuh mengalami defisiensi vitamin d yang mana vitamin d bergunan
untuk menstimulasi usus dalam mengabsorpsi kalsium, maka absorbs kalsium di usus menjadi
berkurang akibatnya terjadi hipokalsemia dan menimbulkan demineralisasi ulang yang akhirnya
tulang menjadi rusak. penurunan sekresi eritropoetin sebagai factor penting dalam stimulasi
produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan
terjadi anemia sehingga peningkatan oksigen oleh hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka
tubuh akan mengalami keadaan lemas dan tidak bertenaga. gangguan clerence renal terjadi akibat
penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi.penurunan laju filtrasi glomerulus di deteksi
dengan memeriksa clerence kretinin urine tamping 24 jam yang menunjukkan penurunan
clerence kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum. retensi cairan dan natrium dapat
megakibatkan edema, chf dan hipertensi. hipotensi dapat terjadi karena aktivitasbaksis rennin
angiostenin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. kehilangan garam
mengakibatkan resiko hipotensi dan hipovolemia.
Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk.
asidosis metabolic akibat ginjal tidak mampu menyekresi asam (h+ ) yang berlebihan. penurunan
sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (nh3 - ) dan megapsorbsi
natrium bikarbonat (hco3 - ). penurunan eksresi fosfat dan asam organic yang terjadi. anemia
terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel darah merah,
defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien
terutama dari saluran pencernaan. eritropoietin yang dipreduksi oleh ginjal menstimulasi sumsum
tulang untuk menghasilkan sel darah merah dan produksi eritropoitein menurun sehingga
mengakibatkan anemia berat yang disertai dengan keletihan, angina dan sesak nafas.
ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolism. kadar kalsium dan fosfat
tubuh memiliki hubungan timbal balik. jika salah satunya meningkat maka fungsi yang lain akan
menurun. dengan menurunnya filtrasi melaui glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar fosfat
serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. penurunan kadar kalsium serum
menyebabkan sekresi parahhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat
merspons normal terhadap peningkatan sekresi parathormon sehingga kalsium ditulang menurun,
menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. (nurlasam, 2007).
PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan untuk mengatasi penyakit gagal ginjal kronik menurut smeltzer dan
bare (2001) yaitu :
1. penatalaksanaan untuk mengatasi komplikasi
a. hipertensi diberikan antihipertensi yaitu metildopa (aldomet), propanolol (inderal),
minoksidil
(loniten), klonidin (catapses), beta blocker, prazonin (minipress), metrapolol tartrate
(lopressor).
b. kelebihan cairan diberikan diuretic diantaranya adalah furosemid (lasix), bumetanid (bumex),
torsemid, metolazone (zaroxolon), chlorothiazide (diuril).
c. peningkatan trigliserida diatasi dengan gemfibrozil.
d. hiperkalemia diatasi dengan kayexalate, natrium polisteren sulfanat.
e. hiperurisemia diatasi dengan allopurinol. 26
f. osteodistoofi diatasi dengan dihidroksiklkalsiferol, alumunium hidroksida.
g. kelebihan fosfat dalam darah diatasi dengan kalsium karbonat, kalsium asetat, alumunium
hidroksida. h. mudah terjadi perdarahan diatasi dengan desmopresin, estrogen i. ulserasi oral
diatasi dengan antibiotic.
2. intervensi diet yaitu diet rendah protein (0,4-0,8 gr/kgbb), vitamin b dan c, diet tinggi lemak
dan karbohirat
3. asidosis metabolic diatasi dengan suplemen natrium karbonat.
4. abnormalitas neurologi diatasi dengan diazepam iv (valium), fenitonin (dilantin).
5. anemia diatasi dengan rekombion eritropoitein manusia (epogen iv atau sc 3x seminggu),
kompleks besi (imferon), androgen (nandrolan dekarnoat/deca durobilin) untuk perempuan
androgen (depo-testoteron) untuk pria, transfuse packet red cell/prc.
6. cuci darah (dialisis) yaitu dengan hemodialisa maupun peritoneal dialisa.
7. transplantasi
ginjal.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Pentatalaksanaan pasien CKD di bagi tiga yaitu :


a. Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urine, Observasi balance cairan , Observasi
adanya oedema
- Batasi cairan yang masuk
a. Dialysis
- Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. sedangkan dialysis bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatory Peritonial Dalysis ).
- Hemodialisis
Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan invfasif di vena dengan
menggunakan mesin. pada awalnya hemodialisis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
AV fistule :Menggabungkan vena dan arteri
double lumen : Langsung padadaerah jantung ( vaskularisasi jantung ).
tujuannya yaiyu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh fungsi
eskresi yaitu membuang sisa – sisa
metabolisme dalam tubuh sepeti ureum, creatinin dan sisa metabolisme lain.
c. Operasi
- Operasi pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1.Pemeriksaan lab.darah
- hematologi hb, ht, eritrosit, lekosit, trombosit
- RFT ( renal fungsi test ) ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- elektrolit klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi PTT, PTTK
- BGA
2. Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG Abdominal
- CT Scan Abdominal
- BNO/IVP, FPA
- renogram
- RPG (retio pielografi ).
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. untuk sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah
mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang paling di inginkan
dari seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan
metode ilmiah.
(Doenges, Marilyn e. 1999)
Proses keperawatan merupakan proses yang sistematis yang saling berhubungan, yang disusun
menjadi 5 tahap, yang menekankan pada asuhan keperawatan secara individual:
1. Pengkajian keperawatan
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan keperawatan
4. Pelaksanaan keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
(Doenges, Marilyn e. 1999)
1. Pengkajian Keperawatan

pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. (lyer dkk, 1996 dalam nursalam,2001).
pengkajian keperawatan terdiri atas 3 tahap yaitu pengumpulan, pengelompokan atau pengorganisasian,
sehingga di temukan diagnosa keperawatan.
pengkajian dasar gagal ginjal kronik:
a. Riwayat gangguan kronis dan gangguan yang mendasari status kesehatan
b. Kaji derajat kerusakan ginjal
c. Lakukan pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital (nadi, respirasi, tekanan darah, suhu badan) sistem saraf, sistem
integumen, dan sistem musculoskeletal.
data dasar pengkajian pasien tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena.(doenges, maryline, 1999)

Aktifitas / istirahat
Gejala : kelelahan ekstrim, kelemahan, malaise gangguan tidur, (insomnia/gelisah atau
somnolen)
Tanda : kelemahan otot , kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi ; nyeri dada (angina )
tanda : hipertensi ; dvj, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak tangan.
Disritmia jantung
Nadi lemah halus, hipotensi,pucat ; kulit coklat kehitaman , kuning kecendrungan perdarahan

integritas ego
gejala : faktor stres contoh finansial, hubungan dan sebagainya, perasaan tidak berdaya, tidak
ada kekuatan, tidak ada harapan
tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
eliminasi
gejala : penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada tahap lanjut)
abdomen kembung, diare atau konstipasi
tanda : perubahan warna urine,; contoh kuning pekat, merah, coklat.oliguria dapat menjadi
anuria.
makanan / cairan
gejala : peningkatan berat badan cepat (edema), malnutrisi
anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tak sedap pada mulut
tanda : distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir)
perubahan turgor kulit kelembaban
edema
ulserasi gusi, perdarahan gusi dan mulut
penurunan otot, penurunan lemak sub kutan, penampilan tak bertenaga.

Neurosensori
gejala : sakit kepala , penglihatan kabur.
kram otot/ kejang,
kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstrimitas bawah
tanda : gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma.
rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
nyeri / kenyamanan
gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot nyeri kaki
tanda : perilaku berhati-hati, gelisah.
Pernapasan
gejala : napas pendek; batuk dengan/tanpa sputum
tanda : takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi/ kedalaman (kusmaul)
batuk produktif dengan sputum merah muda
Keamanan
Gejala : kulit gatal
ada/ berulangnya infeksi
Tanda : pruritus
demam; sepsis dehidrasi, normotermia dapat secara atual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu
tubuh lebih rendah dari normal
fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi
seksualitas
Gejala : penurunan libido, amenorea, infertilitas
interaksi sosisal
gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam
keluarga.
penyuluhan / pembelajaran
gejala : riwayat dm keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal) penyakit polikistik, nefritis, riwayat terpajan
pada toksik, contoh obat dan racun lingkungan ,penggunaan antibiotik berulang.

2. diagnosa keperawatan.
diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan/resiko
perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi , mencegah dan merubah (carpenito 2000
dan nursalam 2001 ).

nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputasan klinis tentang respon individu keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial sebagai dasar seleksi dan intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat.
diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan gagal ginjal kronik adalah (menurut doenges marilyn, 2000
& nursalam, 2006).
diagnosa keperawatan i
a. kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin dan retensi air dan natrium.
b. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, nausea,
vomitus,perubahan membrane mukosa oral.
c. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit, gangguan turgor kulit,
penurunana aktivitas atau imobilisasi
d. intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah.
e. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan atau tahanan, gangguan metabolisme
tulang
f. kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.
g. resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit dan akumulasi
toksin.
h. resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal.
i. resiko tinggi perubahan mukosa oral berhubungan dengan ulserasi mukosa.
3. rencana keperawatan
intervensi adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk kepentingan tindakan keperawatan bagi perawat yang
menulis dan perawat lainnya (carpenito 2000).
diagnosa keperawatan i
a. kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin dan retensi air dan natrium.
tujuan : mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
kriteria hasil :
- memepertahankan pembatasan diet dan cairan
- menunjukan turgor kulit normal tanpa edema
- menunjukan tanda-tanda vital normal
- menunjukan tidak adanya distensi vena leher
intervensi
1. kaji status cairan
- timbang berat badan harian
- keseimbangan masukan dan haluaran
- turgor kulit dan adanya edema
- distensi vena leher
- tekanan darah, denyut dan irama nadi
rasional : pengkajian merupakan data dasar dan berkelanjutan untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi
2. batasi pemasukan cairan
rasional : pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin dan respon
3. identifikasi sumber potensial cairan
- medikasi cairan yang digunakan untuk pengobatan : oral dan intravensi
- makanan
rasional : sumber kelebihan cairan yang tidak
diketahui dapat diidentifikasi.
4. jelaskan pada pasien dan keluarga mengenai pembatasan cairan
rasional : untuk peningkatan kerja sama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
5. tingkatkan dan dorong oral hiegyne oral dengan sering
rasional : hiegine mengurangi kekeringan membran mukosa mulut
6. berikan medikasi antihipertensi sesuai indikasi
rasional : medikasi antihipertensi berperan penting dalam penanganan
hipertensi yang berhubungan dengan gagal ginal kronik.
b. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, nausea, vomitus, perubahan
membran mukosa oral.
tujuan : mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
kriteria hasil : - mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis yang tinggi
- mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet
melaporkan peningkatan nafsu makan menunjukan tidak adanya penurunan berat badan yang cepat

intervensi
1. kaji status nutrisi :
- pola berat badan
- pengukuran antropometik
- nilai laboratorium (elektrolit serum, bun, kreatinin, protein, transferin dan kadar besi )
rasional : menyediakan data untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intrvensi
2. kaji pola diet nutrisi pasien :
- riwayat diet
- makanan kesuakaan
rasional : pola diet dahulu dan sekarang dapat di pertimbangkan dalam menyusun
menu
3. kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi :
- anoreksia, nausea, vomitus
- diet, yang tidak menyenangkan bagi pasien
- depresi
- kurang memahami pembatsan diet
- stomatitis
rasional : menyedikan informasi mengenai faktor lain yang dapat di ubah atau di
hilangkan untuk meningkatkan masukan diet
4. menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
rasional : mendorong peningkatan masukan klien
5. anjurkan makanan yang tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantaranya waktu makan
rasional : mengurangi makanan dan protein yang di batasi dan menyediakan kalori
untuk energi, membatasi protein untuk pertumbuhan dan penyembuhan jaringan
6. jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungnnya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar
kalium
rasional : maningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet, kadar
kreatinin dengan penyakit renal
7. sediakan daftar makanan yang di anjurkan secara tertulis dan anjurkan untuk memperbaiki rasa
tanpa menggunakan natrium dan kalium untuk pasien dan keluarga dapat di gunakan di rumah
rasional : daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap pembatasan
diet dan merupakan referensi
8. ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan
rasional : faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dan menimbulkan
anoreksia dihilangkan
9. timbang berat badan harian
rasional : untuk memantau status cairan dan nutrisi
10. kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat:
- pembentukan edema
- penyembuhan yang lambat
- penurunan kadar albumin serum
rasional : masukan protein yang tidak normal dapat menyebabkan albumin protein
lain pembentukan edema dan perlambatan penyembuhan
11. berikan anti emetik sesuai dengan indikasi
rasional : dibiarkan untuk menghilangkan mual/ muntah dan dapat menigkatkan
pemasukan oral

c. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit, gangguan turgor kulit,
penurunan aktivitas atau imobilisasi.
tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit
kriteria evaluasi :- mempertahankan kulit utuh
- menunjukan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan/cedera kulit.
intervensi
1. inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vascular. perhatikan kemerahan, eksoriasi. observasi
terhadap ekimosis, purpura.
rasional : menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan dekubitus/infeksi.
2. pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membrane mukosa.
rasional : mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas pada tingkat seluler.
3. inspeksi area tergantung terhadap edema.
rasional : jaringan edema lebih cenderung rusak/robek.
4. ubah posisi dengan sering, gerakan pasien dengan perlahan: beri bantalan pada tonjolan tulang dengan
kulit domba, pelindung siku/tumit.
rasional : menurunkan tekanan pada edema, jaringan dengan perfusi buruk untuk
menurunkan iskemia. peninggian meningkatkan aliran balik stasi vena terbatas/pembentukan edema.
5. berikan peralatan kulit. batasi penggunaan sabun. berikan salep atau krim ( mis; lanolin, aquaphor ).
rasional : lousion dan salep mungkin diinginkan untuk
menghilangkan kering, robekan kulit.

6. pertahankan linen kering, bebas keriput.


rasional : menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit.
7. selidiki keluhan gatal.
rasional : meskipun dialysis mengalami masalah kulit yang
berkenan dengan uremik, gatal dapat terjadi karena kulit adalah rute ekskresi untuk produk sisa, misalnya
kristal fosfat ( berkenan dengan hiperparatiroidisme pada penyakit tahap akhir ).
8. anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan ( dari pada
garutan ) pada area pruritus. pertahankan kuku pendek; berikan sarung tangan selama tidur bila diperlukan.
rasional : menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko cidera dermal.
9. anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
rasional : mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
kolaborasi
1. berikan matras busa/flotasi.
rasional : menurunkan tekanan lama pada jaringan, yang dapat membatasi perfusi
selular yang menyebabkan iskemia/nekrosis.

d. intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah.


tujuan : berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat di toleransi
kriteria hasil : - berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas
dan latihan
- melaporkan peningkatan rasa kesejateraan
- berpartisipasi dalam aktivitas dalam perawatan mandiri yang pilih
intervensi :
1. kaji faktor yang menimbulkan
- anemia
- ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
- retensi produk sampah
- depresi
rasional : menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan
2. tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi : bantu jika keletihan terjadi
rasional : meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri.
3. anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
rasional : mendorong aktivitas dan latihan pada batas-batas yang dapat di toleransi dan isrirahat
yang adekuat
4. berikan terapi komponen darah sesuai indikasi
rasional : terapi komponen darah mungkin diperlukan jika pasien simtomatik
5. berikan indikasi sesuai resep mencakup suplemen zat besi dan asam folat dan multivitamin
rasional : sel darah merah membutuhkan zat besi , asam folat dan multivitamin untuk produksi

e. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan atau tahanan, gangguan
muskuloskeletal.
tujuan : mempertahankan mobilitas/fungsi optimal
kriteria hasil : menunjukan peningkatan kekuatan dan bebas dari komplikasi
(kotraktur,) dekubitus

intervensi
1. kaji keterbatasan aktivitas, perhatikan adanya keterbatasan atau keitdakmampuan
rasional : mempengaruhi pilihan intervensi
2. ubuh posisi secara sering bila tirah baring, dukung bagian tubuh yang sakit/sendi dengan bantalan sesuai
indikasi
rasional : menurunkan ketidaknyamanan, mempertahankan otot/mobilitas
sendi, meningkatkan sirkulasi dan mencegah kerusakn kulit.
3. berikan pijatan kulit., pertahankan kebersihan dan kekeringan kulit, pertahankan linen kering dan bebas
kerutan
rasional : merangsang sirkulasi, mencegah iritasi kulit
4. dorong napas dalam dan batuk tinggikan kepala tempat tidur sesuai yang diperbolehkan. ubah satu sisi
ke sisi lain.
rasional : memobilisasi sekresi, memperbaiki ekspansi paru dan menurunkan resiko
komplikasi paru contoh atelektasis, pneumonia
5. berikan pengalihan dengan tepat pada kondisi pasien contoh kunjungan radio tv atau buku
rasional : menurunkan kebosanan, meningkatkan relaksasi.
6. bantu dalam rentang gerak aktif atau pasif
rasional : mempertahankan kelenturan sendi, mencegah kontraktur dan
membantu dalan menentukan tegangan otot.
7. berikan tempat tidur busa atau kapuk
rational : menurunkan tekanan jaringan dan dapat meningkatkan sirkulasi,
sehingga menurunkan resiko iskemia/keruasakan dermal
8. implementasikan program latihan dengan tepat
rasional : penilaian menunjukan bahwa program latihan teratur mempunyai
keuntungan pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir baik secara fisik dan emosional.

f. kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.
tujuan : meningkatkan pengetahuan kondisi dan penangan yang
bersangkutan
kriteria hasil : - menyatakan hubungan antara penyebab gagal ginjal dan
konsekuensinya
- pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan kegagalan regulasi ginjal
- menanyakan tentang pilihan terapi, yang merupakan petunjuk kesiapan belajar
- menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin.
intervensi
1. kaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal kronik, konsekuensinya dan penanganannya
- penyebab gagal ginjal pasien
- pengertian gagal ginjal
- pemahaman mengenai fungsi renal
- hubungan antara cairan, pembatasan diet dengan penanganannya.(hemodialisa, dialysis peritoneal dan
transplantasi ginjal ).
rasional : merupakan instruksi dasar untuk penjelasan dan penyuluhan
lebih lanjut
2. jelaskan fungis renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai denga tingkat pemahaman dan kesiapan pasien
untuk belajar
rasional : pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan setelah
mereka siap untuk memahami dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.

3. bantu pasien untuk mengidentifiaksi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat penyakit dan
penangan yang mempengaruhi dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
rasional : pasien dapat melihat bahwa tidak harus berubah akibat penyakit
4. sediakan informasi baik tertulis maupun lisan dengan tepat tentang :
- fungsi dan kegagalan renal
- pembatasan cairan diet
- medikasi
- melaporkan masalah tanda dan gejalah
- jadwal tindak lanjut
- sumber komunikasi
- pilihan terapi
rasional ; pasien memiliki informasi yang dapat digunakan untuk
klasifikasinya di rumah

g. resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit dan akumulasi
toksin.
kriteria evaluasi : mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan
frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler.
intervensi
1. auskultasi bunyi jantung dan paru. evaluasi adanya edema perifer / kongesti vascular dan keluhan dispnea.
rasional : takikardia frekuensi jantung tak teratur, takipnea, mengi, dan edema /
distensi jugular menunujukan gagal ginjal kronik.
2. kaji adanya / derajat hipertensi : awasi tekanan darah, perhatikan perubahan postural, contoh duduk,
berbaring, berdiri.
rasional : hipertensi bermakna dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron
renin angiontensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal ). meskipun hipertensi umum, hipotensi ortostatik dapat
terjadi sehubungn dengan defisit cairan, respon terhadap obat anti hipertensi, atau temponade pericardial
uremik.
3. selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi radiasi, beratnya ( skala 0-10 ) dan apakah tidak menetap
dengan inspirasi dalam dan posisi terlentang
rasional : hipertensi dan gjk dapat menyebabkan im, kurang lebih pasien gagal ginjal kronik dengan
dialysis mengalami perikaridtis, potensial resiko efusi perikardial / temponade.
4. evaluasi bunyi jantung takanan darah, nadi perifer, pengisian kapiler, kongesti vaskuler, suhu dan sensori /
mental.
rasional : adanya hipontensi tiba-tiba, penyempitan tekanan nadi, penurunan / tak adanya nadi perifer,
distensi jugular nyata, pucat, dan penyimpangan mental cepat menunjukan tempo nadi, yang merupakan
kedaduratan medik.
5. kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas.
rasional : kelelahan dapat menyertai gjk juga anemia.
kolaborasi
1. elektrolit ( kalium, natrium, kalsium, magnesium ), bun.
rasional : ketidakseimbangan dapat mengganggu konduksi elektrikal dan fungsi jantung
2. foto dada
rasional : berguna dalam mengidentifikasi terjadinya gagal jantung atau klasifikasi jaringan lunak.
3. berikan obat anti hipertensi, contoh prazozin ( minipress ), kaptopril ( capoten ), klonodin ( catapres ),
hidralazin ( aprezoline).
rasional : menurunkan tahanan vascular sistemik dan/atau pengeluaran renin untuk menurunkan kerja
miokardial dan membantu mencegah gjk dan/atau im.
4. bantu dalam perikardiosentesis sesuai indikasi.
rasional : akumulasi cairan dalam kantung perikardial dapat mempengaruhi pengisian jantung dan
kontraktilitas miokardial menganggu curah jantung dan potensial resiko henti jantung.
5. siapkan dialisis.
rasional : penurunan ureum toksik dan memperbaiki ketidakseimbangan elektrolik dan kelebihan
cairan dapat membatasi/mencegah manifestasi jantung, termasuk hipertensi dan efusi pericardial.

h. resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal.


tujuan : menunjukan perbaikan keseimbangan cairan
kriteria hasil : keluaran urin adekuat, membrane mukosa lembab,
turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat
intervensi
1. awasi tanda-tanda vital bandingkan dengan hasil normal sebelumnya
rasional : perubahan tekanan darah dan nadi dapat di
gunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah (misalnya tekanan darah < 90 mmhg, dan nadi > 110 di duga
25 % penurunan volume atau kurang lebih 1000 ml)
2. catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya perubahan mental, kelembaban,
gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu
rasional : simtomatologi dapat berguna dalam mengukur barat
badan atau lamanya episode perdarahan. memburuknya gejala dapat menunjukan berlanjutnya perdarahan atau
tidak adekuatnya penggantian cairan.
3. observasi perdarahan sekunder misalnya hidung atau gusi, perdarahan terus menerus dari area suntikan,
ekimosis setelah trauma kecil.
rasional : kehilangan atau tidak adekuatnya penggantian
faktor pembekuan dapat mencetuskan terjadinya kid (congenital intravascular desiminata).
4. hindari kafein dan minuman karbonat
rasional : kafein dan minuman karbonat, merangsang produksi asam
hidroklorida, kemungkinan potensial perdarahan ulang
5. berikan cairan atau darah sesuai indikasi :
- darah lengkap segar/kemasan sel darah merah
rasional : darah lengkap segar diindikasikan untuk perdarahan
akut
- plasma beku segar dan atau trombosit
rasional : trombosit adalah sumber baik factor pembekuan,
penggantian trombosit dapat merangsang pembentukan trombosit pada sisi cedera.
6. awasi pemeriksaan laboratorium
- hemoglobin/hematokrit, jumlah sel darah merah
rasional : alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah dan mengawasi keefektifan terapi,
misalnya 1 unit darah lengkap harus meningkatkan hematokrit 2-3 poin
- bun/kadar kreatinin :
ra: bun > 40 dengan kadar kreatinin normal menunjukan.

i. resiko tinggi perubahan mukosa oral berhubungan dengan ulserasi mukosa.


tujua: mempertahankan integritas membran mukosa.
kriteria evaluasi : mempertahankan integritas membran mukosa.
mengidentifikasi/melakukan intervensi khusus untuk meningkatkan kesehatan mukosa oral.
intervensi
1. inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi, ulserasi.
rasional :memberikan kesempatan untuk intervensi segera dan mencegah infeksi.
2. berikan cairan sepanjang 24 jam dalam batas yang di tentukan
ras rasional : mencegah kekeringan mulut berlebihan dari priode lama tanpa masukan oral.
3. berikan perawatan mulut sering/.cuci dengan larutan asam asetik 25 %, berikan permen karet, mint
pernapasan antara makan.
ra rasional : membran mukosa dapat menjadi kering dan pecah-pecah. perawatan mulut menunjukan ,
melumasi, dan membantu menyegarkan rasa mulut, yang sering tak menyenangkan
karena uremia dan keterbatasan masukan oral. pencucian dengan asam asetik membantu mentralkan
pembentukan amonia dengan mengubah urea.
4. anjurkan hiegyne gigi yang baik setelah makan dan pada saat tidur. anjurkan menghindari floss gigi.
rasional: menurunkan pertumbuhan bakteri dan potensial terhadap infeksi. floss gigi dapat melukai
gusi, menimbulkan perdarahan.
5. anjurkan pasien menghentikan merokok dan menghindari produk/pencuci mulut lemon/gliserin yang
mengandung alcohol.
rasional : bahan ini mengiritasi mukosa dan mempunyai efek mengeringkan, menimbulkan
ketidaknyamanan.
kolaborasi
1. berikan obat-obatan sesuai indikasi, mis; anti histamine : kiproheptadin ( periactin ).
rasional : dapat diberikan untuk menghilangkan gatal.

4. pelaksanaan keperawatan
implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien (nursalam,2001)
implementasi keperawatan dibedakan atas 3 bagian berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat
secara professional sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan (nursalam, 2001)

a. independen
tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk
dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
4 tipe tindakan independen yaitu:
1) tindakan diagnostik
2) tindakan terapeutik
3) tindakan edukasi
4) tindakan merujuk
b. Interdependen
Interdependen tindakan keparawatan menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan kerjasama
dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
c. Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan tindakan medis. tindakan tersebut
menandakan suatu cara dimana tindakan dilaksanakan.
5. Evaluasi

Evaluasi adalah fase pengkajian proses keperawatan yang menilai keefektifan tindakan
keperawatan dan mengindikasi kemajuan klien terhadap tujuan pencapaian(nursalam,
2001).
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan seberapa efektifnya tindakan keperawatan itu untuk
mencegah atau mengobati respon manusia terhadap prosedur kesehatan. berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien tetah mencapai tujuan yang ditetapkan)
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai
tujuan)
c. Meneruskan rencana tindakan keprerawatan (klien memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai
tujuan).(nursalam, 2001)

Anda mungkin juga menyukai