Anda di halaman 1dari 78

EKOLOGI

Oleh:
Dra. Herlina Fitrihidajati, M.Si
Levels of Organization in Ecology
.

The branch of Biology that


developed from natural history is
called Ecology,
Ecology is the scientific study
of interactions among
organism and their
environments.
ECOSYSTEM
Ecosystem is made up of interaction among the
populations in a community s physical surrounding, or
abiotic factor.
LINGKUNGAN HIDUP
Makhluk hidup memerlukan lingkungan untuk
hidupnya. Makhluk hidup tidak dapat dipisahkan dari
lingkungannya. Lingkungan adalah segala sesuatu yang
terdapat di sekitar makhluk hidup dan berpengaruh
terhadap kehidupan makhluk hidup tersebut.
(a) (b) (c)
Gambar 1. Habitat berbagai hewan: (a) rusa di darat, (b) ikan di air,
(c) cacing di tanah

Lingkungan tempat hidup makhluk hidup tersebar di


seluruh muka bumi. Bagian bumi dan atmosfer yang
meliputi darat, air, dan udara tempat hidup organisme
disebut biosfer

Lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat di


sekitar makhluk hidup dan berpengaruh terhadap
aktivitas makhluk hidup. Tempat yang sesuai bagi
makhluk hidup untuk melakukan aktivitas hidupnya
disebut habitat.
SATUAN MAKHLUK HIDUP
DALAM EKOSISTEM
Ekosistem tersusun atas satuan makhluk hidup,
yaitu individu, populasi, komunitas, dan
ekosistem.

Individu
Individu adalah satuan makhluk hidup
tunggal.
contoh
Satu ekor ikan atau satu ekor penyu disebut
individu. Satu ganggang disebut individu.
Demikian juga dengan manusia. Seorang
manusia disebut individu.
 Populasi

Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup


menetap di suatu daerah tertentu pada waktu tertentu.
contoh

Ikan yang hidup di kolam jumlahnya lebih dari satu.

Kepadatan Populasi

Kepadatan populasi adalah banyaknya individu sejenis


dalam setiap satuan luas daerah tertentu pada waktu
tertentu.

Perubahan Populasi

Kepadatan populasi dalam suatu ekosistem dapat berubah.


Perubahan kepadatan populasi dapat disebabkan
oleh faktor kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas),
perpindahan (emigrasi), dan kedatangan (imigrasi).
Levels ?
Komunitas

Komunitas adalah kumpulan populasi makhluk hidup yang


hidup pada suatu daerah tertentu. Komunitas terdiri dari
bermacam-macam populasi. Setiap populasi terdiri dari
sejumlah individu.

Misalnya populasi ikan mas, populasi ikan mujair, populasi


eceng gondok, populasi teratai, dan populasi Hydrilla di
kolam merupakan anggota komunitas air. Di antara
anggota komunitas ini terjadi hubungan timbal balik
 Levels ?

Ekosistem
Dalam suatu habitat, selain terdapat berbagai jenis makhluk hidup (komunitas)
terdapat juga benda-benda seperti air, tanah, pasir, cahaya, matahari, dan
udara. Di antara anggota komunitas dan benda-benda tersebut terjadi
hubungan yang saling mempengaruhi.

Kesatuan ini membentuk sistem ekologi atau disebut ekosistem . Di dalam


biosfer terdapat satuan makhluk hidup.

Ekosistem adalah kesatuan komunitas dengan


lingkungan hidupnya yang membentuk hubungan
timbal balik.
 Ekosistem alami adalah ekosistem yang
terbentuk secara alamiah, misalnya danau,
rawa, laut, hutan, padang rumput, dan sungai.

 Ekosistem buatan adalah ekosistem yang


sengaja dibuat oleh manusia, misalnya waduk,
sawah, kolam, dan akuarium.

Gambar 9. Ekosistem
akuarium dengan komponen
penyusunnya yang seimbang.
 Ekosistem alami dapat dibedakan lagi
menjadi beberapa ekosistem, yaitu
ekosistem darat, air tawar, air laut, dan
pantai.
 Ekosistem darat dibedakan atas
beberapa bioma (daerah habitat) seperti
gurun, padang rumput, hutan basah,
hutan gugur, taiga, dan tundra.
 Ekosistem air tawar dibedakan atas
danau, rawa, dan sungai.
KOMPONEN-KOMPONEN EKOSISTEM

Ekosistem terdiri dari komponen penyusunnya


yang berupa produsen, konsumen, pengurai, dan
benda-benda. Dalam suatu ekosistem terdapat
dua penyusun (komponen) sebagai berikut.

Makhluk hidup meliputi tumbuhan, manusia, dan


hewan lain. Komponen ini disebut komponen
biotik.
Benda meliputi tanah, air, batu, udara, suhu,
kelembapan, dan gaya tarik bumi. Kompenen
ini merupakan komponen abiotik.
1. Kompenen Biotik
Semua hewan dan tumbuhan yang terdapat
dalam suatu ekosistem merupakan komponen
biotik. Menurut perannya, komponen ini
dibedakan menjadi 3 golongan:

• produsen (penghasil),

• konsumen (pemakai), dan

• dekomposer (pengurai).
2. Komponen Abiotik

Abiotik berasal dari kata a dan


biotik, a artinya tidak atau tanpa
dan biotik artinya hidup.
Jadi, abiotik artinya semua benda
tak hidup yang terdapat dalam
suatu ekosistem, misalnya air,
tanah, batu, pasir, udara, cahaya,
suhu, kelembapan, dan gaya tarik
bumi.
Gambar 2 Kekeringan merupakan suatu kondisi abiotik yang umum pada padang pasir akibat
kurangnya kelembaban. Ketika rumput mengalami kekeringan, mereka berubah menjadi kuning
dan tampak mati, tetapi rumput tumbuh setelah hujan turun. Beberapa jenis, sebagai misal
rumput dan herba di padang rumput mereka mempunyai pengalaman pada periode kekeringan.
1. Produsen

Produsen adalah golongan makhluk hidup yang


dapat menghasilkan makananya sendiri.
Golongan ini adalah semua tumbuhan yang
mempunyai zat hijau daun (klorofil).
Dengan bantuan sinar (matahari), tumbuhan
melakukan fotosintesis yang menghasilkan
karbohidrat dan oksigen.
Tumbuhan hijau disebut
produsen karena
dapat membuat
makanannya
sendiri.
2. Konsumen
Konsumen adalah kelompok makhluk hidup yang tidak dapat
membuat makanannya sendiri. Kelompok ini meliputi semua hewan
dan manusia.
Oleh karena itu, untuk memperoleh zat makanan, hewan dan
manusia memakan tumbuhan atau hewan lain. Misalnya ulat makan
daun, burung betet makan ulat, dan elang makan burung betet.
Untuk memperoleh makanannya, konsumen sangat bergantung
pada produsen, baik secara langsung maupun tidak langsung .
 Manusia dan hewan tidak dapat membuat
sendiri makanannya, sehingga berperan
sebagai konsumen.

 Konsumen I adalah hewan yang langsung


makan tumbuhan (produsen).
 Konsumen II adalah hewan yang makan
konsumen I.
 Konsumen III adalah hewan yang makan
konsumen II, dan seterusnya.
3. Pengurai

Pengurai (dekomposer) bertugas menguraikan kembali


zat yang terdapat dalam makhluk hidup yang sudah
mati.

Makhluk hidup yang berperan sebagai pengurai adalah


bakteri dan jamur bersifat saprofit. Makhluk hidup
saprofit merupakan makhluk yang hidup pada
sampah atau sisa makhluk hidup.
Dengan adalanya bakteri dan jamur saprofit, hewan dan tumbuhan
yang mati dibusukkan. Zat-zat yang menyusun tubuh diuraikan
menjadi sederhana dan dikembalikan ke lingkungan. Dengan
demikian, lingkunagn kita tidak ditimbuni oleh sampah tumbuhan
dan hewan yang mati. Dapatkan anda menduga apa yang terjadi
pada duni ini bila tidak ada pengurai?Bakteri dan jamur saprofit
berperan sebagai pengurai atau dekomposer.

Dari uraian tentang kompenen biotik (produsen, konsumen, dan


pengurai) dapat kita simpulkan bahwa produsen dibutuhkan oleh
konsumen I, konsumen I dibutuhkan oleh konsumen II, konsumen II
dibutuhkan oleh konsumen III, dan seterusnya. Produsen dan
konsumen yang mati akan diuraikna oleh pengurai.
Perubahan Komponen Biotik
Perubahan Komponen Biotik
Dalam suatu ekosistem, jumlah tiap-tiap komponen biotik
akan mengalami perubahan yang teratur sehingga
perbandingannya selalu tetap.
Perubahan jumlah produsen akan diikuti oleh perubahan
pada konsumen I, konsumen II, konsumen III, dan
seterusnya. Perubahan pada komponen biotik ini terjadi
secara alamiah.
Artinya, Tuhan telah mengatur alam sedemikian rupa
sehingga jumlah populasi di dalam suatu komunitas dari
waktu ke waktu seimbang. Sebagai contoh, kita lihat
keseimbangan antara populasi tumbuhan, kijang, dan
harimau dalam suatu hutan.
Gambar 7. Grafik Gambar 8. Harimau yang
perubahan komponen biotik sedang memburu mangsa.
dalam suatu ekosistem.
Kesetimbangan Ekosistem

Ekosistem merupakan kesatuan antara komponen biotik dan abiotik.


Jadi, antara produsen, konsumen, pengurai, dan benda dalam
ekosistem tersebut ada hubungan timbal balik. Ekosistem dikatakan
seimbang apabila komposisi di antara komponen-komponen tersebut
dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang dapat
bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara.
Gambar 9. Ekosistem
akuarium dengan komponen
penyusunnya yang seimbang.

Kehidupan dalam sebuah akuarium adalah contoh suatu


ekosistem. Komponen biotiknya adalah tumbuhan air, ikan, siput,
dan bakteri pengurai. Komponen abiotiknya adalah air, batu, pasir,
tanah, dan udara.
Bila komposisi komponen tersebut sudah mencapai
keseimbangan, komunitas dalam akuarium tersebut dapat
bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena adanya hubungan
timbal balik yang saling menunjang di antara komponen
penyusunnya berikut ini.
a. Tersedianya oksigen dan karbondioksida
b. Tersedianya makanan sebagai sumber energi
HABITAT, NISIA DAN
RELUNG
Di dalam ekosistem, habitat atau tempat hidup
organisme sangat erat hubungannya dengan
nisia (niche) dan relung.

a. Habitat
Tempat hidup alami organisme disebut habitat.
Habitat menyediakan makanan dan tempat
berlindung bagi makhluk hidup. Misalnya, habitat
semut hitam adalah di tanah kebun atau di semak
– semak.
b. Nisia (Niche)
Peranan makhluk hidup di habitatnya
tersebut disebut nisia, yang berhubungan
dengan jenis makan, cara mencari makan
dan waktu mencari makan. Nisia terbentuk
untuk menghindari persaingan antar species

c. Relung
Sebuah relung adalah semua strategi dan
adaptasi yang digunakan satu species
dalam lingkungannya. Hal ini terkait dengan
bagaimana spesies itu memenuhi
kebutuhannya untuk makan, bagaimana dan
di mana spesies tersebut bertahan hidup dan
berkembang biak.
Ini adalah gambar
jamur yang hidup
pada pohon yang
tumbang. Hal ini
merupakan contoh
relung
 Rangkaian dari foto tsb menunjukkan bagaimana
habitat dapat dilihat sebagai kumpulan beberapa
relung. Masing-masing spesies menggunakan
sumber daya alam yang tersedia dengan cara
berbeda-beda.

 Kelabang merupakan predator yang menangkap


dan makan kumbang dan hewan lainnya.
 Cacing tanah memperoleh energi dari bahan
organik yang dimakan melalui tanah.
 Kelabang makan daun-daun yang membusuk di
sekitar kayu.
 Semut makan serangga mati
Hubungan untuk Bertahan
Hidup
Studi-studi menunjukkan bahwa banyak spesies
mampu melangsungkan hidup karena interaksi
mereka dengan spesies lain.
Interaksi ini membantu menjaga kelangsungan hidup
pada banyak spesies. Interaksi dimana terdapat
hubungan yang dekat dan permanen antara organisme
dari spesies yang berbeda disebut simbiosis.
Simbiosis berarti hidup bersama. Tiga macam
simbiosis yaitu: mutualisme, komensalisme, dan
parasitisme.
Mutualisme
Dua spesies mendapat keuntungan dari
hidup secara berasosiasi. Hubungan
simbiotik dua spesies yang saling
menguntungkan disebut mutualisme.
Semut dan pohon akasia yang hidup pada
daerah subtropis di dunia
menggambarkan hubungan secara
mutualisme
Komensalisme
 Komensalisme merupakan hubungan simbiotik
yang mana satu spesies mendapat keuntungan
dan yang lain tidak dirugikan atau tidak
diuntungkan.
 Hubungan secara komensalisme terjadi diantara
spesies hewan dan tumbuhan juga. Lumut
spanyol semacam tumbuhan berbunga yang
tumbuh itu sendiri pada cabang pohon seperti
ditunjukkan pada Gambar 8 Anggrek
Anggrek tumbuh dan menggantung pada kulit pohon tetapi tidak
memperoleh nutrien atau ,menyebabkan kerugian pada pohon.
Parasitisme
 Beberapa interaksi merugikan satu spesies, sedangkan
spesies yang lain mendapat keuntungan. Apakah
Anda pernah mempunyai anjing atau kucing yang
diserang kutu? Kutu yang terdapat pada Gambar 9
merupakan contoh parasit.
 Hubungan simbiosis yang salah satu anggota
mendapat keuntungan dari spesies lain (inang)
disebut paraasitisme. Parasit dalam beberapa cara
merugikan, teetapi biasanya tidak sampai membunuh
spesies inang
Kutu adalah parasit penghisap darah. Beberapa
penyakit dipindahkan kutu ke mereka memperoleh
KESEIMBANGAN DAN DAYA LENTING
EKOSISTEM
Ekosistem merupakan kasatuan antara
komponen biotik dan abiotik. Kedua
komponen tersebut saling mempengaruhi
sehingga tercipta keseimbangan. Akan tetapi,
tidak selamanya ekosistem berada dalam
keadaan seimbang.
 Keseimbangan Ekosistem
Ekosistem akan seimbang (stabil) jika
komposisi penyusun ekosistem tersebut
seimbang. Ekosistem yang seimbang akan
bertahan lama.
 Daya Lenting Ekosistem
Untuk mengatasi gangguan tersebut, ekosistem
yang seimbang tersebut memiliki daya lenting.
Daya lenting adalah kemampuan ekosistem
eksistem untuk pulih kembali ke keadaan seimbang
(stabil).
Misalnya, pohon tua yang ada di hutan tumbang
akibatnya ruang di tempat pohon tumbang tersebut
menjadi terbuka sehingga cahaya matahari dapat
mencapai adasar hutan.
Dengan demikian tumbuhan kecil yang semula
terlindung akan tumbuh dengan cepat. Akibatnya
akan terjadi kompetisi antar individu yang tumbuh.
Tumbuhan yang tumbuh lebih cepat akan menutupi
ruangan yang terbuka. Setelah itu akan tercapai
keseimbangan baru. Dengan demikian, ekosistem
itu memiliki daya lenting.
ORGANISME AUTOTROF DAN
HETEROTROF
ORGANISME AUTOTROF
Organisme yang dapat membuat makanan
sendiri dengan mengambil bahan anorganik dari
lingkungannya dan mengolahnya di dalam tubuhnya
disebut organisme autotrof. Autotrof berasal dari
kata autos, artinya sendiri; dan trophe, artinya
makanan.
Semua tumbuhan yang mempunyai klorofil
disebut organisema autotrof karena dapat membuat
sendiri makanannya. Makanan yang dihasilkannya
tidak hnaya digunakan sendiri, tetapi digunakan juga
oleh makhluk hidup lain. Organisme seperti ini
dikenal sebagai produsen (penghasil).
 Proses Pembuatan Makanan oleh Tumbuhan Hijau

Dengan bantuan energi cahaya (matahari) tumbuhan hijau membuat makanannya sendiri. Pembuatan
makanan hanya tejadi pada bagian tumbuhan yang mengandung klorofil. Pada tumbuhan tingkat tinggi
(tumbuhan paku dan tumbuhan biji), klorofil terdapat pada sel batang muda, buah yang belum
matang, dan daun. Organ-organ tersebut merupakan tempat terjadinya fotosintesis.

Dalam proses pembuatan makanan, tumbuhan memerlukan karbon dioksida, air, dan cahaya. Bahan-
bahan ini diperoleh dari lingkungan.
Cahaya
Air + karbon dioksida karbohidrat + oksigen
(H2O) (CO2) klorofil (C6H12O6) (O2)

Gambar 10. Pada saat fotosintesis,


karbon dioksida dan air (keduanya
merupakan bahan baku) bereaksi
menghasilkan karbohidrat (produk akhir)
dan oksigen (produk sampingan)
ORGANISME HETEROTROF
Manusia dan hewan merupakan organisme yang
tidak berklorofil; tidak dapat membuat sendiri
makanannya. Untuk memperoleh zat
makanan, mereka makan tumbuhan dan
hewan lain. Jadi, secara langsung atau tidak
langsung semua makhluk hidup tergantung
pada tumbuhan hijau.
Organisme yang mendapat makanan dari
makhluk hidup lain disebut organisme
heterotrof, dan di dalam ekosistem bertindak
sebagai konsumen. Heterotrof berasal dari
kata heteros, artinya makanan. Berdasarkan
jenis makanannya, hewan dibagi dalam tiga
kelompok besar, yaitu herbivor, karnivor, dan
omnivor.
 Herbivor
Herbivor adalah hewan pemakan tumbuhan. Herbivor berasal dari
kata herba, artinya tumbuhan; dan vorare artinya makan. Contoh
hewan pemakan tumbuhan antara lain kambing, sapi, kijang,
kelinci, dan ulat pemakan daun.
 Karnivor
Karnivor merupakan hewan pemakan
daging. Karnivor berasal dari kata caroi,
artinya daging; dan vorare artinya
makan. Contoh hewan karnivor antara
lain harimau, kucing hutan, anjing, dan
burung elang.
 Omnivor
Omnivor adalah hewan pemakan segala
makanan, baik tumbuhan maupun
daging. Omnivor berasal dari kata omnia
artinya semua; dan vorae artinya makan.
Contoh makhluk hidup ini antara lain
babi dan ayam. Manusia termasuk
omnivor karena selain makan sayuran
juga makan daging.
Tumbuhan Heterotrof
Dalam klasifikasi tumbuhan ada tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil, misalnya jamur
dan tali putri. Kedua tumbuhan tersebut tidak dapat berfotosintesis sehingga kebutuhan
makanannya diperoleh dari makhluk hidup lain.

Untuk mendapatakan makanan, jamur menguraikan tumbuhan dan hewan yang mati atau
hidup. Gambar 12 adalah jamur Mucor yang hidup pada makanan (roti). Untuk memperoleh
makanan, jamur menjulurkan hifanya ke dalam roti dan mengeluarkan enzim. Enzim tersebut
akan menguraikan roti. Roti yang sudah diuraikan akan diserap oleh hifa.

Gambar 12. Mucor memperoleh makanannya dengan cara menguraikan


makanan yang sudah basi atau busuk
SALING
KETERGANTUNGAN
Di antara komponen-komponen ekosistem terjadi saling ketergantungan.

 SALING KETERGANTUNGAN ANTARA KOMPONEN


BIOTIK DAN ABIOTIK

Itik memerlukan udara untuk bernapas. Demikian juga dengan


hewan lainnya. Tumbuhan selain membutuhkan udara untuk
bernapas juga membutuhkan cahaya untuk berfotosintesis.
Bagaimana halnya dengan manusia? Manusia membutuhkan
udara, air, tanah, dan lingkungan untuk hidupnya.
Udara, air, cahaya, dan tanah merupakan
komponen abiotik. Tumbuhan, manusia, dan
hewan merupakan biotik.

Gambar 14. Saling


ketergantungan antara makhluk
hidup dengan lingkungan
abiotiknya.
Salah satu unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan hijau
untuk berfotosintesis adalah cahaya (misalnya cahaya
matahari). Pada proses fotosintesis, tumbuhan
mengeluarkan oksigen. Oksigen yang dikeluarkan oleh
tumbuhan diperlukan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan
untuk bernapas. Saat bernapas makhluk hidup
mengerluarkan karbon dioksida dan uap air. Karbon
dioksida merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh
tumbuhan hijau untuk berfotosintesis. Demikian seterusnya,
proses saling ketergantungan terus berlangsung.
Gambar 15. Ketika membuat liang, cacing tanah memakan
tanah. Sebagian tanah yang dimakannya dicernakan dan sebagian
lainnya dikeluarkan dalam bentuk remah-remah. Pada saat cacing
tanah membuat liang, terjadi pencampuran lapisan-lapisan tanah,
sehingga tanah menjadi subur. Selain itu, kegiatan cacing tanah
menimbulkan rongga udara dalam tanah.
 Komponen biotik dapat pula mempengaruhi komponen abiotik.
Contohnya adalah sebagai berikut.

 Tanah yang padat dan tandus setelah dicangkul dan dipupuk oleh
manusia menjadi gembur dan subur sehingga dapat ditanami.

 Cacing menggemburkan tanah. Gerakan cacing tanah menimbulkan


rongga udara dalam tanah, sehingga tersedia udara yang diperlukan oleh
akar tumbuhan (lihat Gambar).

 Akar pohon dapat menyerap dan menahan air hujan, sehingga jika hujan
tanah tidak tererosi dan tidak terjadi banjir. Apa yang terjadi kalau hutan
ditebang habis tanpa penanaman kembali?
 Ada beberapa komponen abiotik yang tidak dapat dipengaruhi oleh
faktor biotik, yaitu gaya tarik bumi, cahaya matahari, dan tekanan udara.
HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN

Gambar 16. Saling ketergantungan antarkomponen biotik dalam suatu ekosistem


 kelinci (konsumen) tergantung pada
tumbuhan hijau (produsen) karena kelinci
memakan rumput. Selanjutnya, kelinci
mengeluarkan kotoran, dan kotoran kelinci
akan diuraikan oleh pengurai menjai zat-zat
hara. Zat-zat hara diserap oleh akar
tumbuhan hijau.

 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan


bahawa di dalam kehidupan ini terjadi saling
ketergantungan di antara komponen-
komponen penyusunnya. Saling
ketergantungan tersebut membentuk suatu
lingkaran yang tidak putus.
Konsumen tergantung pada produsen. Produsen dan
konsumen yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi
zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan (produsen). Hasil
fotosintesis dari produsen diperlukan oleh konsumen,
demikian seterusnya.
1.Rantai Makanan
Hewan pemakan tumbuhan disebut konsumen
pertama. Hewan pemakan konsumen pertama
disebut konsumen kedua. Hewan pemakan
konsumen kedua disebut konsumen ketiga, dan
seterusnya. Konsumen yang tidak dimakan lagi oleh
konsumen lainnya disebut konsumen puncak.
Walaupun konsumen puncak tidak dimakan lagi
oleh konsumen lain, konsumen puncak pada
akhirnya akan mati dan diuraikan oleh pengurai.
Peristiwa tumbuhan dimakan konsumen pertama,
konsumen pertama dimakan konsumen kedua,
konsumen kedua dimakan konsumen ketiga, dan
seterusnya membentuk suaru rangkaian memakan
dan dimakan. Rangkaian proses memakan dan
dimakan ini disebut rantai makanan.
Gambar 18. Rantai makanan mewakili salah satu kemungkinan perpindahan
materi dan energi pada ekosistem.
2. Arus Energi dalam Rantai Makanan
Semua kegiatan makhluk hidup seperti bergerak,
tumbuh, dan berkembang biak selalu membutuhkan
tenaga. Tenaga atau energi adalah kemampuan untuk
melakukan usaha atau kegaitan. Energi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan. Energi hanya dapat berubah
dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain.
Dari manakah makhluk hidup memperoleh energi
sehingga ia daapt melakukan kegiatan hidup? Sumber
energi di dunia adalah matahari. Melalui fotosintesis,
tumbuhan hijau dapat mengubah energi cahaya matahari
menjadi energi kimia yang tersimpan dalam bentuk
makanan. Dengan energi inilah tumbuhan dapat
melakukan kegiatan hidupnya.
Gambar 20. Pada rantai makanan ini terjadi perpindahan energi dari
tumbuhan air ke anak itik, lalu ke penyu pemakan daging.

Bila tumbuhan dimakan konsumen pertama, maka energi yang berada di dalam tumbuhan akan berpindah
ke dalam tubuh konsumen pertama. Selanjutnya, jika konsumen pertama dimakan oleh konsumen kedua,
maka energi yang berada dalam tubuh konsumen pertama akan berpindah ke dalam tubuh konsumen
kedua. Demikian seterusnya sehingga terjadi perpindahan energi.

Jadi, dalam rantai makanan terjadi perpindahan energi, yaitu dari produsen pindah ke
konsumen pertama, dari konsumen pertama pindah ke konsumen kedua, dari konsumen
kedua pindah ke konsumen ketiga, dan seterusnya .
3. Jaring-jaring Makanan

 Dalam kehidupan sehari-hari, peristiwa


memakan dan dimakan tidak sesederhana
contoh yang telah dikemukakan di atas.
Hewan tidak hanya memakan satu jenis
makanan. Misalnya, padi tidak dimakan
oleh tikus saja, tetapi juga oleh ayam,
burung, dan hewan lain. Ular tidak hanya
makan tikus, tetapi dapat juga makan
burung, kelinci, atau ayam.
 Dalam kehidupan, rantai makanan dapat
saling berhubungan satu sama lain
membentuk jaring-jaring yang cukup
kompleks, maka diseubt jaring-jaring
makanan. Gambar 21 memperlihatkan
contoh jaring-jaring makanan.
Gambar 21. Jaring-jaring makanan ini menggambarkan hubungan memakan dan
dimakan dalam suatu ekosistem. Tanda panah menunjukkan arah perpidahan energi.
 Pada jaring-jaring makanan dalam
Gambar 21, rumput, semak-semak,
dan pohon yang berperan sebagai
produsen dimakan oleh berbagai
macam hewan yang berkedudukan
sebagai konsumen I. Sebagai contoh,
rumput tidak hanya dimakan oleh
kelinci, tetapi juga dimakan oleh
tikus. Konsumen I dimakan oleh
berbagai hewan konsumen II,
misalnya tikus dimakan ular, singa
gungung, dan elang. Bila produsen,
konsumen I, dan konsumen II mati,
maka diuraikan oleh pengurai
Jadi, jaring-jaring makanan pada Gambar 21 terdiri
dari 12 rantai makanan yang saling berhubungan:
1. Rumput  kelinci  ular  pengurai.
2. Rumput  kelinci  singa gunung  pengurai.
3. Rumput  kelinci  elang  pengurai.
4. Rumput  tikus  ular  pengurai.
5. Rumput  tikus  singa gunung  pengurai.
6. Rumput  tikus  elang pengurai.
7. Semak-semak  tikus  ular  pengurai.
8. Semak-semak  tukus  ular  pengurai.
9. Semak-semak  tikus  elang  pengurai.
10.Semak-semak  burung pemakan biji  elang 
pengurai.
11.Semak-semak  kijang  singa gunung  pengurai.
12.Pohon  kijang  singa gunung  pengurai.
4. Piramida Ekologi
Di dalam ekosistem, jumlah organisme yang
menempati setiap tingkatv trofik tidak sama. Organisme
yang menempati tingkat I jumlahnya paling banyak.
Semakin tinggi tingkat trofiknya, akan semakin sedikit
jumlahnya. Hal yang demikian dapat digambarkan dalam
bentuk piramida ekologi yang ujungnya semakin
meruncing.
Untuk kelangsungan hidupnya, setiap makhluk hidup
memerlukan makanan, sehingga dalam kehidupan ini
terjadi peristiwa memakan dan dimakan. Peristiwa
memakan dan dimakan dalam kehidupan disebut jaring-
jaring kehidupan.
Gambar 22. Terjadi penyusutan energi sebesar 90% pada setiap tingkat kehidupan.

Di dalam jaring-jaring kehidupan, energi yang ada pada


makanan akan berpindah dari satu makhluk hidup ke makhluk
hidup lainnya. Jumlah energi yang berpindah sebagian kecil
saja.
Dalam rantai makanan, energi ada yang digunakan untuk
pertumbuhan, dikeluarkan sebagai zat sisa, dan dilepas sebagai
panas. Hanya 10% (sepersepuluh) energi disimpan dalam
tubuh organisme tersebut. Jumlah energi sepersepuluh inilah
yang tersedia bagi organisme yang memangsanya.
Gambar 23. Contoh perpindahan energi dalam beberap rantai
makanan (angka yang tertera pada gambar hanya berupa
perumpamaan)
Penyusutan energi sebesar 90% pada
setiap tingkat trofik merupakan jawaban
mengapa dalam suatu ekosistem terdapat
lebih banyak tumbuhan daripada herbivor;
dan lebih banyak herbivor daripada
karnivor. Atau dengan kata lain, agar
rantai makanan dalam suatu jaring-jaring
kehidupan dapat berlanjut, maka jumlah
produsen harus lebih banyak daripada
jumlah konsumen I; jumlah konsumen I
lebih banyak dari jumlah konsumen II;
jumlah konsumen II harus lebih banyak
dari jumlah konsumen III; dan seterusnya.
Bila keadaan ini digambarkan, maka akan
membentuk suatu piramida yang disebut
piramida makanan.
 Sebagai contoh, coba anda perhatikan rantai
makanan sebagai berikut ini.
Daun  ulat  burung kecil  burung
elang.
 Bila burung kecil terserang wabah penyakit
sehingga banyak yang mati, maka jumlah
ulat akan meningkat karena pemangsanya
berkurang.
 Meningkatnya jumlah ulat menyebabkan
banyak pohon yang mati karena daunnya
habis dimakan oleh ulat.
 Pertumbuhan dan perkembangbiakan
burung elang terganggu pula karena
makanannya (burung kecil) berkurang,
sehingga jumlah burung elang semakin
sedikit.
 Piramida ekologi dibedakan menjadi piramida jumlah,
piramida biomassa dan piramida energi. Piramida
jumlah menggambarkan jumlah organisme yang
menempati setiap tingkat trofik. Produser menempati posisi
terbawah karena jumlahnya terbanyak. Semakain tinggi
tingkat trofiknya semakin sedikit jumlah organismenya.
 Piramida biomassa menggambarkan jumlah berat total
organisme yang menempati setiap tingkat trofik.
 Piramida energi mengambarkan jumlah energi yang
terkandung dalam setiap tingkat trofik.
KEGIATAN EKSPERIMEN
PENGARUH DERAJAT KEASAMAN ( pH)
TERHADAP PERTUMBUHAN (PERKECAMBAHAN) TANAMAN
KACANG HIJAU

Tujuan : Menjelaskan peranan komponen abiotik dalam


ekosistem

Setiap organisme dari satu spesies mempunyai kisaran


nilai adaptasi optimal yang spesifik terhadap faktor abiotik
untuk mendukung kelangsungan hidup 9pertumbuhan) pada
habitatnya. Misalnya, tanaman kacang hijau dapat hidup secara
ideal pada media tanam tanah dengan derajat keasaman (pH)
6–7. Derajat keasaman menunjukkan jumlah ion H yang
terdapat pada tanah ataupun air. Di lingkungan , pH air hujan
yang normal adalah 5,8–6 sedangkan pada hujan asam
menunjukkan pH dibawah angka tersebut. Hal ini akan
mempengaruhi kondisi lingkungan baik biotik maupun abiotik
Mungkinkah pH mempengaruhi pertumbuhan tanaman ?
Lakukan eksperimen untuk mencari tahu.
Prosedur :
 Siapkan air dengan pH 6, 4 dan 2, dengan cara menambahkan
larutan cuka pada air sampai diperoleh pH yang telah ditentukan.
Masukkan air dalam wadah (gelas) dengan volume yang sama.
Masing–masing gelas diberi label A untuk pH 6 , B untuk pH 4 dan C
untuk pH 2.
 Siapkanlah 60 biji kacang tanah . Rendam biji dalam air dengan pH
yang sudah ditentukan masing–masing 20 biji selama 30 menit.
 Siapkan 3 cawan dengan dialasi kapas, masing–masing diberi label
A, B dan C. Basahi kapas dengan air sesuai perlakuannya. Kemudian
letakkan biji–biji tersebut sesuai perlakuannya. Basahi kapas dengan
air tersebut setiap hari dengan volume yang sama.
 Periksalah biji 7 hari kemudian. Hitung jumlah biji pada masing–
masing perlakuan yang menunjukkan tanda–tanda pertumbuhan
misalnya jumlah perkecambahan, jumlah daun dan tinggi tanaman.
Catat data tersebut.
 Perhatian : jangan lupa mencuci tangan setelah mengambil biji dan
meletakkan biji.
Analisis:
1. Mengamati dan inferensi. Amati dan hitunglah jumlah
(persentase) perkecambahan serta tabulasikan dalam
tabel data tersebut.
2. Analisislah apakah kecepatan pertumbuhan dan
kualitas pertumbuhan berbeda antara 3 perlakuan itu
? Bila ya, bagaimana ?
3. Menyimpulkan. Sebutkan faktor tak hidup yang diuji
dalam eksperimen ini. Sebutkan faktor hidup yang
dipengaruhi ?
4. Inferensi. Apakah semua biji merespon terhadap
perbedaan pH dengan cara yang sama ? Bagaimana
Anda mencari tahu ? Adakah upaya yang bisa
dilakukan untuk mencegah terjadinya hujan asam?
Bagaimana caranya ?
LATIHAN :
merancang,melakukan,menganalisis


dan
Butlah rumusan masalah
menyimpulkan.
KEGIATAN EKSPERIMEN : pengaruh konsentrasi deterjen terhadap kematian Ikan

 Tentukan variabel manipulasi, variabel respon dan variabel kontrol


 Buatlah rancangan percobaan dan prosedurnya
 Tentukan parameter yang diamati.
 Lakukan dan amatilah.
 Analisilah data yang ada
 Buatlah simpulan
LATIHAN : Interpretasi Data
Hasil dari suatu pengamatan 2 kelompok siswa terhadap populasi di lahan
kebun sekolah A dan kebun sekolah B, masing-masing dengan menggunakan kuadrat
ukuran 1 x 1 m diperoleh data sebagai berikut:
Sekolah No. Populasi Jumlah Individu
1 Teki 25 batang
2 Krokot 14 batang
A
3 Vernonia 10 batang
4 Semut Hitam 16 batang
1 Krokot 25 batang
B 2 Vernonia 15 batang
3 Semut Hitam 10 batang

Berdasarkan data tersebut :


1. Jelaskan kategori tingkatan satuan makhluk hidup yang ada. Mengapa?
2. Hitung berapa macam jenis populasi yang menyusun komunitas
tersebut?
3. Hitung kepadatan populasinya ?
4. Berdasarkan jumlah macam populasi yang ada dalam kebun,
bagaimanakah keanekaragaman populasi di kebun tersebut ?
5. Apakah tanaman yang ada di kebun sekolah A satu populasi dengan
kebun sekolah B? Jelaskan!
LATIHAN : Uji Diri
 Bedakan antara habitat, nisia, dan relung melalui satu
contoh komunitas!
 Ajukan satu upaya untuk mengatasi masalah kebakaran
hutan dengan menerapkan konsep keseimbangan
ekosistem dan daya lenting ekosistem!
 Bedakan organisme autrotof dan heterotrof serta
berikan contohnya!
 Jelaskan bahwa dalam rantai makanan dan jaring-jaring
makanan ada aliran energi!
 Jelaskan perbedaan mendasar antara piramida jumlah,
piramida biomassa dan piramida energi!
 Bedakan pola-pola interaksi organisme dalam
ekosistem melalui contoh!

Anda mungkin juga menyukai