Anda di halaman 1dari 47

JOURNAL READING

Pembimbing:
dr. Oktina Rachmi Dachliana, Sp. Rad

Penyusun:
Intan Christinasari
30101306968
IDENTITAS JURNAL

• Judul Jurnal : “Emergent Pediatric


US: What Every Radiologist Should Kno
w”
• Penulis : Jonathan R. Cogley,
MD et. all
• Penerbit : Department of Radiol
ogy, Baystate Medical Center and Childre
n’s Hospital, Western Campus of Tufts Un
iversity School of Medicine.
• Tahun terbit : Mei-Juni 2012
Abstract
• pemeriksaan imaging abdomen pada pasien anak. Meskipun penggunaan computed tomography
telah meningkat selama 2 dekade terakhir, anak-anak sangat beresiko untuk efek buruk radiasi i
onizing, dan bahkan radiasi dosis rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker yang kecil
namun signifikan.

• Apendisitis, intususepsi, dan stenosis pilorus hipertrofik (HPS) adalah tiga alasan melakukan
Di sebagian besar unit gawat darurat, penggunaan imaging resonansi magnetik (MR) sebagai
modalitas utama untuk evaluasi anak dengan nyeri perut tetap tidak praktis karena biayanya
yang tinggi, ketersediaannya yang terbatas, dan seringnya perlu sedasi. Ultrasonografi (US)
tidak melibatkan radiasi ionizing dan relatif murah, tersedia secara luas, dan tidak memerlukan
sedasi. Keuntungan utama lain dari US dalam imaging abdomen adalah memungkinkan penilai
an dinamis dari gerak peristaltik dan kompresibilitas usus.

• Diagnosis tertunda dari salah satu proses penyakit tersebut dapat menyebabkan morbiditas yang
serius dan, dalam beberapa kasus, kematian.
Introduction
Pengguanaan Computed Tomography (CT) meningkat selama 2
decade terakhir, dan lebih dari 7 juta penelitian yang menggunakan
CT pada anak-anak yang dilakukan setip tahun.

Anak-anak sangat berisko tinggi terhadapa efek yang merugikan


dari radiasi ioizing, bahkan dosis rendah juga berkaitan dengan sed
ikit peningkatan namun secara signifikan dapat meningkatkan resi
ko terkena kanker seumur hidup.
Penggunaan Magnetic Resonace (MR) dapat digunakan untuk mengevaluasi penyakit pada abdomen tanp
a menggunakan radiasi ionizing. Namun masih tidak praktis karena biaya mahal, ktersediaan alat terbatas, d
an sering membutuhkan sedasi untuk mendapatkan gambar yang bekualitas untuk keperluan diagnostic pad
a anak-anak.
Ultrasonografi (US) tidak melibatkan radiasi ionizing dan harganya relative murah, tersedia secara luas, d
an dapat dilakukan tanpa perlu sedasi.
Pada artikel ini akan membahas teknik yang tepat ultrasonografi (US), karakteristik imaging, kriteria diag
nostic pada penyakit Appendicitis, intususepsi dan stenonsis pylorus hipertrofik (HPS).
01 Appendicitis

02 Intususepsi

03 Hypertropic Pyloric
Stenosis
APPENDICITIS
• Appendicitis merupakan kondisi umum yang membutuhkan
tindakan bedah pada anak-anak. Appendicitis bisa terjadi
pada semua umur namun insiden tertinggi pada anak-anak
usia 5 tahun dan 15 tahun.
• Usus buntu terjadi kerena obstruksi lumen appendix. Hal ini
menyebabkan lumen menjadi distensi, tekanan dindingnya
meningkat, dan penurunan perfusi pada mural.
• Gejala klasik nya yaitu nyeri di periumbilikalis kemudian
berpindah ke kuadran kanan bawah pada titik Mc Burney ya
ng dirasakan selama 12-24 jam, dapat terjadi penurunana na
fsu makan (anoreksia), leukositosis kadang dijumpai dema
m ringan.
• Pada anak-anak mereka tidak dapat menjelaskan gejalanya s
ampai di temukan tanda klinis appendicitis di 1/3 atipikal.
•Pada Appendicitis ahli radiologi dapat melakukan pemeriksaaan ultrasonografi dan merupakan
pemeriksaan yang ideal karena appendix awalnya bisa diabaikan namun hal ini bisa menjadi temu
an untuk diagnostic namun pemeriksaan ini tidak selalu menjadi kelayakan. Kegagalan teknis bisa
terjadi pada pasien obesitas dan nyeri parrah sehingga membatasi kompresi.
•Pemeriksaan USG appendix menggunakan resolusi tinggi linear array transducer (5-12 MHz).
•Tekanan dari probe untuk menggantikan bowel loop. Tingkatan penekanan bisa membantu memb
edakan lipatan normal usus dari inflamasi. Penanda dari anatomi harus terlihat termasuk caecum,
iliac vessels, dan musculus psoas.
•Appendix normal mempunya ukuran dinding 6 mm atau kurang, dan lumen nya colla
pse dan kompresi dibagian bawah. Perlu upaya untuk melihat ujung bulbous appendi
x, karena appendiks distal bisa terlewatkan.
•USG yang paling akurat untuk menemukan akut appendicitis yaitu diameter diding lu
ar ukuran lebih besar dari 6mm dan kompresi dibagian bawah. Temuan USG appendic
itis yang kurang sensitif dan spesifik yaitu hiperemia di dalam dinding appendiks pada
gambar Doppler berwarna, lemak periappendiceal yang meradang echogenik, dan ada
nya appendicolith (Fig 2).
• Adanya appendicolith pada anak dengan appendicitis telah dikaitkan den
gan perforasi sebelumnya, dan tingkat perforasi yang lebih tinggi. Apendi
ks mungkin tidak dikenali sebagai struktur diskrit jika perforasi telah terj
adi.
• Gejala klinis dan penemuan sekunder menggunakan USG bisa membantu
menegakkan diagnosis, meskipun seperti komplikasi lebih baik mengguk
an CT (Fig 3,4).
• Adenitis mesenterika dilaporkan sebagai penyebab umum kedua nyeri R
LQ setelah appendicitis. Gejalanya mirip seperti appendicitis, namun ini
merupakan kondisi ringan dan dapat sembuh sendiri. Termuan USG pem
ebsaran multiple RLQ lifenodi mesenterika dengan tidak adanya penyakit
lain (Fig 5a).
• Gejala nonsurgical lain dari appendicitis adalah infeksi terminal ileitisileocecitis atau inflam
asi. Timbulnya gejala akut menyerupai appendicitis. Ileum terminal yang menebal mungkin
merupakan satu-satunya temuan di USG (Fig 5b). Pada penyakit ini peristaltic berkurang ata
u bahkan tidak ada. Sebaliknya pada appendicitis yang meradang yaitu apperistaltik dan tida
k terkompresi.
• Jika diagnosis samar-samar pada USG, penggunaan imaging CT atau MR dapat membantu
menghindari pembedahan yang tidak perlu.
INTUSUSEPSI
• Intususepsi adalah suatu kondisi yang biasanya terjadi pada anak-ank antara 6 bulan dan 2tahun.
• Terias klinis klasik terdiri dari : nyeri perut kolik akut, feses yang berdarah (seperti jelly kismis
), teraba massa di abdomen atau muntah. Namun tidak semua anak-anak muncul dengan trias ya
ng lengkap, maka dari itu diperlukan pemeriksaan imaging untuk menegakkan diagnosis. Adan
nya Curvelinier massa intraluminal di kuadran kanan atas sangat spesifik untuk intususepsi (fig
6a).
• Pemeriksaan radiography konvensional dapat dilakukan pada pasien yang d
iduga memiliki intususepsi. Radiografi dapat membantu mengidentifikasi pne
umoperitoneum jika ada gejala yang lama (> 2-3 hari) atau tanda-tanda perito
nitis.
• Colon bisa dilacak dengan transduser linear-array frekuensi tinggi (5-12 M
Hz). RLQ — atau, lebih khusus lagi, sekum — dipilih sebagai titik awal, kem
udian colon lalu ditelusuri ke arah distal ke rektum. Sebagian besar intususeps
i adalah ileocolic dan ditemukan di wilayah subhepatik kanan
• Probe diletakan secara tranversal, dengan tambahan melihat daerah lain ya
ng diperlukan. Jika dilihat secara transversal, terlihat lapisan hypoechoic kons
entris dan echogenik layers dari intususepsi memiliki gambaran yang biasanya
disebut sebagai "target" atau "donat“ sign (fig 6b).
• Gambar longitudinal dapat diperoleh untuk mengkonfirmasi gambaran bo
wel within bowel. Jika intususepsi melengkung atau gambaran secara obli
q, "pseudokidney" sign dapat ditemukan (fig 6c).
• Intussuscipiens (“receiving loop") yang berisi intussusceptum yang dilipat
("loop donor"), yang memiliki dua komponen: bagian tengahnya memasu
ki usus dan edematosa yang kearah perifer (fig 7).
• Namun, intususepsi small bowel biasanya berdiameter lebih kecil daripad
a intususepsi ileokolik, lebih terletak di central abdoment.
• Kebanyakan kasus intususepsi pada masa kanak-kanak adalah idiopatik, ta
npa kelainan anatomi kecuali hipertrofi jaringan limfoid. Terjadinya intus
usepsi berulang adalah merupakan indikasi untuk manajemen bedah (Fig
8).
• Pilihan pengobatan awal pilihan untuk intususepsi adalah pengurangan no
nsurgical dengan udara atau enema hidrostatik. Ketika dilihat di US, caira
n yang terperangkap di antara lapisan intususepsi (fig 9) telah terbukti ber
korelasi dengan (a) kemungkinan kegagalan yang lebih besar pada pengur
angan enema, (b) iskemia usus, atau (c) titik point utama, dibandingkan de
ngan kasus di mana cairan tersebut tidak ada.
HYPERTROPHIC PYLORIC STENOSIS
• Muntah nonbilious awalnyaa sering keliru dengan
gastroesophageal reflux . Hipertrofi otot pilorus
menyebabkan obstruksi saluran keluar lambung da
n muntah yang kuat atau proyektil setiap setelah m
enyusui.
• Penting untuk membedakan antara emesis bilious
dan nonbilious.
• Bayi yang mengalami emesis bilious harus dieval
uasi penyebab obstruksi , termasuk malrotasi deng
an volvulus midgut, yang diagnosisnya bisa terle
wat atau tertunda sehingga dapat menyebabkan m
aslah yang serius.
• Diagnosis HPS yaitu dilakukan palpasi massa seperti olive-shaped di epigastrium yan
g menunjukan penebalan pilorus .
• US sekarang diterima secara luas sebagai opsi lini pertama karena dapat dilakukan de
ngan cepat dan sangat akurat, dengan sensitivitas dan spesifisitas mendekati 100% un
tuk orang
• Pyloric US dilakukan dengan menggunakan transduser linear-array resolusi tinggi (5-
12 MHz) yang diposisikan dalam transversal oblique yang sejajar dengan margin kos
ta terbawah kanan. Liver digunakan sebagai acoustic window untuk menghilangkan b
ayangan yang disebabkan oleh gas di distal perut. Posisi atas probe sedikit membent
uk sudut ke bawah untuk memvisualisasikan pilorus.
• Penebalan abnormal otot pilorus yang persisten adalah parameter terpenting dalam m
enegakkan diagnosis HPS. Obstruksi saluran keluar lambung , dapat menyebabkan p
erut tetap mengalami distensi beberapa jam setelah pemberian makan terakhir bayi (G
br 12).
• Gambaran HPS pada long axis US images telah disebut sebagai tanda "serviks" oleh beberap
a penulis karena kemiripannya dengan serviks uterus (fig 13a) .
• nilai ambang ketebalan otot pylorus untuk diagnosis HPS umumnya lebih besar dari 3-4 mm.
• Ukuran Panjang yang tidak normal biasanya berkisar 14 mm hingga lebih dari 20 mm
• Kesulitan dalam penilaian untuk HPS adalah overdistensi lambung, yang menggantikan antru
m dan pilorus posterior dan dapat menyebabkan hasil negatif palsu. Dekompresi lambung den
gan enteric tube, meskipun invasif, dapat menjadi metode yang efektif untuk mengoptimalkan
pemeriksaan.
CONCLUSION

• USG adalah alat yang penting dalam evaluasi kondisi perut anak se
perti radang usus buntu, intususepsi, dan HPS. Kurangnya radiasi io
nizing membuat US sebagai skrining yang ideal atau tes pilihan pad
a pasien ini. Penilaian US untuk kondisi ini harus dianggap sebagai
bagian dari keterampilan radiologi yang ditetapkan untuk praktik ap
a pun termasuk populasi anak-anak. Dengan latihan, seseorang dapa
t dengan cepat belajar bagaimana mendiagnosis atau meng exclude
setiap kondisi dengan percaya diri.
Foto polos abdomen
OMD (Oesophagus Maag Duodenum)
INDIKASI & KONTRA INDIKASI
INDIKASI KONTRA INDIKASI
• Dispepsia • Alergi terhadap zat kontras
• Massa di abdomen bagian atas • Kehamilan
• Perdaraha GIT
• Obstruksi total dari saluran cerna
• Obstruksi parsial bawah
• Penilaian lokasi perforasi (zat kontras
water soluable)
• Divertikulum
• Tumor gaster, gastritis
• HPS
• Hernia esofagus
Teknik OMD
• Merupakan teknik pemeriksaan radiologi saluran cerna terdiri dari organ esophagus, maag
, dan duodenum menggunakan kontras barium sulfat/barium meal dan diamati dengan fluo
roskopi.
• Persiapan pasien sebelum pemeriksaan:
a) Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yg akan dilakukan
b) Pasien dipuasakan selama 5 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.
c) Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan yg mengandung substansi radio
paque seperti steroid, pil kb dll.
• Persiapan alat dan bahan:
a) Persiapan alat
- Pesawat sinar X
- Kaset ukuran 24x30 cm, 35x35 cm
- Film ukuran 24x30 cm, 35x35 cm
- Gelas, sendok, tissue, bengkok
- Marker R atau L
- Pencucian film terdiri dari developer, fixer, rinsing
b) Persiapan bahan
• Media kontras barium sulfat ( baso4)
kontras media adalah suatu bahan yg dapat digunakan dalam pemeriksaan radiologi yg bertujuan untuk memberi
kan perbedaan densitas organ disekitarnya.
Kontras dibagi menjadi 2 macam: kontras positif dan kontras negatif.
Kontras media positif adalah kontras media yg memiliki nomor atom tinggi, contoh: barium, sedangkan kontras
media negative adalah kontras media yg memiliki nomor atom rendah, contoh: udara
Prosedur
• Lakukan foto polos sebelum pemberian kontras
• Berikan bubuk effervescent jika pemeriksaan menggunakan double contrast
• Kemudian berikan kontras barium pada pasien
• Baringkan pasien lalu instruksi kan untuk bergerak berguling dari satu sisi ke sisi la
in
• Informasikan pada pasien jika terasa ingin sendawa agar ditahan sehingga kontras u
dara pada pemeriksaan terlihat jelas.
Jenis proyeksi pada teknik OMD
Aspek yang dinilai
• Pasase kontras di esophagus dan lambung
• Besar bentuk dan posisi esophagus dan lambung
• Mukosa (penilaian lebih optimal pada pemeriksaan dengan double contrast)
• Adanya filling defect atau bayangan tambahan
• Penilaian refluks gastroesofagus
Komplikasi teknik OMD
• Kebocoran zat kontras barium dari perforasi yg tidak diduga
• Aspirasi
• Konversi obstruksi letak rendah parsial menjadi obstruksi total
• Efek samping akibat agen farmakologis yg dipakai.

Anda mungkin juga menyukai