Anda di halaman 1dari 14

SKENARIO 1

GIGIKU PATAH KARENA KECELAKAAN

Dewi Yunita Sari


J2A016046
SKENARIO 1
Gigiku patah karena kecelakaan
Seorang pasien laki2 berusia 35thn datang ke rsgm dengan keluhan gigi depan atas
sakit paska kecelakaan kemarin. Nyeri terasa meningkat sehingga sulit tidur. Sebelumnya pasien
telah mengkonsumsi obat pereda nyeri namun sakit tidak mereda dan sulit untuk tidur dan
makan. Pasien ingin dilakukan perawatan agar giginya tidak sakit dan dapat berfungsi seperti
sebelumnya. Pasien ingin dirawat endodontic dan crown agar tidak dicabut, pasien termasuk
dalam kondisi menengah kebawah
Fraktur melibatkan enamel dentin dan pulpa
Pemeriksaan perkusi + , tes gigit +, c.e +, gingiva normal

Kata kunci : Gigi patah, vitalitas gigi, prognosis, rencana perawatan, mahkota
Step 5. learning objective
1. Apa saja klasifikasi dari fraktur?
2. Apa saja faktor predisposisi fraktur?
3. Jelaskan skor EPT!
4. Jelaskan patofisiologi pulpitis ireversibel e.c fraktur!
5. Bagaimana control of pain pada kasus scenario?
6. Hadist
Step 6.
1. Klasifikasi fraktur
Ellis dan Davey (1970)
Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan jaringan email.
Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan jaringan dentin tetapi
belum melibatkan pulpa. Fraktur ini menembus lapisan kedua gigi yang cenderung
sensitif terhadap suhu panas atau dingin.
Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan menyebabkan
terbukanya pulpa .
Kelas 4 : Fraktur pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital dengan atau tanpa
kehilangan struktur mahkota.
Kelas 5 : F raktur pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.
Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
Kelas 7 : F raktur pada gigi yang menyebabkan perubahan posisi atau displacement
gigi.
Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi sulung

Sumber:
Thalib, Bahruddin. Perawatan Gigi Fraktur Dengan Mahkota. Bagian Prostodontia,
Fakulutas Kedokteran Gigi,Universitas Hasanuddin.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO (1978) memakai klasifikasi dengan nomor kode
yang sesuai dengan ICD (International Classification of Diseases), sebagai berikut:

873.60: Fraktur email. Meliputi hanya email dan mencakup gumpilnya email, fraktur tidak
menyeluruh atau retak pada email.

873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa terbukanya pulpa.
Fraktur sederhana yang mengenai email dan dentin, pulpa tidak terbuka.

873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa. Fraktur yang rumit yang mengenai
email dan dentin dengan disertai pulpa yang terbuka.

873.63: Fraktur akar. Fraktur akar yang hanya mengenai sementum, dentin, dan pulpa.
Juga disebut fraktur akar horizontal.
873.64: Fraktur mahkota-akar. Fraktur gigi yang mengenai email, dentin, dan
sementum akar. Bisa disertai atau tidak dengan terbukanya pulpa.

873.66: Luksasi. Pergeseran gigi, mencangkup konkusi (concussion), subluksasi,


luksasi lateral, luksasi ekstruksi, dan luksasi intrusi.

873.67: Intrusi atau ekstrusi.

873.68: Avulsi. Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari soketnya.

873.69: Injuri lain, seperti laserasi jaringan lunak


2. Faktor predisposisi
Penyebab umum fraktur gigi adalah trauma terhadap gigi yang menyebabkan
disrupsi atau kerusakan email, dentin, atau keduanya. Literatur lain menyebutkan
bahwa usia, aktivitas olahraga, riwayat medis, dan anatomi gigi juga merupakan
faktor predisposisi.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya trauma gigi anterior yaitu
1. posisi dan keadaan gigi tertentu misalnya kelainan dentofasial seperti maloklusi kelas I
tipe 2, kelas II divisi 1 atau yang mengalami overjet lebih dari 3 mm
2. keadaan yang memperlemah gigi seperti hipoplasia email, kelompok anak penderita
cerebral palsy, dan anak dengan kebiasaan mengisap ibu jari yang menyebabkan gigi
anterior protrusif
Sumber:
Riyanti, Eriska. Penatalaksanaan Gigi Pada Anak. Bagian kedokteran gigi anak. Fakultas
kedokteran Gigi Universitas Padjajaran.
3. Skor EPT
■ Electric pulp tester adalah tes sensibilitas diagnostik non-invasif dimana stimulus
gigi dihantarkan pada gigi yang telah diisolasi dengan tujuan menentukan vitalitas
gigi.
■ Skor EPT dilihat dari sensasi pasien, dimana pasien akan merasakan kesemutan
jika tegangan meningkat mencapai ambang nyeri. Ambang nyeri pada pasien
berbeda beda dan dipengaruhi oleh faktor2 usia individu, persepsi rasa sakit,
konduksi permukaan gigi dan ketahanan.
■ Sensasi yang dirasakan pasien adalah kesemutan, nyeri dan panas. Jika ada respon
menandakan pulpa masih vital dan jika tidak terdapat respon menandakan pulpa
nekrosis.
4. patofisiologi pulpitis ireversibel e.c fraktur
■ Pulpitis irreversibel merupakan perkembangan dari pulpitis reversibel. Kerusakan pulpa
yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif, terganggunya
aliran darah pada pulpa akibat trauma, dan pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsi
dapat menyebabkan pulpitis irreversibel. Pulpitis irreversibel merupakan inflamasi parah
yang tidak akan dapat pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Nyeri pulpitis irreversibel
dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau difus dan berlangsung hanya beberapa
menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal dapat mengakibatkan
nyeri berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan tidak
menjalar ke periapikal, respon gigi terhadap tes palpasi dan perkusi berada dalam batas
normal.
■ Secara klinis, pulpitis irreversibel dapat bersifat simtomatik dan asimtomatik. Pulpitis
irreversibel simtomatik merupakan salah satu jenis pulpitis irreversibel yang ditandai
dengan rasa nyeri spontan. Spontan berarti bahwa stimulus tidak jelas. Nyeri spontan
terus menerus dapat dipengaruhi dari perubahan posisi tubuh. Pulpitis irreversibel
simtomatik yang tidak diobati dapat bertahan atau mereda jika sirkulasi dibuat untuk
eksudat inflamasi. Sedangkan pulpitis irreversibel asimtomatik merupakan tipe lain dari
pulpitis irreversible dimana eksudat inflamasi yang dengan cepat dihilangkan. Pulpitis
irreversibel asimtomatik yang berkembang biasanya disebabkan oleh paparan karies yang
besar atau oleh trauma sebelumnya yang mengakibatkan rasa sakit dalam durasi yang
lama.
5. Control of pain
■ Control of pain yaitu dengan anestesi. Anestesi yang dilakukan adalah infiltrasi
pada bagian labial (gigi 21) dan intrapulpa setelah anestesi infiltrasi bekerja.
■ Asepsis. Asepsis merupakan segala usaha yang dapat dilakukan untuk
meniadakan mikroorganisme patogen yang dapat menyebar ke dalam apeks,
jaringan periradikular, jaringan periodontal. Asepsis dapat dilakukan dengan
penggunaan rubber dam yang dapat melindungi gigi yang sedang dirawat dari saliva
yang memungkinkan membawa mikroorganisme patogen, penggunaan desinfektan
pada gigi, pembuangan jaringan karies, dan irigasi dengan H2O2.
■ Preparasi saluran akar dan irigasi saluran akar dengan NaCl atau H2O2 (cleaning
and shaping). Preparasi berfungsi untuk membuang tumpatan dan jaringan karies
yang mengandung bakteri dan menyisakan jaringan keras yang sehat. Tujuan
preparasi saluran akar adalah menghilangkan rintangan atau hambatan pada
saluran akar yang kecil.
hadits

ً‫س ْهال‬ ِ ‫س ْهالً َو أَ ْنتَ تَ ْجعَ ُل ا ْل َح ْز َن إِذَا‬


َ َ‫شئْت‬ َ ُ‫س ْه َل إِالَّ َما َجعَ ْلتَه‬
َ ‫اَللَّ ُه َّم ال‬

■ "Ya Allah tak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, dan yang sulit
bisa Engkau permudah bila Engkau kehendaki mudah” (HR. Ibnu Hibban)

Anda mungkin juga menyukai