Anda di halaman 1dari 8

SKENARIO 1

GIGIKU PATAH KARENA KECELAKAAN


Seorang px laki-laki berusia 35 tahun datang ke RSGM dengan keluhan
gigi depan atas sakit pasca kecelakaan kemarin. Nyeri terasa meningkat
sehingga sulit tidur. Sebelumnya pasien telah mengkonsumsi obat Pereda
nyeri namun sakit tidak mereda dan sulit untuk tidur dan makan. Pasien ingin
dilakukan perawatan agar giginya tidak sakit dan dapat berfungsi seperti
sebelumnya. Pasien ingin dirawat endodontic dan crown agar tidak dicabut,
pasien termasuk dalam kondisi menengah kebawah
Fraktur melibatkan enamel dentin dan pulpa
Pemeriksaan perkusi +, tes gigit +, c.e +, gingiva normal
Kata kunci : gigi patah, vitalitas gigi, prognosis, rencana perawatan, mahkota
Klasifikasi Fraktur
Menurut Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi fraktur pada
gigi anterior menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat :
 Kelas I  fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan
jaringan email. Hal ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit
 Kelas II  fraktur mahkota yang lebih luas telah melibatkan
jaringan dentin tetapi belum melibatkan pulpa. Cenderung sensitive
terhadap suhu panas / dingin
 Kelas III  fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin
dan menyebabkan terbukanya pulpa
 Kelas IV  fraktur pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non
vital dengan / tanpa kehilangan struktur mahkota
 Kelas V  fraktur pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi /
avulsi
 Kelas VI  fraktur akar dengan / tanpa kehilangan struktur
mahkota
 Kelas VII  fraktur pada gigi yang menyebabkan perubahan
posisi / displacement gigi
 Kelas VIII  kerusakan gigi akibat trauma / benturan pada gigi
sulung
WHO dalam Application International Classification of Diseases to Dentistry and Stomatology (1995)
merekomendasikan klasifikasi yang diterapkan baik pada gigi sulung maupun pada gigi permanen yang
meliputi jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut :
 Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa
₋ Retak mahkota (enamel infraction)
₋ Fraktur email yang tidak kompleks (uncomplicated crown fracture)
₋ Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture)
₋ Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture)
 Kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa dan tulang alveolar
₋ Fraktur mahkota-akar - Fraktur akar
₋ Fraktur dinding soket gigi - Fraktur prosesus alveolaris
₋ Fraktur korpus mandibular / maksila
 Kerusakan pada jaringan periodontal
₋ Concusion - Subluxation
₋ Extrusive luxation (partial displacement) - Luxation
₋ Intrusive luxation - Laseration (hilang / ekstratikulasi)
 Kerusakan pada gusi / jaringan lunak rongga mulut
₋ Laserasi
₋ Kontusio / luka memar yang disebabkan oleh pukulan benda tumpul dan menyebabkan perdarahan
pada daerah submucosa tanpa disertai sobeknya daerah mukosa
₋ Luka abrasi
Faktor Predisposisi Fraktur

Beberapa faktor predisposisi fraktur gigi anterior :


 Posisi dan keadaan gigi tertentu misalnya kelainan dentofasial seperti maloklusi kelas I tipe 2,
kelas II divisi 1 / yang mengalami overjet ≥3mm
 Keadaan yang memperlemah gigi seperti hypoplasia email, kelompok anak penderita cerebral
palsy, dan anak dengan kebiasaan mengisap ibu jari yang menyebabkan gigi anterior protrusif
Skor EPT

 Electric Pulp Tester  tes sensibilitas diagnostik non-invasif dimana stimulus listrik
dihantarkan pada gigi yang telah diisolasi dengan tujuan menentukan vitalitas gigi. EPT telah
banyak digunakan sebagai indikator efektifitas dari lokal anestesia selama prosedur operatif
 Skor EPT dilihat dari sensasi pasien, dimana pasien akan merasakan kesemutan jika tegangan
meningkat mencapai ambang nyeri. Ambang nyeri pasien berbeda-beda dan dipengaruhi oleh
faktor-faktor usia individu, persepsi rasa sakit, konduksi permukaan gigi dan ketahanan
 Sensasi yang dirasakan pasien  kesemutan, nyeri dan panas
₋ Jika ada respon  pulpa masih vital
₋ Jika tidak ada respon  pulpa nekrosis
Patofisiologi Pulpitis Irreversibel et.causa Fraktur
Cara Control Of Pain

 Control of pain  dengan anestesi. Anestesi yang dilakukan adalah infiltrasi pada bagian
labial (gigi 21) dan intrapulpa setelah anestesi infiltrasi bekerja
 Asepsis  usaha yang dapat dilakukan untuk meniadakan mikroorganisme patogen yang
dapat menyebar ke dalam apeks, jaringan periradikular, jaringan periodontal. Asepsis dapat
dilakukan dengan penggunaan rubber dam yang dapat melindungi gigi yang sedang dirawat
dari saliva yang memungkinkan membawa mikroorganisme patogen, penggunaan desinfektan
pada gigi, pembuangan jaringan karies, dan irigasi dengan H2O2
 Preparasi saluran akar dan irigasi saluran akar dengan NaCl / H2O2 (cleaning and shaping).
Preparasi berfungsi untuk membuang tumpatan dan jaringan karies yang mengandung bakteri
dan menyisakan jaringan keras yang sehat. Tujuan preparasi saluran akar adalah
menghilangkan rintangan atau hambatan pada saluran akar yang kecil
Hadits

ً‫س ْهال‬ ِ ‫س ْهالً َو أ َ ْنتَ ت َ ْجعَ ُل ا ْل َح ْز َن ِإذَا‬


َ َ‫شئْت‬ َ ُ‫س ْه َل ِإالَّ َما َجعَ ْلتَه‬
َ ‫اَللَّ ُه َّم ال‬

"Ya Allah tak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, dan yang sulit
bisa Engkau permudah bila Engkau kehendaki mudah” (HR. Ibnu Hibban)

Anda mungkin juga menyukai