Anda di halaman 1dari 21

Skenario 1

Blok 20 Kegawatdaruratan Kedokteran Gigi

Luluk Hanifa Zahraniarachma


J2A016047
SKENARIO 1
Gigiku Patah Karena Kecelakaan

Seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun dating ke RSGM


dengan keluhan gigi depan atas sakit pasca kecelakaan
kemarin. Nyeri terasa meningkat sehingga sulit tidur.
Sebelumnya pasien telah mengkonsumsi obat Pereda nyeri
namun sakit tidak mereda dan sulit untuk tidur dan makan.
Pasien ingin dilakukan perawatan agar giginya tidak sakit
dan dapat berfungsi seperti sebelumnya.

Kata kunci: gigi patah, vitalitas gigi, prognosis, rencana


perawatan, mahkota
Learning objektif

1. Jelaskan SOAP sesuai scenario!


2. Jelaskan mengenai test druk!
3. Jelaskan etiologi fraktur!
4. Hadist
SOAP Skenario

 Subjective
Berisi pernyataan pasien dan gejala.
Data subjektif pada rekam medis biasanya disebut
dengan anamnesis.
Tujuan anamnesis untuk mendapatkan informasi
menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.

Px laki-laki (35thn)
Mengeluhkan gigi depan atas sakit pasca kecelakaan
kemarin. Nyeri terasa meningkat sehingga sulit tidur.
Sebelumnya pasien telah mengkonsumsi obat pereda
nyeri namun sakit tidak mereda dan sulit untuk tidur
dan makan.
Pasien ingin dilakukan perawatan agar giginya tidak
sakit dan dapat berfungsi seperti sebelumnya.
 Objective
Menjelaskan laporan secara objektif yang bersal dari
pemeriksaan fisik. Temuan pada pemeriksaan fisik adalah suatu
tanda objektif dari suatu penyakit. Pemeriksaan fisik yang
dimaksud merupakan hal-hal yang terukur (FK UI, 2009)
Gigi 21 mengalami fraktur 2/3 mahkota dengan pulpa terbuka.
Tes Perkusi : (+)
Tes Palpasi : (+)
Tes Vitalitas : (+)
Tes Mobilitas : (-)
Perkusi adalah pemeriksaan dengan melakukan ketokan, dilakukan
dengan tangkai sonde atau kaca mulut.
Caranya tangkai sonde diketokkan pada gigi yang sehat terlebih
dahulu baru kemudian gigi yang sakit dg ketokan yang sama diketok
dari segala arah, jika diketok dari arah buccal/labial terasa sakit maka
menandakan ada keradangan pada pulpa, jika dari arah occlusal /
incisal terasa sakit menandakan ada keradangan pada apex gigi.

Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan


terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan.

Mobilitas adalah pemeriksaan dengan cara menggoyangkan gigi


dapat dipergunakan dengan pinset derajat kegoyangan gigi
Derajat 1 : terasa goyang tapi tidak kelihatan goyang
Derajat 2 : terasa goyang dan dapat dilihat
Derajat 3: dapat digoyangkan dg lidah penderita kearah horizontal
Derajat 4 : dapat digoyangkan dg lidah kearah vertikal dan horizontal

Sumber: Mardelita, Sisca, dkk. 2018. Pelayanan asuhan gigi dan mulut individu. Kemenkes RI
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui apakah suatu gigi
masih bisa dipertahankan atau tidak.
Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan, yaitu
tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes
elektris.

1. Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang


meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi untuk
menentukan sensitivitas terhadap perubahan
termal (Grossman, dkk, 1995).
Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan
etil klorida, dan refrigerant (-50oC).
Aplikasi tes dingin dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
• Mengisolasi daerah gigi dg cotton roll maupun rubber da
• Mengeringkan gigi yang akan dites.
• Bila dg etil klorida maupun refrigerant dapat dg
menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
• Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
• Mencatat respon pasien.
Apabila pasien merespon maka menandakan
bahwa gigi vital. Apabila tidak ada respon maka gigi
nonvital atau nekrosis pulpa. (Grossman, dkk, 1995).
Tes panas dpt dilakukan dengan gutta perca
(Grossman, dkk, 1995).
• Pemeriksaan dilakukan dg mengisolasi gigi yang akan di
periksa.
• Kemudian gutta perca dipanaskan di atas bunsen.
Selanjutnya gutta perca diaplikasikan pada bagian okluso
bukal gigi. Apabila tidak ada respon maka oleskan pada
sepertiga servikal bagian bukal.
Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi
stimulus gutta perca menandakan gigi vital,
sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-
apa menandakan gigi sudah non vital (Walton dan
Torabinejad, 2008).
2. Tes kavitas, untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara
melubangi gigi. Alat yang digunakan bur tajam dengan cara
melubangi atap pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak
merasakan rasa sakit dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil
vital jika terasa sakit dan tidak vital jika tidak ada sakit
(Grossman, dkk, 1995).

3. Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat


perforasi akibat karies atau tes kavitas. Tes jarum miller
dilakukan dengan cara memasukkan jarum miller hingga ke
saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri maka hasil adalah
negatif yang menandakan bahwa gigi sudah nonvital,
sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan gigi masih vital
(Walton dan Torabinejad, 2008).
4. Tes elektris, tes untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik.
Alatnya menggunakan Electronic pulp tester (EPT).
• Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang sudah dibersihkan &
dikeringkan disentuh dg menggunakan alat EPT pada bagian bukal atau
labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak.
• Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi konduktor
berupa pasta gigi.
• Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali supaya memperoleh hasil yang valid.
• Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita gagal jantung
dan orang yang menggunakan alat pemacu jantung.
Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan
gigi dikatakan non vital jika sebaliknya.
Tes elektris tidak dapat dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi
listrik tidak dapat melewati akrilik, keramik, atau logam. Tes elektris ini
terkadang juga tidak akurat karena beberapa faktor antara lain,
kesalahan isolasi, kontak dengan jaringan lunak atau restorasi., akar
gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan baterai habis
(Grossman, dkk, 1995).

Sumber : Grosman, L. I., Seymour, O., Carlos, E., D., R., 1995, Ilmu Endodontik dalam
Praktek, edisi kesebelas, EGC, Jakarta.
Walton, R.E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, EGC, Jakarta.
 Pemeriksaan radiologis
Bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangagn gigi, bentuk puipa, perluasan fraktur serta
adanya fraktur akar, frahtur tulang alveolar. adanya benda
asing dalam jaringan dan kelainan-kelainalan di daerah
tersebut
Selain itu pemeriksaan radiologis berguna untuk menentukan
diagnosis yang akan dibandingkan dengan pemeriksaan
padas saat control yang akan datang

Sumber: Marisa Edyans, Eeriandi Sutadi. 2006. Perawatan fraktur ellis kelas II
akibat trauma pada gigi insisif sentral atas permanen anak laki-laki usia 9 tahun.
 Assesment
Berisi kajian dan penilaian berdasarkan temuan dan observasi
kondisi pasien. Pengkajian dimulai dengan menuliskan
diagnosis yang merupakan masalah utama pada pasien.
Selain itu dapat pula ditambahkan penekanan alasan
munculnya diagnosis tersebut serta pembandingnya (jika
ada).

Diagnosis: fraktur ellis kelas III (fraktur yg melibatkan email,


dentin dan terbukanya pulpa
 Planning
Perencanaan dalam mengatasi permasalahan pasien.
Rencana perawatan: Pulpektomi dengan restorasi mahkota jaket
PFM

• Anestesi lokal (infiltrasi n. alveolaris superior anterior),


• Daerah kerja diisolasi dg rubber dam
• Pembukaan kamar pulpa dg bur Endoaccess (Dentsply),
dilanjutkan dg bur diamendo (Dentsply) sampai akses masuk ke
orifis melebar dan terbuka.
• Pengambilan jaringan pulpa dg barbed broach.
• Saluran akar diirigasi dg NaOCL 2,5% dan dikeringkan dg paper
point steril.
• Pengukuran PK dg cara pengukuran panjang kerja estimasi dari
foto radiograf yang akan dikonfirmasi dengan apex locator dan
didapatkan panjang kerja. dikonfirmasi ulang dengan
pengambilan Radiograf
• Setelah mendapatkan PK, preparasi saluran akar metode step
back diawal penentuan file awal dilanjutkan preparasi apikal
untuk mendapatkan master apical file dan preparasi badan
saluran akar.
• Setiap pergantian alat, saluran akar diirigasi dengan larutan
NaOCl 2,5% dan file dilumasi dengan EDTA 15%.
• Pengepasan guta perca utama.
• Saluran akar diirigasi larutan NaOCL 2,5%, larutan EDTA 17% dan
diakhiri dengan Chlorhexidin 2%, kemudian dikeringkan dengan
paper point.
• Pengisian dg teknik kondensasi lateral menggunakan siler Top Seal
(Dentsply) dan gutaperca (MAF) dg teknik kondensasi lateral,
kemudian guta perca dipotong sebatas orifice & ditutup tumpatan
sementara.
• Pada kunjungan ketiga kembali dilakukan pemeriksaan subyektif
dan obyektif dengan hasil tidak ada kelainan.

• Dilakukan preparasi pasak dg fiber prefabricated (Radix Fiberpost,


Denstply).
• Guta perca dibuat sesuai panjang saluran pasak dg gates glidden
drill, kemudian preparasi dg Peeso reamer, dilanjutkan dengan
precission drill sesuai ukuran pasak fiber.
• Penyemenan dg semen resin (Build IT-FR, Pentron).
• Pemotongan pasak fiber dg bur intan pada 2/3 panjang mahkota
dan dilanjutkan pembuatan inti resin komposit.
• Preparasi tonggak dan dicetak menggunakan double impression
dan untuk gigi antagonis dilakukan pencetakan dengan alginat.
Model dikirimkan kepada tekniker dengan instruksi yang jelas.
• Kunjungan berikutnya pemasangan mahkota jaket
PFM setelah dilakukan pemeriksaan warna, kontur,
embrasur, kerapatan tepi, oklusi, kontak proksimal,
ketahanan, dan hubungan dengan gigi antagonis
maka dilakukan penyemanan dengan semen resin
(Rely X U200, 3M ESPE).
• Kontrol restorasi dilakukan seminggu kemudian dan
pasien merasa nyaman menggunakannya, tidak
terdapat keluhan, dan gigi dapat difungsikan
dengan normal.

Sumber: Pary, FC dan Yulita Kristanti. Perawatan Gigi Insisivus Lateralis Kanan Maksila
Fraktur Ellis Kelas III. MKGK. Desember 2015; 1(2): 155-162
Test Druk

Tes ini dilakukan untuk mengetahui ada atau


tidaknya kelainan pada jaringan periapical
Bila terdapat rasa nyeri saat dilakukan tes druk
menandakan adanya inflamasi pada bagian
periapikal
Prosedur pemeriksaan dengan tekanan :
menyiapkan alat (tangkai instrumen) yang
dibungkus kain kasa atau kapas.
Caranya :
Pegang tangkai instrumen, ditekankan pada gigi
yang memberikan keluhan.
Bisa juga penderita disuruh menggigit tangkai
instrumen yang sudah dibungkus /membuka
menutup mulut sehingga gigi beroklusi atas
bawah.

Sumber: Mardelita, Sisca, dkk. 2018. Pelayanan asuhan gigi dan mulut individu. Kemenkes RI
Etiologi Fraktur
 Trauma langsung  Trauma tidak langsung
Terjadi bila gigi terbentur Terjadi akibat gerakan
langsung oleh suatu objek. mandibular yang menutup
secara tiba-tiba atau oklusi
Seperti bola yang keras,
dengan cepat dan keras
kepalan tinju
terhadap rahang atas
Seperti benturan yg keras di
dagu saat jatuh atau
berkelahi, atau akibat
kecelakaan lalu lintas

Marisa Edyans, Eeriandi Sutadi. 2006 . PERAWATAN FRAKTUR ELLIS KELAS II AKIBAT TRAUMA PADA GIGI
INSISIF SENTRAL ATAS PERMANEN ANAK LAKI.LAKI USIA 9 TAIIUN (Laporan Kasus) hal 189-192
Faktor ekternal Faktor internal
 Permainan yang  Posisi gigi anterior yang
berbahaya protrusif

Eva Fauziah, Hendrarlin S. 2008. PERAWATAN FRAKTUR KELAS TIGA ELLIS PADA GIGI TETAP
INSISIF SENTRAL ATAS (Laporan Kasus. Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15 (2):169-174
Hadist

“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit


dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi
setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah
kalian dan janganlah berobat dengan yang
haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda`
radhiallahu ‘anhu)

Ketika manusia mendapatkan sebuah ujian salah


satunya diberikan rasa sakit karena musibah yang
diberikan oleh-Nya hendaknya tidak mudah
berputus asa

Anda mungkin juga menyukai