Anda di halaman 1dari 31

A.

Definisi & Ruang Lingkup Efek


Samping Obat (ESO)
B. Tanda-tanda Gejala ESO
C. Jenis ESO
D. Cara Pencegahan & Mengatasi ESO
A. Definisi Efek Samping Obat (ESO)

DAMPAK DARI OBAT


YANG TIDAK DIINGINKAN
TERUTAMA DAMPAKNYA YANG MERUGIKAN
BAGI TUBUH PENGGUNA OBAT
B. Tanda-tanda Gejala ESO
Gangguan Saluran Cerna : Misal; Mual, muntah, diare
Reaksi Kepekaan : Misal; urtikaria, erythema
Reaksi Kepekaan Serius/fatal : Syok anafilaksis (Hipersensitif)
Reaksi Hematologikal : Anemia, Hipertensi
Reaksi Jangka Panjang : Kerusakan hati & ginjal
Tukak Lambung
Infeksi
Pertumbuhan Terhambat
Osteoporosis
dll
A. Faktor bukan obat
Faktor-faktor yang tidak berasal dari obat antara
lain adalah:
 a) Intrinsik dari pasien, yakni umur, jenis kelamin,
genetik, kecenderungan untuk alergi, sikap dan
kebiasaan hidup, adanya penyakit
 b) Ekstrinsik di luar pasien, yakni dokter (pemberi
obat) dan lingkungan, misalnya pencemaran oleh
antibiotika.
Adanya Kelainan atau Penyakit

Adanya Penyakit ttn dpt menonjolkan efek


farmakologi Obat yang pada orang normal tidak
tampak
Contoh :
Perforasi Tukak Lambung Akibat Aspirin
Penyakit Hati --- dpt mengganggu reaksi
detoksifikai obat
Penyakit Ginjal --- mengganggu filtrasi
glomeulus– dpt mengurangi eliminasi obat yg
dieksresi lwt ginjal (Misal : Obat-obat AINS)
B. Faktor obat
 a) Intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi
obat untuk menimbulkan efek samping.
 b) Pemilihan obat.
 c) Cara penggunaan obat.
 d) Interaksi antar obat.
“Kesalahan Pemberian”
Bentuk & Rute pemberian obat

• Reaksi terjadi akibat respon yg


berlebihan
• Perubahan Bioavailabilitas
• Cara pemberian yg kurang tepat
• Dosis yg salah
• Lama pengobatan yang salah
C. Jenis Efek Samping Obat
a. Efek samping yang dapat diperkirakan:
• aksi farmakologik yang berlebihan
• respons karena penghentian obat
• efek samping yang tidak berupa efek
farmakologik utama
• Interaksi Obat

b. Efek samping yang tidak dapat diperkirakan:


• reaksi alergi
• reaksi karena faktor genetik
• reaksi idiosinkratik
a. Efek samping yang dapat
diperkirakan:
aksi farmakologik yang berlebihan
disebut juga efek toksik

• Pemakaian obat pada kelompok khusus: anak,


usia lanjut, kehamilan
• Adanya interaksi obat
• Terutama penggunaan obat depresansia
susunan saraf pusat, obat-obat pemacu jantung,
antihipertensi dan hipoglikemika/antidiabetika.
CONTOH :
 Depresi respirasi pada pasien-pasien bronkitis
berat yang menerima pengobatan dengan
morfin atau benzodiazepin.
 Hipotensi yang terjadi pada stroke, infark
miokard atau kegagalan ginjal pada pasien
yang menerima obat antihipertensi dalam
dosis terlalu tinggi.
 Bradikardia pada pasien-pasien yang
menerima digoksin dalam dosis terlalu tinggi.
 Hipoglikemia karena dosis antidiabetika
terlalu tinggi.
 Perdarahan yang terjadi pada pasien yang
sedang menerima pengobatan dengan
warfarin, karena secara bersamaan juga
minum aspirin.
respons karena penghentian obat
Gejala penghentian obat (= gejala putus
obat, withdrawal syndrome) adalah
munculnya kembali gejala penyakit
semula atau reaksi pembalikan terhadap
efek farmakologik obat, karena
penghentian pengobatan.
CONTOH :
• hipertensi berat dan gejala aktivitas simpatetik
yang berlebihan karena penghentian terapi
klonidin,
• gejala putus obat karena narkotika,
efek samping yang tidak berupa efek
farmakologik utama
• Iritasi lambung yang menyebabkan keluhan
pedih, mual dan muntah pada obat-obat
kortikosteroid oral, analgetika-antipiretika,
teofilin, eritromisin, rifampisin, dll.
• Rasa ngantuk (drowsiness) setelah pemakaian
antihistaminika untuk anti mabok perjalanan
(motion sickness).
• Efek teratogenik obat-obat tertentu sehingga
obat tersebut tidak boleh diberikan pada wanita
hamil
INTERAKSI OBAT

Terjadi akibat interaksi lbh dari satu


macam
obat yg diberikan pd saat yg sama
Efek obat dpt bertambah (sinergisme)
Efek obat dpt berkurang (Antagonisme)
Macam Interaksi obat

Interaksi farmasetik atau


Inkompatibilitas

Interaksi Farmakokinetika

Interaksi Farmakodinamika
Interaksi farmasetik atau Inkompatibilitas

Terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan)


Terjadi pada obat yg inkompatibel
Mengakibatkan inaktivasi obat
Menyebabkan interaksi langsung secara fisik atau
kimiawi (terbentuk endapan atau perubahan warna)
Contoh :
* Amfoterisin B mengendap dlm larutan Ringer
* Penisiline G dicampur vitamin C-- Inaktivasi
Interaksi Farmakokinetika
Terjadi bila salah satu obat mempengaruhi
proses-proses Farmakokinetika “ADME” obat
lainnya

Dapat meningkatkan atau menurunkan kadar


plasma obat lain

Terjadi peningkatan toksisitas atau


penurunan efektivitas obat
Macam Interaksi Farmakokinetika

INTERAKSI ABSORPSI

INTERAKSI DISTRIBUSI

INTERAKSI METABOLISME

INTERAKSI EKRESI
INTERAKSI ABSORPSI
Interaksi langsung
Obat A Obat B Efek
a. Digoksin kortikosteroid Obat A diikat oleh B -- jml
absorpsi Obat A turun
b. Digoksin Kaolin-pektin Obat A diabsorpsi oleh B -- jml
antasida absorpsi obat A turun

Perubahan pH saluran cerna


Obat A Obat B Efek
a. Antasida Fe pH Lambung naik -- jml
absorpsi obat B turun
b. Vitamin C Fe pH Lambung turun -- jml
absorpsi obat B naik
Perubahan waktu pengosongan lambung
Obat A Obat B Efek
a. Analgetik Parasetamol Obat A memperpanjang wkt
narkotik pengosongan lambung –
memperlambat absorpsi obat B
b. Metoklopramide Parasetamol, Obat A memperpendek wkt
Diazepam pengosongan lambung –
mempercepat absorpsi obat B

Efek Toksik pada saluran cerna


Obat A Obat B Efek
Kolkisin Vitamin B12 Obat A mengganggu absorpsi
(Kronik) obat B
INTERAKSI DISTRIBUSI
Obat A Obat B Efek
Warfarin Asam Mefenamat, Toksisitas obat A naik
(Ikatan protein Phenylbutazon, fenitoin “PERDARAHAN”
kurang kuat) (Ikatan protein
sangat kuat)

INTERAKSI METABOLISME
Obat A Obat B Efek
Fenobarbital Warfarin, kontrasepsi Metabolisme obat B
oral, parasetamol, dipercepat
kloramfenikol
Warfarin Obat B menghambat
Cimetidin, fenylbutazon, metabolisme obat A –
toksisitas obat A naik
INTERAKSI EKSKRESI

Obat A Obat B Efek


Probenesid Rifampisin Obat A mengurangi
ekskresi obat B melalui
empedu – efek obat B
naik
Interaksi Farmakodinamika
Bila dua obat berkompetisi terhadap reseptor
yang sama sehingga mengakibatkan
perubahan respon pasien terhadap terapi
obat

Reseptor Agonis Antagonis


Histamin H1 Histamin CTM, Ciproheptadin
Histamin H2 Histamin Cimetidine, Ranitidine
 reaksi alergi

 reaksi karena faktor genetik

 reaksi idiosinkrosi
a. REAKSI ALERGI (HIPERSENSITIVITAS)

Akibat reaksi Imunologi dalam tubuh


Dpt timbul pd dosis kecil
Pada pemberian ulang dpt memberikan
reaksi yg sama
Bentuk Reaksi yg sering : Kemerahan pd kulit,
edema, anafilaksis, asma.
Contoh :reaksi alergi akut karena penisilin
(reaksi imunologik),
2. KELAINAN GENETIK

Reaksi Akibat perbedaan


FARMAKOKINETIKA obat

Reaksi Akibat perbedaan


FARMAKODINAMIKA obat
 Istilah
idiosinkratik digunakan untuk
menunjukkan suatu kejadian efek
samping yang tidak lazim, tidak
diharapkan atau aneh, yang tidak
dapat diterangkan atau diperkirakan
mengapa bisa terjadi.
 Kanker pelvis ginjal yang dapat diakibatkan
pemakaian analgetika secara serampangan.
 Kanker uterus yang dapat terjadi karena
pemakaian estrogen jangka lama tanpa
pemberian progestogen sama sekali.
 Obat-obat imunosupresi dapat memacu
terjadinya tumor limfoid.
 Preparat-preparat besi intramuskuler dapat
menyebabkan sarkomata pada tempat
penyuntikan.
 Kanker tiroid yang mungkin dapat timbul pada
pasien-pasien yang pernah menjalani perawatan
iodium-radioaktif sebelumnya.
C. Cara Pencegahan & Mengatasi ESO

• Pengobatan Rasional (3T&1W)


• Gunakan Obat yg sudah dikenal keamananya
• Bagi yg memiliki riwayat Alergi (Hipersensitif) Hindari Penggunaan
Berikutnya
• Jangan gunakan Obat jika Jelas KONTRA INDIKASI
• Wanita Hamil : “jangan gunakan Obat Kecuali benar-benar
dibutuhkan”— Pertimbangkan Manfaat Resiko!!!
• Penggunaan Obat lbh dari satu yg sudah diketahui dpt BerINTERAKSI,
atur cara pemberian ”Pemberian diberi jarak waktu minimal 2 jam”
• Pencegahan interaksi “ tanyakan pd pasien apakah sedang
mengkonsumsi obat lain (Self Medication)
Contoh ESO Lainnya
• hipoglikemia berat karena pemberian insulin (efek
farmakologik yang berlebihan),
• osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid
jangka lama (efek samping karena penggunaan
jangka lama),
• hipertensi karena penghentian pemberian
klonidin (gejala penghentian obat - withdrawal
syndrome),
• efek teratogenik pada bayi karena ibunya
menggunakan talidomid pada masa awal
kehamilan,

Anda mungkin juga menyukai