Anda di halaman 1dari 7

DISUSUN OLEH :

MAULIDIA RINTAN ADISA (19620001)


LILIS NURHALIMAH (19620003)
HANIFAH ANNISA N (19620010)
ANGGIE EKA WIENARDY (19620042)
ALIF PUTRA ARDIANSYAH (19620082)

PEMILU SERENTAK PADA


TANGGAL 21 MEI 2019
PENETAPAN KEBIJAKAN PEMILIHAN
UMUM SERENTAK PADA 17 APRIL 2019
Ketentuan mengenai pemilu diatur di dalam Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 22E ayat 1 sampai
dengan ayat 6.
Adapun bunyi pasal tersebut yaitu:
1. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil.
2. Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota
dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, presiden
dan wakil presiden, dan dewan perwakilan rakyat daerah.
3. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota dewan
perwakilan rakyat dan dewan perwakilan rakyat daerah
adalah partai politik.
4. Peserta pemilihan umum untuk memilih dewan perwakilan
daerah adalah perseorangan.
5. Pemilihan umun diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan
umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
6. Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dalam
undang-undang.
PENETAPAN KEBIJAKAN PEMILIHAN
UMUM SERENTAK PADA 17 APRIL 2019

Penyelenggaraan pemilu pada awalnya hanya ditujukan untuk


memilih anggota perwakilan yaitu DPR, DPRD dan DPD. Setelah
amandemen ke empat Udang-undang 1945 tahun 2002, pemilihan
presiden dan wakil presiden yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati
untuk dilakukan secara langsung oleh rakyat sehingga pilpres dimasukkan
ke dalam rezim pemilu.
Pemilihan Umum 2019 adalah pemilihan legislatif dengan
pemilihan presiden yang diadakan secara serentak. Hal ini dilakukan
berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14 / PUU-11/2013
tentang pemilu serentak, yang bertujuan untuk meminimalkan
pembiayaan negara dalam pelaksanaan pemilu, meminimalisir politik
biaya tinggi bagi peserta pemilu, serta politik uang yang melibatkan
pemilih, penyalahgunaan kekuasaan atau mencegah politisasi birokrasi,
dan merampingkan skema kerja pemerintah.
PENETAPAN KEBIJAKAN PEMILIHAN
UMUM SERENTAK PADA 17 APRIL 2019
Namun pemilu serentak sebagai putusan MK memiliki berbagai
kendala diantaranya, penyelenggaraan Pemilu serentak membutuhkan
waktu perhitungan surat yang lama, sehingga memforsir para panitia
pemilu yang bertugas, dapat memecah fokus masyarakat antara harus
memilih kandidat kepala negara dan calon anggota legislatif (caleg),
dari sisi teknis itu terlalu banyak yang dipilih sehingga menyulitkan
masyarakat dalam proses pemilihan kandidat kepala daerah dan
anggota legislatif.
Dalam penggunaan desain pemilu serentak praktek yang
banyak digunakan adalah penggabungan antara pemilihan eksekutif
dan pemilihan legislatif.
DAMPAK PEMILIHAN UMUM PADA 17
APRIL 2019
Pelaksanaan pemilu serentak mengalami berbagai masalah. Salah
satu contoh masalah yang ditimbulkan dari pelaksanaan pemilu serentak
yaitu, banyak petugas KPPS yang meninggal dunia. Tercatat 554 orang baik
dari pihak komisi pemilihan umum, badan pengawas pemilu, maupun
personal polri. Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang paling banyak
kehilangan petugas KPPS . Sementara petugas yang sakit mencapai 3.788
orang.
Anggota KPU, Eni Novida Ginting mengatakan pihaknya akan
memberikan santunan kepada petugas KPPS yang sakit maupun meninggal.
Komisi Pemilihan Umum menyebutkan sejumlah faktor yang membuat
banyak kelompok penyelenggara pemungutan suara atau KPPS yang sakit
hingga meninggal selama penyelenggaraan pemilu dan pilpres 2019. Faktor
pertama adalah lantaran pemilu dan pilpres pada tahun ini dilakukan
secara serentak untuk memilih Presiden,DPR,DPRD dan DPD hal ini
berpengaruh pada tingkat pekerjaan kemudian pikiran tenaga waktu serta
beban petugas Bagi petugas.
DAMPAK PEMILIHAN UMUM PADA 17
APRIL 2019
Faktor lain ialah pemilihan serentak membuat panitia pemilihan
kecamatan atatu PPK dan panitia pemungutan suara atau PPS
kerepotan mengurus logistik yang sangat banyak, Hal ini membuat para
petugas kaget karena tekanan yang datang semakin tinggi,terutama
tekanan dari para pemilih. Petugas KPPS,PPK dan PPS mempunyai masa
kontrak kerja selama 1 bulaan dari 20 maret sampai 20 Aptil 2019.
Mereka melakukan beberapa pekerjaan,seperti melakukan
pendistribusian,meyiapkan TPS minimal H-1,mempersiapkan sampai hari-
H,membuka TPS dari pukul 07.00 hingga 13.00,lalu melakukan
penghitungan suara selambat lambatnya selam 24 jam yang meninggal,
KPU memberikan RP. 36 juta per orang.
Sebagai contoh kasus meninggalnya abdul rahim warga Jakarta yang
menjadi panitia pemilu. Diketahui abdur Rahim tidak memiliki riwayat
penyakit apapun Meninggalnya Abdur Rahim disebabkan karena
kelelahan sehingga Abdur Rahim mengalami sesak nafas sehingga
abdur rahman meninggal dunia.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
Kebijakan pemerintah mengenai Pemilihan Umum 2019 yang
dilaksanakan secara serentak awalnya bertujuan agar pemilu terlaksana
secara efektif dan efisien dengan rentang waktu pelaksanaan pemilu
menjadi lebih pendek dan tidak dilaksanakan secara berulang kali
dengan penggunaan anggaran lebih sedikit. Akibat kebijakan ini banyak
petugas KPPS yang meninggal karena riwayat penyakit dan faktor
kelelahan.

Saran :
Pemilihan Umum 2019 yang dilaksanakan secara serentak seharusnya
menjadi pelajaran bagi pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan.
Agar 5 tahun ke depan dapat melaksanakan pesta demokrasi yang lebih
baik dan tidak meni mbulkan banyak masalah untuk pemerintah, petugas,
dan terkhusus untuk masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai