Anda di halaman 1dari 4

 Kematian Maternal adalah kematian yang berlangsung selama kehamilan, pada

saat persalinan dan setelah persalinan sampai batas waktu 42 hari (postpartum)
tetapi bukan karena kecelakaan.
 Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menempati teratas di
Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup.
 Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri seperti tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009 adalah
meningkatnya penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKPJ) seperti IUD
(Intra Uterine Device), implant (susuk) dan sterilisasi.
 IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat
kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan.
 Pada Riskesdas 2010, PUS usia 15-49 tahun berstatus kawin dan memakai alat KB
tahun 2009 sebanyak (75,7%).
 Propinsi dengan persentase peserta KB aktif tertinggi adalah Bengkulu (85,5%),
Bali (85,1%), dan DKI Jakarta (82%). Sedangkan persentase peserta KB aktif
terendah adalah Papua (33,9%), Maluku Utara (59,5%), dan Kepulauan Riau
(64,3%).
 Sebaliknya Metode Operasi Pria (MOP) dan Metode Operasi Wanita (MOW)
merupakan metode kontrasepsi yang terendah diminati oleh Akseptor KB.
 Berdasarkan metode kontrasepsi menurut propinsi, alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR/IUD) banyak digunakan di Propinsi Bali (47,88%) dan DI Yogyakarta
(25,44%) dengan persentase jauh di atas propinsi yang lain.
 Persentase terendah pemakaian IUD di Kalimantan Selatan (1,78%) dari
persentase nasional (4,3%). Begitu pula untuk metode MOW kedua propinsi
tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan propinsi lainnya yaitu Bali (3,79%) dan
DI Yogyakarta (5,1%).
 Terdapat 3 syarat kondisi upaya kesehatan yang harus dipenuhi, yaitu: manajemen
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Dari sisi
manajemen, perencanaan program harus kontinu, bukan berbasis proyek yang
hanya jangka pendek dan tidak sustained.
 Terkait pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga, sarana, prasarana (contohnya
alat kontrasepsi) menjadi syarat penting.
 Yang ketiga, pemberdayaan masyarakat, partisipasi masayarakat harus digalakkan
kembali. Pemanfaatan Posyandu oleh balita menurun drastis sejak krismon tahun
1997
 Ketiga syarat tersebut dapat diupayakan melalui pemantapan kebijakan nasional.
Kebijakan yang sudah ada dan bersifat makro, menjadi payung untuk kebijakan
teknis di bawahnya. Kebijakan yang tersosialisasi dengan baik, akan
menumbuhkan komitmen yang tinggi dari para stakeholders, baik dari segi
program maupun pendanaan. Dan semua itu memerlukan strategi advokasi yang
sesuai.

Anda mungkin juga menyukai