Anda di halaman 1dari 44

MELAKUKAN ASUHAN KEBIDANAN PADA

KASUS PERDARAHAN DILUAR SIKLUS HAID


Pelviksitis, Serviksitis, Adneksitis

Kelompok 4
Eka Noviyanti Saputri
Rosita Setianingtias
Siti Alfiah Arafah
Pelviksitis
Pengertian Pelviksitis
Westrom (1969). Gejala klinis sebagai akibat penyebaran mikroorganisme,
diluar kehamilan, secara asenden dari vagina menuju alat genetalia bagian atas
(dalam) dan sekitarnya, serta menimbulkan kerusakan jaringan.
St. Jhon, et al (1980). Proses peradangan akut sebagai akibat dari
peradangan asenden dari rektus urinarius yang menyebar kearah vulva dan
sekitarnya.
Menurut Te linde, terbagi menjadi 3 derajat
• Derajat 1 (tanpa penyulit, infeksi salpingitis -salpingo-ooforitis, dapat
unilateral/biparietal, palveoperitonitis).
• Derajat 2 (bentuk biosalping unilateral/bilateral, tubo-ovarial, abses
unilateral/bilateral, palveoperonitis)
• Derajat 3 (dengan penyulit dalam bentuk sepsis/septic syok, abses pecah,
palveoperitonitis, tuba ovarium abses diatas 8 cm).
Etiologi Pelviksitis
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital
bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Bakteri penyebab
tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan
peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri
dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini
adalah kuman penyebab PMS.
Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa
faktor yang memegang peranan, yaitu:
• Terganggunya barier fisiologik
• Adanya organisme yang berperan sebagai vector
• Aktivitas seksual
• Peristiwa Haid
Patofisiologi Pelviksitis
• Infeksi yang terjadi setelah kuretase dan post abortus serta infeksi post
partum
• Infeksi post operatif berkembang dari organisme yang terbawa ke dalam
tempat operasi dari kulit, vagina, atau yang lebih jarang dari traktus
gastrointestinalis sewaktu pembedahan.
• Infeksi pelvis yang terjadi pada fase yang tidak hamil tanpa didahului
pembukaan bedah rongga abdomen atau endometrium.
Alur penyebaran bakteri
• Interlumen
• Limfatik
• Hematogen
• Intraperitoneum
• Kontak langsung
Tanda dan Gejala dari Pelviksitis
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri ini
umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah
menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama.
Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada
vagina, demam, nyeri saat sanggama, menggigil, demam tinggi, sakit kepala,
malaise, nafsu makan berkurang, nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul,
dan sekret vagina yang purulen.
Faktor Resiko dari Pelviksitis
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi
untuk mendapat penyakit radang panggul. Faktor lainnya yang berkaitan
dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal
dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea),
namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis
sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.
Faktor risiko lainnya
• Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya.
• Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam
waktu 30 hari.
• Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS.
• Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam
sebulan.
Komplikasi dari Pelviksitis
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan berbagai kelainan di dalam
kandungan seperti nyeri berkepanjangan, syok septic irreversibel, infertilitas
dan kehamilan abnormal. Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim
dan saluran tuba. Parut juga dapat menyebabkan sel telur tidak dapat melalui
jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi kehamilan ektopik.
Diagnosa Banding dari Pelviksitis
• Endometriosis
• Salpingo Ooforitis Akut/Subakut
Pemeriksaan Penunjang untuk Pelviksitis
• Pemeriksaan darah lengkap
• Pemeriksaan cairan dari serviks
• Kuldosintesi
• Laparaskopi
• USG panggul
Penatalaksanaan dan Pencegahan Pelviksitis

• Meningkatkan hubungan dalam lingkungan keluarga.


• Meningkatakan aktifitas remaja yang produktif.
• Memberikan pendidikan seksual tentang anatomi-fisiologi genitalia, sikap
menghadapi hubungan seks (abstinesia, dan mengikuti siklus menstruasi).
• Mengikuti hubungan seksual yang sehat (kontrasepsi sederhana {kondomisasi},
masalah penularan PMS/PRP, masalah gugur kandung/aborsi).
• Menghindari ketagihan obat terlarang dan alkoholisme.
• Menghindari “hubungan seks” dengan wanita tunasusila.
Servisitis
Pengertian Servisitis
Servisitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena
epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris
maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina
(Sarwono, 2008).
Etiologi Servisitis
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis,
kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen
vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . Kuman-
kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan
inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.
Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang
menyebabkan ectroption, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan
intrauterine, dll
Patofisiologi Servisitis
Peradangan terjadi pada serviks akibat kuman pathogen aerob dan
anaerob, peradangan ini terjadi Karena luka bekas persalinan yang tidak di
rawat serta infeksi karena hubungan seksual.
Masuknya infeksi dapat terjadi melalui perlukaan yang menjadi pintu
masuk saluran genetalia, yang terjadi pada waktu persalinan atau tindakan
medis yang menimbulkan perlukaan, atau terjadi karena hubungan seksual
(Manuaba, 2009).
Klasifikasi dari Servisitis

Servisitis Akut.
Servisitis akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di
endoserviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum
atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan
lain-lain
Servisitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual,
umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans,
Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks..
Servisitis Kronis.
• Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan
infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks
• Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah
kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio
disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
• Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih
kelihatan dari luar.
Tanda dan Gejala dari Servisitis
• Perdarahan
• Keputihan yang berbau dan tidak gatal
• Cepat lelah
• Kehilangan berat badan
Diagnosa Banding dari Servisitis

• Karsinoma
• Lesi tuberculosis
• Herpes progenitalis
Pemeriksaan Penunjang untuk Servisitis
• Sitologi dengan cara Tes Pap
• Kolposkopi
• Servikografi
• Pemeriksaan visual langsung
• Gineskopi
• Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
Penatalaksanaan dan Pencegahan Servisitis
Luka yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi
lainnya, harus diatasi dengan pemasangan brainase. Rasa nyeri
diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yng efektif dan
bila terjadi retensi urin, pemasangan indwelling catheter harus
dilakukan.
Adneksitis
Pengertian Adneksitis
Salpingo-ooforitis atau Adnexitis adalah suatu radang pada tuba
fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan.
Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa
adalah jaringan yang berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi
dan ovarium. Istilah lain dari adnexitis antara lain: pelvic
inflammatory disease, salpingitis, parametritis, salpingo-oophoritis.
Etiologi Adneksitis
Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi
puerperal dan postpartum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis.
Adapun bakteri yang biasanya menyebakan terjadinya penyakit ini adalah
bakteri chalmydia dan gonorrhea.
Patofisiologi Adneksitis
Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi
bersamaan. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke
atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat
ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan –
jaringan sekitarnya.
Jenis Adneksitis

• Salpingo ooporitis akuta


• Salpingo ooporitis kronika
Tanda dan Gejala dari Adneksitis
• Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid (bukan pre menstrual
syndrome)
• Nyeri perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan
• Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
• Nyeri saat berhubungan intim
• Demam
• Nyeri punggung
• Leukosit tinggi
• Infertilitas
Diagnosa Banding dari Adneksitis

• Appendicitis
• Kehamilan ektopik
• Divertikulitis
Pemeriksaan Penunjang Adneksitis
• USG
• UKG
• Kuldoskopi dan laparoskopi tidak berarti keculi
bilamana pemeriksaan tersebut tidak dilakukan
pemeriksaan biopsi.
Penatalaksanaan
Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM + APP
(Total Abdominal Hysterectomy + Bilateral Salpingo-Oophorectomy +
Omentectomy + Appendectomy).
Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika. Tergantung dari
derajat penyakitnya, biasanya diberikan suntikan antibiotik kemudian diikuti
dengan pemberian obat oral selama 10-14 hari.
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
• Setiap pada pasangan, penyakit ini sebagian besar ditularkan melalui
hubungan seks bebas.
• Segera hubungi dokter apabila gejala - gejala penyakit ini muncul.
• Rutin memriksakan diri dan pasangan ke dokter ahli kandungan.
• Penggunaan kondom saat berhubungan seksual.
• Menjaga kebersihan organ genital.
Jurnal Penelitian
HUBUNGAN ANTARA SIKAP WANITA USIA SUBUR (Usia 20-35 Tahun) TERHADAP
PERILAKU PENCEGAHAN SERVISITIS DENGAN PEMERIKSAAN
SKRINING DI KELURAHAN KALIBANTENG KULON
LEBDOSARI SEMARANG TAHUN 2013

Penyakit IMS yang ditemukan di Kota Semarang, Puskesmas Lebdosari memiliki


angka kejadian servisitis tertinggi yang terdapat di Kelurahan Kalibanteng Kulon. Angka
kejadian servisitis umumnya dialami pada wanita usia subur. Pada tahun 2012 angka
kejadian servisitis pada wanita usia subur ( usia 20-35 tahun) sebanyak 356 jiwa (66,9 %)
sedangkan pada tahun 2013 angka kejadian servisitis semakin meningkat. Pada bulan
Maret sampai April ditemukan kasus servisitis 24,24 % dari 532 Wanita Usia Subur
sekitar 129 orang yang terdeteksi. Kecenderungan meningkatnya servisitis di Kelurahan
Kalibanteng Kulon Lebdosari Semarang karena pengaruh dari individu wanita usia subur.
Mereka beranggapan servisitis merupakan hal biasa yang terjadi pada wanita usia subur
(usia 20 – 35 tahun)(Puskesmas Lebdosari Semarang, 2013).
Perjalanan penyakit ini bisa ditangkap lewat skrining (KOMPAS , 2010). Pemeriksaan skrining
bukan diagnosis pasti penyakit melainkan deteksi dini, sehingga apabila menderita penyakit dapat
dilakukan pencegahan agar tidak muncul manifestasi klinis atau bila sudah muncul manifestasi klinis
dapat ditangani secara dini (Adnyana, 2012). Tujuan skrining untuk mendapatkan keadaan penyakit
dalam keadaan dini untuk memperbaiki prognosis, karena pengobatan dilakukan sebelum penyakit
mempunyai manifestasi klinis (Rajab, 2009 : 157).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 10 Wanita Usia Subur (usia 20 – 35
tahun) berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 april 2013 di Kelurahan Kalibanteng Kulon
Lebdosari Semarang didapatkan bahwa responden mengerti tentang macam-macam infeksi menular
seksual karena pihak Puskesmas Lebdosari Semarang sering mengadakan penyuluhan di klinik
Puskesmas Lebdosari. Dibuktikan dengan, wanita usia subur paham mengenai servisitis. Dari 10
responden 6 diantaranya mengerti tentang cara pencegahan servisitis dan 4 responden lainnya tidak
mengetahui cara pencegahan servisitis dan tidak melakukan pencegahan servisitis karena sedikitnya
kesadaran dari diri sendiri dan tidak adanya keluhan pada alat kelamin. Pada wanita usia subur (usia
20 -35 tahun) yang mengerti cara pencegahan servisitis, mereka melakukan perilaku pencegahan
servisitis dengan pemeriksaan skrining. Pemeriksaan skrining ini di lakukan berdasarkan dari
kemauan diri sendiri dan ajakan dari teman-teman.
Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Servisitis Pada Wanita Pekerja
Seksual Langsung di Lokalisasi Gondanglegi

Merujuk pada data laporan bulanan Dinas Kesehatan Kab. Malang tahun 2012-2013,
penemuan kasus IMS masih cukup tinggi jika dibandingkan penemuan total kasus (ISR
dan IMS). Pada tahun 2012 dari 1408 kasus yang ditemukan sejumlah 70.2% (1039)
merupakan IMS. Sedangkan tahun 2013 dari 1128 kasus yang ditemukan sejumlah 66.84
% (754) merupakan IMS. Dari data tersebut juga didapatkan fakta bahwa kasus servisitis
masih mendominasi penemuan kasus kasus IMS yaitu 89.51 % pada tahun 2012, dan
92.44% tahun 2013 (Dinas Kesehatan Kab Malang, 2013).
Menurut peneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap servisitis pada wanita pekerja
seksual langsung di lokalisasi Gondanglegi antara lain pemakaian kondom 1 minggu terakhir
dengan pelanggan, pemakaian kondom 1 minggu terakhir dengan pacar atau pasangan tetap,
cuci vagina, dan jumlah pelanggan. Berdasarkan hasil uji multivariat 4 faktor terhadap kejadian
Servisitis diperoleh hasil hanya perilaku cuci vagina yang mempunyai hubungan signifikan.
Disarankan pada WPSL untuk lebih meningkatkan konsistensi pemakaian kondom baik dengan
pelanggan maupun pacar dengan meningkatkan upaya intervensi perubahan perilaku dengan
bekerja sama dengan pengurus lokalisasi untuk menerapkan aturan dan sangsi lokal berkaitan
dengan pemakaian kondom.
SERVISITIS PADA WANITA DI LINGKUNGAN KELUARGA PEGAWAI
NEGERI SIPIL PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Kota Pontianak, jumlah penderita IMS yang diobati sebanyak 3.555 kasus. Dari
jumlah penderita IMS tersebut, sebanyak 707 orang (19,89 persen) diantaranya menderita
servisitis. Salah satu sumber data IMS Kota Pontianak tersebut adalah dari Poliklinik
Pemerintah Provinsi Kalbar. Hasil observasi selama pre-survey 3 bulan pertama pada tahun
2014 di Poliklinik Pemerintah Provinsi Kalbar ada 83 orang wanita keluarga PNS yang
melakukan pemeriksaan IVA. Ternyata 25 orang atau 30,12% menderita servisitis
(Dinkesprov Kalbar, 2014). Angka sesungguhnya dari data tersebut pasti lebih besar lagi,
karena banyak orang malu untuk memeriksakan diri terkait masalah servisitis.
Dalam penelitian ini, penulis meneliti tentang faktor yang diduga berhubungan dengan
terjadinya servisitis. Faktor-faktor tersebut adalah: (1) faktor vagina douching yang meliputi
intensitas vagina douching yang dilakukan; (2) faktor paritas; (3) faktor aktivitas seksual yang
meliputi variabel frekuensi berhubungan seks; (4) faktor kebersihan organ reproduksi; dan (5)
faktor kebersihan pakaian dalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor vagina
douching dengan servisitis, faktor paritas dengan servisitis, faktor aktivitas seksual dengan
servisitis, faktor kebersihan organ reproduksi dengan servisitis, dan faktor kebersihan pakaian
dalam dengan servisitis.
LAPAROSCOPIC ASSESMENT OF PELVIC INFLAMMATORY DISEASE
AMONG IUD USERS

Penyakit Radang Panggul (PRP) adalah salah satu komplikasi terpenting yang terjadi pada pemakaian
IUD. Telah diteliti 390 calon akseptor sterilisasi ligasi tuba secara laparoskopi, dengan perincian 194 kasus
(49,7%) akseptor IUD dan 196 (50,3%) bukan akseptor IUD, dilakukan eksplorasi rongga panggul untuk
melihat adanya PRP sebelum dilakukan sterilisasi ligasi tuba.
Didapat angka resiko relatif 95% PRP pada akseptor IUD sebanyak 2,52 dibanding dengan non-IUD.
Makin lama pemakaiam IUD, makin besar resiko terjadinya PRP dan kenaikan yang tajam PRP setelah
pemakaian 2 tahun. Insersi IUD oleh bidan atau dokter umun mempunyai resiko hampir sama untuk
terjadinya PRP. Bila insersi dilakukan dengan tempat dan peralatan medis yang kurang baik, maka risiko
terjadinya PRP lebih besar.
Disimpulkan bahwa laparoskopi eksplorasi memberikan keuntungan yang lebih dalam mendiagnosis
PRP, terutama yang secara klinis tidak dapat ditentukan.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai