Kelompok 5 Elisa Apriyani Erik Romadhoni Siti Hanifah Upi Asri Ainun Winda Sari Ramadhani A. Rujukan
Rujukan ibu hamil dan neonatus yang beresiko tinggi
merupakan komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Dengan memahami sistem dan cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan pasien. 1. Indikasi dan Kontraindikasi Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi : Rujukan Kegawatdaruratan Rujukan Berencana
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila :
Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk Persalinan sudah akan terjadi Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani Kondisi suaca atau modalitas transportasi membahayakan 2. Perencanaan Rujukan
a. Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan
keluarganya, karena rujukan harus medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan dan pertanyaan Ibu serta keluarganya. b. Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan sampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien c. Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien adalah: Nama pasien Nama tenaga kesehatan yang merujuk Indikasi rujukan Kondisi ibu dan janin Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien d. Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan diketahui oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien. e. Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas (secara langsung ataupun melalui faksimili) sesegera mungkin f. Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi. g. Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul berukuran 16 atau 18. h. Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera setelah berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua resusitasi, penanganan kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan pasien. i. Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan untuk merujuk, dengan mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi selama transportasi. j. Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk. k.Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk l. Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama tenaga kesehatan dan jam pemeriksaan terakhir 3. Perlengkapan
Perlengkapan dan modalitas transportasi secara spesifik
dibutuhkan untuk melakukan rujukan tepat waktu (kasus kegawatdaruratan obstetri). B. Pengawas Minum Obat (PMO)
Menurut Depkes RI (2009) Pengawas Minum Obat
(PMO) adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita dalam meminum obatnya secara teratur dan tuntas Persyaratan Pengawas Minum Obat (PMO) Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien. Seseorang yang dekat dengan pasien Bersedia membantu pasien dengan sukarela Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien. Tugas seorang PMO menurut Setiadi (2008) adalah: Mengawasi pasien agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang pada waktu yang telah ditentukan. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien C. Gakin
1. Sistem Pelayanan Kesehatan Gakin
Sejak 1998 muncul kebijakan lebih sistematis dan berskala nasional untuk melayani kebutuhan kesehatan penduduk miskin, yakni program Jaringan Pengamanan Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK). Tahun 2003, pemerintah menyediakan biaya untuk rujukan ke rumah sakit (RS) bagi penduduk miskin. 2. Dampak krisis ekonomi/krisis moneter Gakin tidak mampu memenuhi kebutuhan dan kecukupan gizi dan pangan, sehingga mereka rentan terhadap penyakit, terutama bayi, balita, ibu hamil dan buteki (ibu menyusui). Gakin tidak mampu berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan, atau seandainya mampu berobat tetapi tidak mampu membeli obat yang dibutuhkan. Jika terpaksa dirujuk ke rumah sakit, gakin tidak mampu membiayai transportasi maupun biaya perawatan. Gakin tidak mampu untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit, misalnya imunisasi bagi bayi dan ibu hamil. 3. Kebutuhan Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Dasar Penduduk Miskin Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) Immunisasi; pengobatan penyakit menular, khususnya Tuberkolosis (TB), malaria, demam berdarah dengue (DBD) Peningkatan gizi Promosi kesehatan Pelayanan rujukan di RSU (untuk kasus KIA/persalinan dan penyakit menular). 4. Kegiatan program PKPS-BBM
Kegiatan pelayanan kesehatan di RS, BP4 dan BKKM
Pemberian obat Pemberian imunisasi Pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya Pelayanan kesehatan oleh bidan di desa Kegiatan penunjang D. Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah jaminan perlindungan untuk pelayanan kesehatan secara menyeluruh (komprehensif) mencakup pelayanan promotif, preventif serta kuratif dan rehabilitatif yang diberikan secara berjenjang bagi masyarakat/peserta yang iurannya di bayar oleh Pemerintah. Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Tujuan pelaksanaan program Jamkesmas
a. Terselenggaranya akses dan mutu pelayanan kesehatan
terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan yang optimal secara efektif dan efisien. b. Meningkatkan cakupan masyarakat tidak mampu yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan Rumah Sakit, serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Kepesertaan Program Jamkesmas Peserta program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS, yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada tahun 2010, sasaran program Jamkesmas diperluas kepada tiga kelompok sasaran baru yaitu orang miskin baru akibat tertimpa musibah bencana, orang miskin penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan di Rumah Tahanan (Rutan), orang-orang tua miskin yang tinggal di Panti Sosial, anak terlantar dan anak‐anak yatim piatu yang tinggal di panti‐panti asuhan. Manfaat pelayanan jaminan persalinan pada pelayanan nifas (Post Natal Care) yaitu Tatalaksana pelayanan Pelayanan nifas (PNC) sesuai standar yang dibiayai oleh program ini ditujukan pada ibu dan bayi baru lahir yang meliputi pelayanan ibu nifas, pelayanan bayi baru lahir, dan pelayanan KB pasca salin. Keluarga Berencana (KB) Pelayanan kesehatan dalam program Jamkesmas menerapkan pola pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan dengan ketentuan sebagai berikut Pelayanan rawat jalan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan jaringannya. Pelayanan rawat inap diberikan di Puskesmas Perawatan dan ruang rawat inap kelas III (tiga) di RS Pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/POLRI dan RS Swasta yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan. Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) wajib memberikan pelayanan kepada peserta walaupun tidak memiliki perjanjian kerjasama. RS/BKMM/BBKPM melaksanakan pelayanan rujukan lintas wilayah dan biayanya dapat diklaimkan oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang bersangkutan ke Kementerian Kesehatan Pendanaan Jaminan Persalinan Pendanaan Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan dasar dan pelayanan rujukan merupakan belanja bantuan sosial (bansos) bersumber APBN yang dimaksudkan untuk mendorong pencapaian program, percepatan pencapaian MDG’s 2015 serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan termasuk persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan. TERIMAKASIH