Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS PASIEN ANAK DENGAN KEJANG DEMAM DI

RUMAH SAKIT DAERAH MAY JEND. HM. RYACUDU


KOTABUMI KABUPATEN LAMPUNG UTARA
TAHUN 2019
Kejang demam di Indonesia mencapai 2 - 4%
(Marwan, 2017). Kemungkinan kambuhnya
kejang demam pada anak umur dibawah 12
bulan adalah 50% dan akan menurun sampai
30% setelah anak berumur di atas 12 bulan.
Kemungkinan terjadinya kambuh kembali akan
meningkat menjadi 50% pada anak-anak yang
mengalami kejang demam untuk yang kedua
kalinya (Talebian, 2017).
Tujuan

• Deskripsi hasil Asuhan Keperawatan


Komprehensif pada Balita dengan dengan
kejang demam di Rumah Sakit Daerah
May Jend. HM. Ryacudu Kotabumi
Kabupaten Lampung Utara Tahun 2019.
BAB I
PENDAHULAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada anak yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu
di atas 380C, dengan metode pengukuran suhu apa pun)
yang tidak disebabkan oleh proses intracranial penyebab
kejang demam yaitu:
• 1. Demam itu sendiri yang disebabkan oleh infeksi
saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroentritis, dan infeksi saluran kemih.
• 2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme.
• 3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal
oleh infeksi.
• 4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
• 5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus)
BAB II
TINJAUAN TEORI
• Definisi
 Kejang demam berdasarkan definisi dari The International
League Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and
Prognosis) adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh
lebih dari 38,40C tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau
gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa
riwayat kejang sebelumnya.
Kejang demam atau febris convulsion adalah bangkitan kejang
yang terjkadi pada saat kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas
380C) yang disebabkan oleh proses ektra kranium (Ngastiyah,
2009).
• Etiologi
 Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat
yang menimbuan demam dapat menyebabkan kejang demam.
Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah
infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia,
gastroenteritis akut, bronchit is, dan infeksi saluran kemih
(Arief,2015). (Suryanti, 2011).
• Tanda dan Gejala
 Tanda dan gejala anak yang mengalami kejang demam
adalah sebagai berikut :
1. Demam
2. Saat kejang, anak kehilangan kesadaran, kadang –
kadang nafas dapat berhenti beberapa saat.
3. Tubuh, termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala
terkulai kebelakang, disusul gerakan kejut yang kuat.
4. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru,
dan bola mata naik ke atas.
5. Gigi terkatup dan kadang disertai muntah.
6. Nafas dapat berhenti beberapa saat.
7. Anak tidak dapat mengontrol buang air besar dan
kecil (Ismael, 2016).
• Klasifikasi

 Kejang demam kompleks ialah kejang demam yang


lebih lama dari 15 menit, fokal atau multiple (lebih
dari 1 kali kejang per episode demam). Kejang demam
sederhana ialah kejang demam yang bukan kompleks.
Kejang demam berulang adalah kejang demam yang
timbul pada lebih dari satu episode demam. Epilepsi
ialah kejang tanpa demam yang terjadi lebih dari satu
kali (Arief,2015).
 Kejang demam terbagi menjadi dua, yakni kejang
demam sederhana dan kejang demam kompleks.
• Patofisiologi
 Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15%
dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
 Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan
tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seeorang
anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
 Dari kenyataan inilah dapatlah disimpulkan bahwa
terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada
ambang kejang yang rendah sehingga dalam
penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat
suhu berapa penderita kejang.
• Manifestasi Klinis

 Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa


serangan kejang klonik atau tonik klonik bilateral. Seringkali
kejang berhenti sendiri.
 Kejang yang terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan
biasanya berkembang bila suhu tubuh (dalam) mencapai 39°C
atau lebih.
• Diagnosa
 Beberapa hal dapat mengarahkan untuk dapat menentukan
diagnosis kejang demam antara lain:
1. Anamnesis
2. Gambaran Klinis
3. Pemeriksaan fisik dan laboratorium
• Komplikasi
 Komplikasi Kompikasi kejang demam menurut Waskitho
(2013) adalah
1. Kerusakan neorotransmiter
2. Epilepsi
3. Kelainan anatomi di otak
4. Kecacatan atau kelainan neorologis karena disertai demam
• Prognosis
 Kecacatan atau kelainan neurologis Prognosis kejang demam secara
umum sangat baik. Dapat dilihat dari faktor risiko berulangnya
kejang demam .
• Pemeriksaan dan Observasi
 Pada kejang demam kompleks, pemeriksaan difokuskan untuk
mencari etiologi demam.
• Penatalaksanaan Medik dan Keperawatan
 Pada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan,
yaitu:
1. Pengobatan fase akut
2. Mencari dan Mengobati Penyebab
3. Pengobatan Profilaksis
4. Profilaksis intermitten
5. Profilaksis terus- menerus dengan antikonvulasan tiap hari
• Tatalaksana Saat Demam
 Antipiretik
 Antikonvulsan

• Edukasi Ibu
 Kejang demam merupakan hal yang sangat menakutkan ibu dan tak
jarang ibu menganggap anaknya akan meninggal.
• Beberapa hal yang harus dikerjakan saat kejang
1. Tetap tenang dan tidak panik.
2. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
3. Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun lidah
mungkin tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi, catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang.
6. Berikan diazepam rektal. Jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih (Pusponegoro,2006).
• Vaksinasi
 Sejauh ini tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi
terhadap anak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah
demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca
vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang
divaksinasi sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per
100.000.
ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG
DEMAM

• Nama :An. “ S”
• Tempat Tgl Lahir / Usia :09 September 2018
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Alamat : Kotabumi Ilir
• Tgl. Masuk : 01-11-2019
• Diagnosa Medik : KDS cc
Tonsilitis
Keluhan Utama
• Pada saat melakukan pengkajian, ibu
mengatakan anaknya demam. Anak demam
sehingga tidak bisa istirahat. Demam dengan
suhu 38,6oc dimana anak tidak kooperatif selalu
menangis dan menyusu. Pasien mengalami
kejang 1x, kejang terjadi pada kaki, tangan dan
mata berputar-putar. Kejang terjadi kurang dari
5 menit. Saat demam ibu pasien memberikan
paracetamol. Anak tidak mau makan hanya
minum air putih dan ASI. Keluhan dirasakan
sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat dahulu
• Ibu pasien mengatakan anaknya pernah sakit
pilek dan batuk. Keluarga pasien hanya
membawa ke bidan atau dokter saat sakit.
Sebelumnya pasien pernah mengalami kejang
2 bulan yang lalu.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum anak nampak lemah dan murung
• Tanda-tanda vital :
– Suhu : 38,6O C
– Nadi : 90 X/i
– Respirasi : 24 X/i
• Antropometri
• Tinggi badan : 72 Cm
• Berat badan : 8 kg
• Lingkar lengan atas : 10 Cm
• Lingkar kepala : 48 Cm
• Lingkar dada : 52 Cm
• Lingkar perut : 49 Cm
Sistem pernafasan
• Sistem pernafasan tidak terganggu.
Hidung simetris kiri dan kanan tidak
terdapat pernafasan cuping hidung,
sekret dan polip, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan tumor. Bentuk dada
normal. Perbandingan ukuran antero
posterior dengan transfersal 1 : 2,
gerakan dada simetris pada saat otot
bantu pernafasan berfungsi
Sistem Pencernaan
Bibir kering, mulut tidak mengalami stomatitis, jumlah gigi 4
buah, kemampuan menelan ada kesulitan, Kesulitan
bernafas, batuk
• Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
• T0 : bila sudah dioperasi
• T1 : ukuran yang normal ada
• T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
• T3 : pembesaran mencapai garis tengah
• T4 : pembesaran melewati garis tengah
gaster tidak kembung, gerakan peristaltik normal, tidak ada
nyeri tekan pada daerah abdomen anus tidak ada lecet
Pemeriksaan Penunjang
Resiko Jatuh (MORSE)
• Tidak ada resiko jatuh

Skringing Gizi MST


• Hasil skor 1, dengan keterangan normal
Bila skor ≥ 2 , Pasien berisiko malnutrisi, konsul
ke ahli gizi
Terapi obat

Nama Obat Dosis Rute

IV
IUFD DS ¼ NS 800 cc/24
jam

Injeksi ampisilin 3x 400 mg IV

PCT Syirup 3x 80 mg Oral

Dizepam 2,4 mg Oral jika Temp:


>38oC
Data Fokus
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

- Keluarga mengatakan pasien kejang 1 x di - Anak nampak lemah


rumah , - Akral hangat
- Keluarga mengatakan anaknya demam naik - kejang demam
turun - TTV :
- ibu mengatakan anaknya demam sudah 2 hari S : 38,6o C
- Ibu mnegatakan anaknya sulit tidur
R : 24X/i
- Ibu mengatakan anaknya rewel
- Ibu mengatakan anaknya lemas N : 90X/i

- Konjungtiva anemi, bibir pucat, bibir kering.

- anak nampak rewel


Prioritas Diagnosa Keperawatan
• Hipertermi berhubungan dengan Efek dari
sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
• Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi
• Risiko cidera berhubungan dengan aktivitas
kejang
Intervensi
Tanggal/Jam No. Implementasi Respon Pasien
Dx
01-Nov-2019 1 Mengukur suhu S: 36,60C
Pasien
08. 00 WIB 2 Ibu pasien
09.15 WIB Memberikan mengatakan belum
penjelasan tentang mengetahui TWS,
TWS saat pasien demam
pasien dikompres
dengan air dingin
Ibu pasien
2 Mempraktikan WTS Memperhatikan
09.30 WIB pada boneka dengan baik

1 Memberikan terapi Ibu pasien


10.00 WIB PCT mengatakan anaknya
sudah tidak demam
3 Menganjurkan ibu/ Ibu pasien
11.00 WIB keluarga untuk mengatakan anaknya
selalu mengawasi selalu digendong
Pasien dan selalu ada yang
Menjaga

1 Mengukur suhu S: 36,50C, pasien


Pasien tampak lemah
12.00 WIB
Tanggal No.
Evaluasi SOAP TTD
Dx
1 S: ibu pasien mengatakan anak sudah tidak
03 Nov 2019
mengalami demam,namun demam masih
muncul pada malam hari
O: S: 36,50C,
A: masalah hipertermi belum teratasi.
O: lanjutkan intervensi ( monitor suhu pasien,
ajarkan tekhnik TWS)
2 S: ibu pasien mengatakan paham dengan cara
TWS
O: ibu pasien tampak bingung saat ditanya
cara menangani kejang demam.
A: masalah defisiensi pengetahuan belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi (berikan pendidikan
kesehatan mengenai kejang demam, demam,
dan penanganan kejang demam)

3 S: ibu pasien mengatakan anak sudah tidak


mengalami kejang, ibu pasien mengatakan
selalu menemani pasien, ibu pasien mengataka
anaknya rewel
O: anak tampak kejang pada tangan, anak
Pembahasan

• Dari hasil pengkajian didapatkan hasil


pengkajian Pada saat melakukan pengkajian, ibu
mengatakan anaknya demam. Anak demam
sehingga tidak bisa istirahat. Demam dengan
suhu 38,6oc dimana anak tidak kooperatif selalu
menangis dan menyusu. Pasien mengalami
kejang 1x, kejang terjadi pada kaki, tangan dan
mata berputar-putar. Kejang terjadi kurang dari
5 menit. Saat demam ibu pasien memberikan
paracetamol. Anak tidak mau makan hanya
minum air putih dan ASI. Keluhan dirasakan
sejak 2 hari yang lalu.
Dari hasil analisa data yang didapat dari hasil
pengkajian, sesuai dengan data subyektif dan
data objektif, penengakkan diagnose sesuai
dengan hasil pengkajian yang di dapatkan.
Pada hasil pengkajian terdapat kesesuaian
antara kasus dan teori, maka diagnose yang di
tegakkan dalam kasus ini terdapat kesesuaian
dengan teori yakni hipertermi, resiko cedera
dan deficit pengetahuan orang tua tentang
penanganan kejang demam
• Perencanaan yang diberikan pada asuhan
keperawatan dengan kejang demam
disesuaikan dengan diagnose yakni
mengenai penanganan hipertermi, resiko
cedera dan pengetahuan orang tua.
Perencanaan di buat sesuai dengan teori
asuhan keperawatan kejang demam
dengan diagnose yang sama. sehingga
terdapat kesesuaian antara teori dan
kasus.
• Hasil evaluasi sesuai dengan kriteria hasil
yang di harapkan sesuai perencanaan dan
intervensi yang di lakukan, maka di dapat
disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan
antar teori dan kasus pada asuhan
keperawatan anak dengan kejang demam.
Kesimpulan
• Hasil pengkajian kasus sesuai tidak
terdapat kesenjangan dengan teori.
• Tidak terdapat kesenjangan antara
kasus dan teori
• Dari asuhan keperawatan Pada anak
dengan kejang demam setelah diberikan
tindakan selama 3 hari kemudian
diperoleh masalah teratasi.
Saran
• Pelayanan kesehatan Agar selalu dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih
baik khususnnya dalam peroses pemberian
asuhan keperawatan serta selalu memberi
perawatan yang intensif khususnya pada
penderita kejang demam.
• Bagi Rumah sakit disarankan untuk dapat
mengadakan alat EEG Elektroensefalografi
sebagai alat merekam aktivitas elektrik di
sepanjang kulit kepala. EEG mengukur fluktuasi
tegangan yang dihasilkan oleh arus ion di dalam
neuron otak, yang dapat digunakan sebagai
pemeriksaan penunjang bagi anak dengan kejang.

Anda mungkin juga menyukai