Hukum Acara Pidana
Hukum Acara Pidana
Fakultas Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
2015
1
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA
HUKUM
PIDANA KUHPIDANA
MATERIIL
MEMPERTAHANKA
N
Hukum Pidana
Dalam Arti Luas
HUKUM HUKUM
PIDANA ACARA
FORMIL PIDANA
2
PENGERTIAN Menurut Para Ahli
Hukum
Simon. HAP / hukum pidana formil : mengatur bagaimana caranya Negara
dengan perantaraan alat-alat kekuasaanya menggunakan haknya untuk
menghukum dan menjatuhkan hukuman, dengan demikian ia memuat
acara pidana .
Andi Hamzah. : Hukum acara pidana merupakan bagian dari hukum pidana
dalam arti yang luas. Hukum pidana dalam arti yang luas meliputi baik
hukum pidana substantive (materiil) maupun hukm pidana formal atau
hukum acara pidana.
3
• Mochtar Kusuma Atmadja. Hukum Acara Pidana adalah peraturan hukum pidana yang
mengatur bagaimana cara mempertahankan berlakunya hukum pidana materil. Hukum
Pidana Formil memproses bagaimana menghukum atau tidak menghukum seseorang yang
dituduh melakukan tindak pidana (makanya disebut sebagai HukumAcara Pidana)
• Wirjono Prodjodikoro. Hukum Acara Pidana adalah rangkaian peraturan yang memuat cara
bagaimana badan-badan pemerintah yang berkuasa, yakni kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan negara dengan mengadakan hukum
pidana
• Bambang Poernomo . Hukum acara pidana itu beranggapan bahwa hukum acara pidana
mempunyai dasar norma-norma tersendiri, bahkan dilihat dari susunan serta substansi
hukum acara pidana mengandung struktur ambivalensi dari segi perlindungan manusia dan
bersegi majemuk dari segi kewenangan alat perlengkapan Negara dalam rangka usaha
mempertahankan pola integrasi kehidupan bermasyarakat.
• Van hattum HAP/ hukum pidana formil adalah memuat peraturan-peraturan yang mengatur
tentang bagaimana caranya hukum pidana yang bersifat abstrak itu harus diberlakukan secara
nyata.
4
PENGERTIAN SECARA UMUM
Hukum Acara Pidana /HAPID:
Kumpulan peraturan yang dipergunakan untuk
mempertahankan hak dan menjalankan
kewajiban dalam proses peradilan pidana oleh
institusi penegak hukum (polisi, jaksa, hakim &
advokat) dalam rangka menegakan hukum pidana
materiil.
5
FUNGSI HAPID
Fungsi Represif HAPID
7
SUMBER-SUMBER HAPID
SUMBER HUKUM
HAPID
INQUISITOIR ACCUSATOR
8
DASAR HUKUM
HUKUM ACARA PIDANA DI INDONESIA
• Umum
UUD NRI 1945
UU Kekuasaan Kehakiman
UU Mahkamah Agung
UU Peradilan Umum
UU Kepolisian
UU Kejaksaan
KUHAP
• Khusus
Hukum Acara Pidana yg termuat di dlm UU Khusus, mis: UU
TIPIKOR, UU MONEY LAUNDERING, etc
9
DASAR FILOSOFI KUHAP (1)
Konsideran: Menimbang
Bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang
menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
Bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian itu di bidang hukum acara
pidana adalah agar masyarakat menghayati hak dan kewajibannya dan untuk
meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi
dan wewenang masing-masing ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan
terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum demi
terselenggaranya negara hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945
10
DASAR FILOSOFI KUHAP (2)
Bahwa demi pembangunan di bidang hukum sebagaimana termaktub dalam Garis-
garis Besar Haluan Negara (Ketetapan Majelis Permusyawaratan. Rakyat Republik
Indonesia Nomor IV/MPR/1978) perlu mengadakan usaha peningkatan dan
penyempurnaan pembinaan hukum nasional dengan mengadakan pembaharuan
kodifikasi serta unifikasi hukum dalam rangkuman pelaksanaan secara nyata dari
Wawasan Nusantara.
Bahwa hukum acara pidana sebagai yang termuat dalam Het Herziene Inlandsch
Reglement (Staatsblad Tahun 1941 Nomor 44) dihubungkan dengan dan Undang-
undang Nomor 1 Drt. Tahun 1951 (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 81) serta semua peraturan pelaksanaannya dan ketentuan
yang diatur dalam perundang-undangan lainnya sepanjang hal itu mengenai hukum
acara pidana, perlu dicabut, karena sudah tidak sesuai dengan cita-cita hukum
nasional
11
LANDASAN YURIDIS (1)
Konsideran : Mengingat
Undang-Undang Dasar 1945
Presiden memegang
kekuasaan membentuk
Pasal 5 ayat (1) undang-undang dengan
persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat
Tiap-tiap undang-
undang menghendaki
persetujuan Dewan Pasal 20 ayat (1)
Perwakilan Rakyat Segala warga negara
bersamaan kedudukannya
dalam hukum dan
Pasal 27 ayat (1) pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya
12
LANDASAN YURIDIS (2)
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
IV/MPR/1978 tentang
GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA (GBHN)
15. Sasaran-sasaran yang hendak dicapai dalam berbagai bidang dengan pelaksanaan
Pembangunan Jangka Panjang adalah sebagai berikut: Bidang Politik :
Dalam rangka mencapai sasaran itu termasuk di dalamnya usahausaha untuk
menciptakan, mengkonsolidasikan dan memanfaatkan kondisi-kondisi serta situasi untuk
memungkinkan terlaksananya prosesproses pembaharuan kehidupan politik, sehingga
dapat diciptakan keadaan dengan sistem politik yang benar-benar demokratis, stabil,
dinamis, efektif dan efisien yang dapat memperkuat kehidupan konstitusional,
mewujudkan Pemerintahan yang bersih, berkemampuan dan berwibawa, pengawasan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang semakin efektif serta terwujudnya kesadaran dan
kepastian hukum dalam masyarakat yang semakin mantap
13
LANDASAN YURIDIS (3)
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2951).
Pengadilan Tinggi
Mahkamah Agung
15
ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA
1. ASAS LEGALITAS
Asas atau prinsip legalitas dengan tegas disebut dalam konsideran KUHAP
seperti yang dapat dibaca pada huruf a, yang berbunyi:
"Bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi
manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
16
2. ASAS KESEIMBANGAN
17
3. ASAS PRA-DUGA TAK BERSALAH
Asas "praduga tak bersalah" atau presumption of
innocent dijumpai dalam penjelasan butir 3 huruf c.
Dengan dicantumkan asas praduga tak bersalah dalam
Penjelasan KUHAP, dapat disimpulkan, pembuat
undang-undang telah menetapkannya sebabagai asas
hukum yang melandasi KUHAP dan penegakan hukum
(law enforcement).
Setiap orang yang sudah disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau
dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah
sampai adanya putusan pengadilan menyatakan kesalahannya dan
memperoleh kekuatan hukum tetap
19
4. Asas ganti kerugian
Penjelasan Umum angka 3 huruf d:
Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau
hukum yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat
penyidikan dan para pejabat penegak hukum, yang dengan sengaja atau karena
kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan
atau dikenakan hukuman administrasi;
Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan
serta bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara konsekuen
dalam seluruh tingkat peradilan
21
5. Asas Bantuan Hukum
Penjelasan Umum angka 3 huruf f:
Pasal 1 angka 13
Pasal 54
Pasal 59 BAB XI Pasal 56-57 UU No. 48/2009
Pasal 60
BAB VII Pasal 69-Pasal 74
Pasal 114
22
6. Asas Terbuka Untuk Umum
Penjelasan angka 3 huruf i:
Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka
untuk umum kecuali dalam hal yang diatur dalam
undang-undang
23
7. Asas Pengawasan
Penjelasan angka 3 huruf j:
Pra-Adjudikasi Adjudikasi
24
8. Asas Pemeriksaan Kehadiran
Terdakwa
Penjelasan angka 3 huruf h:
Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya
terdakwa
25
PEMERIKSAAN PRA-ADJUDIKASI
Oleh:
DR (Cand). Gelora Tarigan, S.H., M.H.
Rocky Marbun, S.H., M.H.
Dudung Abdul Azis, S.H., M.H.
MODUL II 26
PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA
PRA-ADJUDIKASI ADJUDIKASI
KEPOLISIAN KEJAKSAAN
PENGADUAN LAPORAN
Pemberitahuan disertai permintaan Pemberitahuan yang disampaikan
oleh pihak yang berkepentingan oleh seorang karena hak atau
kepada pejabat yang berwenang kewajiban berdasarkan undang-
untuk menindak menurut hukum undang kepada pejabat yang
seorang yang telah melakukan tindak berwenang tentang telah atau sedang
pidana aduan yang merugikannya. atau diduga akan terjadinya peristiwa
(Pasal 1 butir 25 KUHAP) pidana. (Pasal 1 butir 24 KUHAP)
28
Perbedaan Laporan dan Pengaduan
• Laporan dapat disampaikan oleh setiap orang dan
merupakan kewajibannya, sementara pengaduan
hanya dapat diajukan oleh orang tertentu saja buka
kewajibanny tapi merupakan hak.
• Dari segi obyeknya, laporan obyeknya adalah setiap
delik/tindak pidana yang terjadi tidak ada
pengecualiannya, jadi hal ini berkenaan dengan delik
biasa. sementara pengaduan, obyeknya terbatas pada
delik-delik aduan saja.
• Dari segi isinya, laporan berisi tentang pemberitahuan
tanpa disertai permohonan, sedangkan pengaduan
isinya pemberitahuan disertai dengan permohonan
untuk segera melakukan tindakan hukum.
• Dari segi Pencabutan, Laporan tidak dapat dicabut
kembali sementara pengaduan dapat dicabut kembali.
29
PENYELIDIK
Pasal 4 KUHAP yang berwenang melakukan
fungsi penyelidikan adalah
“Setiap Pejabat polisi negara Republik
Indonesia”. dalam pasal ini ditegaskan hanya
polisi yang mempunyai kewenangan untuk
melakukan penyelidikan dan pejabt diluar
kepolisian tidak diperkenankan oleh undang-
undang begitu pula jaksa.
30
KEWENANGAN PENYELIDIK
• Kewenangan berdasarkan Kewajiban
(Hukum)
• Kewenangan berdasarkan Perintah Penyidik.
(Lihat Pasal 5 KUHAP)
31
Kewenangan berdasarkan Kewajiban
(Hukum)
• Menerima laporan dan pengaduan dari
seseorang tentng adanya tindak pidana;
• Mencari keterangan dan barang bukti;
• Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai
dn menanyakan serta memeriksa tnda
pengenal diri;
• Mengadakan tindakan lain menurut hukum
yang bertanggungjawab.
32
Kewenangan berdasarkan Perintah
Penyidik.
Kewajiban dan wewenang penyelidik ini muncul manakala
ada perintah dari penyidik.
33
Syarat “Tindakan Lain” Untuk
kepentingan Penyelidikan dan
penyidikan
• Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
• Selaras dengan kewajiban hukum yang
mengharuskan dilakukannya tindakan jabatan;
• Tindakan itu harus patut dan masuk akal dan
termasuk dalam lingkungan jabatannya;
• Atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan
memaksa;
• Menghormati hak asasi manusia.
(Lihat Penjelasan Pasal 5 ayat (1) KUHAP jo Pasal 16
ayat (2) UU Kepolisian)
34
TUJUAN PENYELIDIKAN
• untuk mengetahui dan menentukan peristiwa
apa yang sesungguhnya telah terjadi;
• bertugas membuat berita acara serta laporan
yang nantinya merupakan dasar permulaan
penyidikan.
35
PENYIDIKAN
“Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara tertentu untuk mencari serta
mengumpulkan keterangan, bukti-bukti, guna
mengungkap tentang tindak pidana yang
terjadi dan menemukan tersangkanya.”
(vide Pasal 1 angka 2 KUHAP)
36
Yang dimaksud dengan “keterangan”?
• Tindak apa yang telah dilakukan
• Kapan dan dimana tindak tersebut dilakukan
• Dengan apa dan bagaimana tindak tersebut
dilakukan
• Mengapa (motif) tindak tersebut dilakukan
dan siapa pembuat.
37
TUGAS DAN KEWENANGAN PENYIDIK
(Pasal 7 kuhap)
1. Menerima Laporan Atau Pengaduan Dari Seorang Tentang Adanya
Tindak Pidana;
2. Melakukan Tindakan Pertama Pada Saat Di Tempat Kejadian;
3. Menyuruh Berhenti Seorang Tersangka Dan Memeriksa Tanda
Pengenal Diri Tersangka;
4. Melakukan Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan Dan
Penyitaan;
5. Melakukan Pemeriksaan Dan Penyitaan Surat;
6. Mengambil Sidik Jari Dan Memotret Seorang;
7. Memanggil Orang Untuk Didengar Dan Diperiksa Sebagai
Tersangka Atau Saksi;
8. Mendatangkan Orang Ahli Yang Diperlukan Dalam Hubungannya
Dengan Pemeriksaan Perkara;
9. Mengadakan Penghentian Penyidikan;
10. Mengadakan Tindakan Lain Menurut Hukum Yang Bertanggung
Jawab.
38
Tugas dan kewenangan penyidik
lainnya
39
PEJABAT PENYIDIK
• Pejabat polisi negara Republik Indonesia (Pembantu
Letnan Dua atau Komandan Sektor Kepolisian berpangkat
Bintara di bawah Pembantu Letnan Dua yang karena
jabatan nya adalah penyidik) PP 27/1983
41
Tertangkap tangan
(ontdekking op heterdaad)
• Pada waktu sedang melakukan tindak pidana;
• Sesudah setelah beberapa saat tindak pidana;
• Sesaat setelah diserukan oleh khalayak ramai
sebagai pelaku
42
UPAYA PAKSA
• Penangkapan
• Penahanan
• Penggeledahan
• Penyitaan
43
PENANGKAPAN
Suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan
tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan
penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini.
(PASAL 1 ANGKA 20 KUHAP)
Tujuan Penangkapan:
44
Syarat Formil Penangkapan
• Bukti Permulaan Yang Cukup (Psl 17 KUHAP)
• Surat Tugas
• Surat Perintah Penangkapan e.g.: identitas
tersangka, alasan penangkapan, uraian
singkat perkara kejahatan yg disangkakan,
tempat dimana ia akan diperiksa.
• Lamanya penangkapan 1 (satu) hari (Psl 19
ayat (1) KUHAP)
45
Bukti Permulaan Yang Cukup
Bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana sesuai dengan
bunyi Pasal 1 butir 14
46
PENAHANAN
49
TUJUAN PENAHANAN
50
SYARAT FORMIL PENAHANAN
• Landasan Formil
1. Tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara
lima tahun atau lebih; atau
2. Tindak pidana yang dikecualikanPsl 21 ayat (4)
huruf b KUHAP
• Landasan Kekhawatiran Psl 21 ayat (1) KUHAP
1. Adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran;
2. Tersangka atau terdakwa akan melarikan diri;
3. Tersangka atau terdakwa akan merusak atau
menghilangkan barang bukti
4. Tersangka atau terdakwa mengulangi tindak pidana
51
SYARAT FORMIL LAINNYA
• Surat Perintah Penahanan atau Penetapan
Hakim, yang berisikan e.g: identitas tersangka
atau terdakwa, alasan penahanan, uraian
singkat perkara kejahatan yang
dipersangkakan atau didakwakan, dan tempat
penahanan;
• Tembusan surat perintah penahanan harus
diserahkan kepada keluarganya;
52
JANGKA WAKTU PENAHANAN
• Tingkat Penyidikan (Psl 24 KUHAP)
Penahanan oleh Penyidik : 20 hari
Perpanjangan Penahanan : 40 hari
Perpanjangan oleh JPU
53
JANGKA WAKTU PENAHANAN
• Tingkat Pemeriksaan Sidang PN (Psl 26
KUHAP)
Penahanan oleh Hakim PN : 30 hari
Perpanjangan Penahanan : 60 hari
Perpanjangan oleh KPN
Tingkat Pemeriksaan Sidang PT (Psl 27 KUHAP)
Penahanan oleh Hakim PT : 30 hari
Perpanjangan Penahanan : 60 hari Perpanjangan
oleh KPT
54
JANGKA WAKTU PENAHANAN
• Tingkat Pemeriksaan Sidang MA (Psl 28
KUHAP)
Penahanan oleh Hakim MA : 50 hari
Perpanjangan Penahanan : 60 hari
Perpanjangan oleh KMA
55
PENGECUALIAN
PERPANJANGAN PENAHANAN
Pasal 24
Menderita gangguan
Pasal 25 fisik atau mental
yang berat
Pasal 29 DIKECUALIKAN
Pasal 26
JIKA 60 hari
Pasal 27
Diancam pidana 9
tahun lebih
Pasal 28
56
PENANGGUHAN PENAHANAN
Pasal 31 ayat (1) KUHAP :
Atas permintaan tersangka atau terdakwa,
penyidik atau penuntut umum atau hakim,
sesuai dengan kewenangan masing-masing,
dapat mengadakan penangguhan penahanan
dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan
orang, berdasarkan syarat yang ditentukan
57
SYARAT PENANGGUHAN PENAHANAN
60
SIFAT JAMINAN
Ketentuan mengenai jaminan bersifat fakultatif
dan bukan imperative, berdasarkan frase:
61
BENTUK FORMIL PENANGGUHAN
PENAHANAN
• Dalam bentuk perjanjian
• Ditegaskan secara tertulis jumlah jaminan uang
• Penyebutan istilah jaminan berdasarkan Psl 35 PP
27/1983 adlh Uang Jaminan
• Penyebutan istilah jaminan berdasarkan Psl 36 PP
27/1983 adlh Uang Tanggungan
Dasar Hukum: Surat Keputusan Menteri Kehakiman
No. M.14.PW.07.03/1983
tentang Addendum Pedoman
Pelaksanaan KUHAP
62
TATA CARA PERMOHONAN
PENANGGUHAN PENAHANAN
• Adaya permintaan;
• Haruslah berbentuk tertulis;
• Pejabat atau instansi yang menahan
menetapkan besarnya uang jaminan secara
jelas disebutkan dalam surat perjanjian
Dasar Hukum: Lampiran Keputusan Menteri
Kehakiman
No. M.14-PW.07.03/1983
angka 8 huruf a
63
PEMBANTARAN PENAHANAN
(Penundaan Penahanan Sementara)
Pasal 19 ayat (8) PP No. 27 Tahun 1983:
Dalam hal tertentu, tahanan dapat diberi izin
meninggalkan RUTAN untuk sementara dan
untuk keperluan ini harus ada izin dari pejabat
yang bertanggung jawab secara juridis atas
tahanan itu.
64
MAKNA
“dalam hal tertentu”
• Apabila tahanan menderita sakit yang
memerlukan perawatan dan/atau pemeriksaan
dokter di luar RUTAN, maka selain harus
memenuhi ketentuan ayat ini, harus pula disertai
keterangan dokter RUTAN yang ditunjuk oleh
Menteri.
• Pulang ke rumah keluarganya, karena keluarga
sakit keras, kematian anak, istri, orang tua dan
sebagainya yang menurut pertimbangan pejabat
yang bertanggung jawab secara juridis dapat
disetujui.
65
PENGGELEDAHAN
67
PENGGELEDAHAN orang
Dalam hal Penggeledahan Orang/Badan, maka hal-hal yang perlu diketahui
adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan surat perintah tugas dan identitas petugas;
2. Memberitahukan kepentingan tindakan penggeledahan secara jelas dan
sopan;
3. Meminta maaf dan meminta kesediaan orang yang digeledah atas
terganggunya hak privasi karena harus dilakukannya pemeriksaan;
4. Memperhatikan dan menghargai hak-hak orang yang digeledah;
5. Melaksanakan penggeledahan terhadap perempuan oleh petugas
perempuan ;
6. Jika perlu dilakukan pemeriksaan penggeledahan rongga badan dapat
diminta bantuan pejabat kesehatan/paramedik ;
7. Pengeledahan pakaian, harus dilakukan diruang tertutup atau minimal
tidak dilakukan di depan umum ;
8. Seorang wanita yang akan digeledah, khususnya pada bagian rongga badan
dapat menolak untuk digeledah/diperiksa jika penyidik/penyidik
pembantunya bukanlah seorang wanita.
68
Penggeledahan yang bersifat
khusus
• Surat/Paket Pos/Titipan Kilat
persyaratan agar dapat memeriksa barang-barang tersebut, antara lain sebagai
berikut:
1. Izin khusus yang diberikan dari Ketua Pengadilan Negeri ;
2. Penyidik wajib memberikan Surat Tanda Penerimaan bila kepala kantor pos dan
telekomunikasi, kepala jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkutan
lain sudah menyerahkan kepada Penyidik ;
3. Apabila sesudah diperiksa ternyata surat itu tidak ada hubungannya dengan
perkara tersebut, surat itu ditutup rapi dan segera diserahkan kembali kepada
kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau
pengangkutan lain setelah dibubuhi cap yang berbunyi "telah dibuka oleh
penyidik" dengan dibubuhi tanggal, tanda tangan beserta identitas penyidik;
4. Penyidik dan para pejabat pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses
peradilan wajib merahasiakan dengan sungguh-sungguh atas kekuatan sumpah
jabatan isi surat yang dikembalikan itu;
5. Turunan berita acara tersebut oleh penyidik dikirimkan kepada kepala kantor
pos dan telekomunikasi, kepala jawatan atau perusahaan komunikasi atau
pengangkutan yang bersangkutan.
69
Penggeledahan yang bersifat
khusus
71
Benda-benda penyitaan
1. Benda atau tagihan Tersangka/Terdakwa yang seluruh
atau sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana
atau sebagai hasil dari tindak pidana;
2. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk
melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya;
3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi
penyidikan tindak pidana;
4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan
melakukan tindak pidana;
5. Benda yang berada dalam sitaan karena perkara
perdata atau karena pailit;
6. Benda yang berada di dalam penguasaan orang lain,
dengan disertai Surat Tanda Penerimaan;
72
KONDISI BENDA SITAAN
73
SURAT PERINTAH PENGHENTIAN
PENYIDIKAN (SP3)
Pasal 109 ayat (2) KUHAP:
“Dalam hal penyidik menghentikan penyidikan
karena TIDAK TERDAPAT CUKUP BUKTI atau
PERISTIWA TERSEBUT TERNYATA BUKAN
MERUPAKAN TINDAK PIDANA atau PENYIDIKAN
DIHENTIKAN DEMI HUKUM, maka penyidik
memberitahukan hal itu kepada penuntut
umum, tersangka atau keluarganya.”
74
PIHAK PEMOHON SP3
Berdasarkan makna dari Pasal 109 ayat (2)
KUHAP, maka Pemohon adalah pihak yang
berkepentingan, yaitu:
77
MAKNA
“Penyidikan Dihentikan Demi Hukum”
78
MAKNA
“NE BIS IN IDEM”
80
PERHITUNGAN
DALUARSA/LEWAT
WAKTU/VERJARING
Pada prinsipnya daluarsanya suatu perkara
dimulai satu hari setelah tindak pidana
dilakukan, kecuali untuk tindak pidana
pemalsuan uang dan tindak pidana
perampasan kemerdekaan.
82
FILOSOFI
DALUARSA/LEWAT WAKTU
1.Dengan adanya lewat
(verjaring)waktu, ingatan
masyarakat terhadap tindak pidana tertentu
telah hilang
Melaksanakan Melakukan
penetapan Hakim JAKSA PENUNTUT UMUM Penuntutan
PENUNTUTAN
85
MAKNA PRAPENUNTUTAN
• Pemantauan perkembangan penyidikan
• Penelitian berkas perkara tahap pertama
• Pemberian petunjuk guna melengkapi hasil
penyidikan
• Penelitian ulang berkas perkara
• Penelitian tersangka dan barang bukti pada
tahap penyerahan tanggung jawab atas
tersangka
JAKSA
PENELITI
dan barang bukti JAKSA PENUNTUT
UMUM
• Pemeriksaan
DOKTRIN tambahan. SE JAKSA AGUNG
Leden No. B-401/E/9/93
Marpaung 86
SYARAT FORMIL
SURAT DAKWAAN
88
MAKNA “JELAS”
Jaksa Penuntut umum harus mampu merumuskan unsur-
unsur delik yang didakwakan sekaligus memadukan
dengan uraian perbuatan materiel (fakta) yang dilakukan
oleh terdakwa dalam surat dakwaan.
Dalam hal ini harus diperhatikan, jangan sekali-kali
mempadukan dalam uraian dakwaan antara delik yang
satu dengan delik yang lain yang unsur-unsurnya berbeda
satu sama lain, atau uraian dakwaan yang hanya menunjuk
pada uraian dakwaan sebelumnya (seperti misalnya
menunjuk pada dakwaan pertama) sedangkan unsur-
unsurnya berbeda.
89
MAKNA “LENGKAP”
91
Surat Dakwaan Tunggal
Dalam Surat Dakwaan ini hanya satu Tindak
Pidana saja yang didakwakan, tidak terdapat
dakwaan lain baik sebagai alternatif
maupun sebagai pengganti.
Contoh:
Dalam Surat Dakwaan hanya didakwakan
Tindak Pidana pencurian (pasal 362 KUHP).
92
Surat Dakwaan Alternatif
Dalam bentuk ini dakwaan disusun atas beberapa lapisan yang
satu mengecualikan dakwaan pada lapisan yang lain.
Dakwaan alternatif dipergunakan karena belum didapat
kepastian tentang Tindak Pidana mana yang akan dapat
dibuktikan. Lapisan dakwaan tersebut dimaksudkan sebagai
"jaring berlapis" guna mencegah lolosnya terdakwa dari
dakwaan.
Meskipun dakwaan berlapis, hanya satu dakwaan saja yang akan
dibuktikan, bila salah satu dakwaan telah terbukti, maka lapisan
dakwaan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Misalnya:
Pertama: Pencurian (pasal 362 KUHP)
ATAU
Kedua: Penadahan (pasal 480 KUHP)
93
Surat Dakwaan Subsider
Bentuk dakwaan ini dipergunakan apabila
satu Tindak Pidana menyentuh beberapa
ketentuan pidana, tetapi belum dapat
diyakini kepastian tentang kualifikasi dan
ketentuan pidana yang lebih tepat dapat
dibuktikan.
Lapisan dakwaan disusun secara berurutan
dimulai dari Tindak Pidana yang diancam
dengan pidana terberat sampai pada Tindak
Pidana yang diancam dengan pidana
teringan dalam kelompok jenis Tindak 94
Contoh Dakwaan Subsider:
Primer:
Pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP);
Subsidair:
Pembunuhan (pasal 338 KUHP);
Lebih Subsidair:
Penganiayaan berencana yang mengakibatkan matinya orang (pasal
355 (2) KUHP);
Lebih Subsidair lagi :
Penganiayaan berat yang mengakibatkan matinya orang (pasal 354 (2)
KUHP);
Lebih-lebih Subsidair lagi :
Penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang (pasal 351 (3)
KUHP).
95
Surat Dakwaan Kumulatif
Bentuk ini digunakan bila kepada terdakwa didakwakan beberapa Tindak
Pidana sekaligus dan Tindak Pidana tersebut masing-masing berdiri
sendiri (Concursus Realis).
Semua Tindak Pidana yang didakwakan harus dibuktikan satu demi satu.
Dakwaan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas disertai
tuntutan untuk membebaskan terdakwa dari dakwaan yang
bersangkutan.
Persamaannya dengan dakwaan Subsidair, karena sama-sama terdiri dari
beberapa lapisan dakwaan dan pembuktiannya dilakukan secara
berurutan.
Misalnya dakwaan disusun :
• Kesatu : Pembunuhan (pasal 338 KUHP);
• Kedua : Pencurian dengan pemberatan (pasal 363 KUHP);
• Ketiga : Perkosaan (pasal 285 KUHP).
96
Surat Dakwaan
Kombinasi/Gabungan
Bentuk ini merupakan perkembangan baru dalam praktek sesuai
perkembangan di bidang kriminalitas yang semakin variatif baik
dalam bentuk/jenisnya maupun dalam modus operandi yang
dipergunakan.
Kombinasi/gabungan dakwaan tersebut terdiri dari dakwaan
kumulatif dan dakwaan subsider.
Contoh:
Kesatu :
• Primer : Pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP);
• Subsider : Pembunuhan (pasal 338 KUHP);
• Lebih Subsider: Penganiayaan berencana yang mengakibatkan
matinya orang (pasal 355 ayat 2 KUHP).
Kedua: Perampokan/pencurian dengan kekerasan (pasal 365
ayat (3) dan (4) KUHP).
Ketiga: Perkosaan (pasal 285 KUHP).
97
PRA-PERADILAN
Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, tentang:
ANOMALI NORMA
99
Permintaan pemeriksaan tentang
sah atau tidaknya suatu
penangkapan atau penahanan
100
Permintaan untuk memeriksa sah
atau tidaknya suatu penghentian
penyidikan atau penuntutan
• Dapat diajukan oleh : Penyidik atau Penuntut Umum atau
Pihak Ketiga yang berkepentingan;
• Permintaan ditujukan kepada KPN;
101
Permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi
akibat tidak sahnya penangkapan atau
penahanan atau akibat sahnya penghentian
penyidikan atau penuntutan
• Dapat diajukan : tersangka atau pihak ketiga yang
berkepentingan;
• Ditujukan kepada KPN;
• Pada perkara yang TIDAK ATAU BELUM MASUK ke proses
pemeriksaan siding di Pengadilan.
Rp. 3.000.000,-
Pasal 9 ayat (2) PP No. 27/1983
104
Acara persidangan gugatan ganti
kerugian pasal 95 ayat (1) kuhap
105
Pemeriksaan adjudikasi
106
Pertemuan ke-15
KEKUASAAN KEHAKIMAN DI
INDONESIA JOHN
MONTESQI UUD NRI
UEU LOCKE
1945
Upaya
Pengadilan Negeri Pengadilan Tinggi
Upaya Mahkamah Agun
Hukum Hukum
Judex Factie
Judex Praktek
Jurist
Judex
Factie
109
MACAM-MACAM
ACARA PEMERIKSAAN SIDANG
112
EKSEPSI
Excepti Arti scr Excepti
e (Bld) Umum: on
Pengecuali (Eng)
an
Makna
Bantahan / Bantahan /
tangkisan / Pasal 156 tangkisan /
jawaban / KUHAP jawaban /
keberatan secara keberatan
tidak langsung terhadap syarat
terhadap pokok formil Dakwaan
Dalam perkara
hal terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan
bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau
dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan,
maka setelah diberi kesempatan kepada penuntut umum untuk
menyatakan pendapatnya, hakim mempertimbangkan keberatan 113
tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan
JENIS-JENIS EXCEPTIE
EXCEPTIE
EXCEPTIE EXCEPTIE EXCEPTIE
DAKWAAN
KOMPETEN TUNTUTAN SYARAT
BATAL DEMI
SI GUGUR FORMIL
HUKUM
114
EXCEPTIE KOMPETENSI
• KOMPETENSI ABSOLUT
Wewenang Mengadili 4 lingkungan peradilan, yaitu Peradilan Umum, Peradilan
Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara
• KOMPETENSI RELATIF
Wewenang mengadili dalam hal wilayah hukum dari suatu pengadilan pada satu
lingkungan peradilan yang sama
115
EXCEPTIE TUNTUTAN GUGUR
• NE BIS IN DEM
116
EXCEPTIE SYARAT FORMIL
Jenis Putusannya adalah Niet Onvankelijk Verklaard (N.O)
atau Dakwaaan Tidak dapat diterima
• Untuk tindak pidana dengan ancaman pidana diatas 5
(lima) tahun atau pidana mati, Tersangka mulai dari
proses penyidikan tidak didampingi oleh Penasehat
Hukum. Krn berdasarkan Yurisprudensi MA No. 1565
K/Pid/1991 tanggal 16 September 1991;
• Tindak Pidana yang didakwakan merupakan delik aduan,
sedangkan perkara diproses tanpa adanya aduan atau
tenggang waktu pengaduan telah lewat (Psl 72-75 KUHP);
• Tindak pidana yang didakwakan sedang diproses oleh
Pengadilan Negeri lain;
• Error in persona (terdakwa yang diajukan salah
identitasnya)
• Tindak Pidana yang didakwakan mengandung sengketa
perdata yang harus diperiksa secara perdata;
• JPU keliru dalam merumuskan dakwaan.
117
EXCEPTIE
DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM
Pelanggaran
terhadap Pasal 143
ayat (2) KUHAP
118
PROSES PUTUSAN EXCEPTIE
KOMPETENSI
125
Pertemuan ke-18
Alat bukti yang sah
Pasal 184 ayat (1) KUHAP:
1. Keterangan Saksi (Pasal 185 KUHAP)
2. Keterangan Ahli (Pasal 186 KUHAP)
3. Surat (Pasal 187 KUHAP)
4. Petunjuk (Pasal 188 KUHAP)
5. Keterangan Terdakwa (Pasal 189 KUHAP)
126
saksi
“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.” (Pasal 1 angka 26 KUHAP)
“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu” (Pasal 1 angka 27 KUHAP)
Sehingga, keterangan saksi yang didasarkan kepada pemikiran atau
pendapatnya, bukanlah merupakan alat bukti yang sah.
Saksi Testimonium de aduditu adalah Keterangan saksi yang diperoleh dari orang lain.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 26 dan angka 27 KUHAP, maka saksi testimonium de
auditu adalah TIDAK SAH
Sehingga, saksi testimonium de auditu merupakan bagian dari alat bukti : PETUNJUK 128
JENIS SAKSI MENURUT KUHAP
• Saksi a de charge (Saksi yang meringankan
atau menguntungkan)
Pasal 65 KUHAP
Pasal 160 ayat (1) KUHAP
Pasal 165 ayat (3) KUHAP
• Syarat Materiil
1. Melihat, mendengar, atau mengalami sendiri suatu peristiwa pidana
(Pasal 1 angka 26 KUHAP)
2. Seorang saksi harus dapat menyebutkan alasan dari kesaksiannya itu
(Pasal 1 butir 27 KUHAP)
3. Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan
kesalahan terdakwa atau unus testis nullus testis (Pasal 185 ayat (2)
KUHAP)
130
PERIHAL PEMBUKTIAN
Dakwaan Pembuktian
> Tujuan nya :
untuk memperoleh kepastian bahwa apa
yang didakwakan JPU dalam Surat Dakwaan
kepada terdakwa adalah benar.
> Dengan cara memeriksa :
# mengenai apakah peristiwa/perbuatan
tertentu sungguh pernah terjadi Mengenai
# mengapa peristiwa tsb tejadi (motif)
131
Maka dari itu pemeriksaan terdiri dari :
Menunjukkan peristiwa-peristiwa yang
dapat di
terima oleh panca indera ;
memberikan keterangan tentang peristiwa-
peristiwa yang telah diterima tersebut ;
Mengggunakan pikiran logis.
133
Tuntutan Pidana
(Requistoir)
134
Diagram Alir Tuntutan Perkara
JPU Hakim memberikan kesempatan Pembelaa
membacakan kepada terdakwa
n (Pledoi)
tuntutan
pidana
JPU
memberikan
jawaban atas
Pledoi
(Replik) Tersangka
menjawab Replik
(Duplik)
Salinan nya
Hakim ketua diberikan
majelis kepada para
pihak
135
Putusan-Putusan Pengadilan
• 2 jenis Putusan pengadilan :
– Putusan yang bersifat formil, Putusan pengadilan
yang bukan merupakan putusan akhir, yaitu :
• Pasal 148 ayat 1 KUHAP. Pernyataan tidak
berwenangnya pengadilan untuk memeriksa suatu
perkara (onbevoegde verklaring).
misalnya : salah mengajukan berkas perkara
• Pasal 143 ayat 3 KUHAP. Pernyataan dakwaan PU batal
(nietig verklaring van de acte van verwijzing)
misalnya : locus delicti tidak dicantumkan di surat
dakwaan
• Pasal 156 ayat 1 KUHAP. Pernyataan dakwaan PU tidak
dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard)
misalnya : perkara daluarsa, nebis in idem, persyaratan
aduan (klacht delict)
• Putusan berisikan penundaan pemeriksaan perkara
oleh adanya perselisihan kewenangan (prejudisiel)
misalnya : perkara ybs menunggu putusan dari hakim
perdata misal dalam hal perzinahan (overspel).
136
Putusan yang bersifat materil, putusan pengadilan
yang
merupakan putusan akhir (einds vonnis), yaitu :
1. Pasal 191 ayat 1 KUHAP. Putusan yang
menyatakan terdakwa dibebaskan dari
dakwaan (vrijspraak). Maksudnya ialah
pengadilan berpendapat bahwa
kesalahan/perbuatan yang didakwakan
terhadap terdakwa tidak terbukti secara sah
dan meyakinkan di dalam pemeriksaan
persidangan.
misalnya : minimnya alat pembuktian yang
ditetapkan oleh UU tidak terpenuhi.
Putusan ini bersifat negatif, artinya putusan
tidak menyatakan terdakwa tidak melakukan
perbuatan yang didakwakan itu, melainkan
menyatakan bahwa kesalahan terdakwa tidak
terbukti di persidangan.
See negatief-wettelijk sistem pembuktian
KUHAP, dalam Pasal 183 KUHAP 2 alat
bukti+ keyakinan hakim.
Jaksa tidak dapat banding ke PT (Pasal 67
KUHAP)
137
2. Putusan Lepas dari segala tuntutan (ontslag van alle
rechtsvervolging). Maksudnya ialah Perbuatan yang
didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu
tidak merupakan suatu tindak pidana, dikarenakan adanya
alasan pembenar (rechtvaardigingsgrond) dan/atau alasan
pemaaf (fait dixcuse).
Alasan pembenar : Pasal 48, 49(1), 50 & 51(1) KUHAP
Alasan pemaaf : Pasal 49(2) & 51(2) KUHAP
Dapat dimintakan banding baik oleh terdakwa maupun
jaksa.
138
3. Putusan Pemidanaan
Apabila kesalahan terdakwa terhadap perbuatan yang
didakwakan kepadanya terbukti dengan sah dan
meyakinkan. Pasal 193 (1) KUHAP, apabila
terdakwa terbukti bersalah, maka harus dijatuhi
pidana.kecuali apabila terdakwa pada waktu
melakukan tindak pidana itu belum berumur 16
tahun.maka hakim dapat memilih ketentuan
didalam Pasal 45 KUHAP, yaitu :
a. Menyerahkan kembali kepada orang tua/wali nya
tanpa sanksi pidana
b. Diserahkan kepada pemerintah agar dipelihara
dalam suatu tempat pendidikan negara sampai
dengan usia 18 tahun (Pasal 46 KUHAP).
c. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa.
139
Kewajiban Hakim setelah Putusan
• Memberitahukan kepada terdakwa tentang
segala sesuatu yang menjadi hak nya, yaitu :
– Hak segera menerima atau menolak putusan
– Hak mempelajari putusan sebelum
menerima atau menolak hasil putusan dalam
batas waktu yang ditentukan UU
– Hak meminta penangguhan pelaksanaan
putusan untuk mengajukan grasi dalam hal ia
menerima putusan
– Hak minta diperiksa perkaranya dalam
tingkat banding, dalam hak ia menolak
putusan
– Hak mencabut pernyataan (point 1), dalam
waktu yang ditentukan oleh UU.
• Surat putusan vonnis harus sesuai format Pasal
197 ayat 1 KUHAP 140
SYARAT SAH PUTUSAN HAKIM
Pasal 197 ayat (1)
1. kepala putusan yang dituliskan berbunyi: "DEMI KEADILAN BERDASARIKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA";
2. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,
agama dan pekerjaan terdakwa;
3. dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan;
4. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat-
pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan
kesalahan terdakwa;
5. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat tuntutan;
6. pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan
pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai
keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa;
7. hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa oleh
hakim tunggal;
8. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan
tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang
dijatuhkan;
9. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang
pasti dan ketentuan mengenai barang bukti;
10. keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana letaknya
kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu;
11. perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam'tahanan atau dibebaskan;
12. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan nama
panitera;
141
Pasal 197 ayat (2)
142
OLEH:
Dr. (cand) Gelora tarigan, s.h.,m.h.
DUDUNG ABDUL AZIS, s.h., m.h.
143
MODUL IV
HAKIM PENGAWAS DAN
PENGAMAT
(KIMWASMAT)
• Dasar Hukum Pasal 277 : Pada setiap
pengadilan harus ada hakim yang diberi
tugas khusus untuk membantu ketua dalam
melakukan pengawasan dan pengamatan
terhadap putusan pengadilan yang
menjatuhkan pidana perampasan
kemerdekaan.
• Peraturan Pelaksana :
1. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1984, tanggal 5
Maret 1984 tentang Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan
144
Pengamat; dan
TUGAS POKOK KIMWASMAT
• Tugas pokok
Pengawasan: Pasal 280 ayat (1): Hakim
Pengawas dan Pengamatan mengadakan
pengawasan guna memperoleh kepastian
bahwa putusan pengadilan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
PRA PERADILAN
HAKIM
V. PEMERIKSA
PENDAHULUAN
KIMWASMAT S (PRE TRIAL
JUDGE)
146
LEM BA G A
PEM A S YA R A KA T A N
FILSAFAT FILSAFAT
PEMIDANAAN Kongres PEMIDANAAN
ALIRAN PPB I di ALIRAN
KLASIK Tokyo 1955 MODERN
UU NO.
DR. SAHARDJO 12/1996
ttg
Lembaga PENJERA
Pemasyaraka AN
tan PEMBINA
Sistem AN
TERPIDANA
Pemasyara RE-
ADLH TERPIDANA
katan SOSIALIS
OBYEK ADLH
1963 ASI
SUBYEK RE- 147
INTEGRA
BAGAN / ALUR PEMIDANAAN
MASYARAKAT
KEPOLISIAN &
LAPAS ADVOKAT KEJAKSAAN
PENGADILAN
148
SELESAI
149