Anda di halaman 1dari 22

UU Nomor 22 Tahun 2009 dan

ppri no. 32 tahun 2011


ZHAH RIZAL FERDIAN AKMAL
REKAYASA LALU LINTAS
(181910301050)
KELAS D
PENGANTAR

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis


dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai
bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Sebagai bagian dari sistem transportasi
nasional, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dikembangkan
potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,
kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dan Angkutan Jalan dalam
rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta
akuntabilitas penyelenggaraan negara.
Mengenali UU Nomor 22
Tahun 2009
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan telah ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada
tanggal 26 Mei 2009 yang kemudian disahkan oleh Presiden RI pada
tanggal 22 Juni 2009. Undang-Undang ini adalah kelanjutan dari
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992, terlihat bahwa kelanjutannya
adalah merupakan pengembangan yang signifikan dilihat dari jumlah
clausul yang diaturnya, yakni yang tadinya 16 bab dan 74 pasal,
menjadi 22 bab dan 326 pasal.
TUJUAN UU NOMOR 22 TAHUN 2009
• terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan
terpadu dengan moda angkutan lain untuk
mendorong perekonomian nasional, memajukan
kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung
tinggi martabat bangsa;

• terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya


bangsa; dan

• terwujudnya penegakan hukum dan kepastian


hukum bagi masyarakat.
TATA CARA BER-LALIN

Pasal 105 UU LLAJ NO. 22/2009 menyebutkan :


Setiap orang yang menggunakan Jalan wajib:
1. Berperilaku tertib; dan/atau

2. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi,


membahayakan Keamanan dan keselamatan
orang lain, atau yg dapat menimbulkan
kerusakan jalan.
Beberapa ketentuan etika dalam berlalin berdasarkan
uu/22/2009

1. TATA CARA BERBEOK

2. TATA CARA MENYALIP

3. TATA BERPAPASAN

4. PRIORITAS PENGGUNA JALAN UMUM

5. KEWAJIBAN JIKA TERLIBAT KECELAKAAN


TATA CARA BERBELOK (pasal 112 uu/22/2009)

• Akan membelok/balik arah/pindah lajur harus mengamati situasi lalin di depan,


samping, belakang serta memberi isyarat;

• Pada persimpngan jalan yg dilengkpi Alat Pemberi Isyarat Lalin pengemudi


kendaraan dilarang langsung berbelok kiri, kaculi ditentukan oleh
rambu/alat pemberi isyarat Lalin pengatur belok kiri.
TATA CARA MENYALIP
(pasal 109 uu/22/2009)

• Memepunyai pandangan bebas&menjaga ruang yang


cukup bagi kendaraan yang dilewati;

• Mengambil jalur/lajur kanan dari kendaraan yang


dilewati; dan

• dapat mengambil lajur/jalur kiri apabila :

a) Lajur kanan dlm keadaan macet

b) Bermaksud belok kiri


TATA CARA BERPAPASAN
(pasal 110-111 uu/22/2009)

• Pengemudi yang berpapasan dengan kendaraan yang berlawanan arah


pada jalan dua arah yang tidak dipisahkan secara jelas, harus memberi
ruang gerak yang cukup;

• Bila terhalang rintangan di depannya, harus mendahlukan kendaraan


yg datang berlawanan; dan

• Pada jalan tanjakan/menurun yang tidak mungkin bagi kendaraan


saling berpapasan, kenadaraan yang arahnya turun harus memberi
kesempatan
PRIORITAS PENGGUNA JALAN UMUM
(pasal 134 uu/22/2009):

• Pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas;

• Ambulans yangg mengangkut orang sakit;

• Kendaraan pertolongan laka lantas;

• Kendaraan pimpinan Lembaga Negara RI;

• Kendraan pimpinan & pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi
tamu negara;

• Iring-iringan pengantar jenazah; dan

• Konvoi dan/atau kedaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbngan petugas


POLRI
KEWAJIBAN JIKA TERLIBAT KECELAKAAN
(Psl 229&Lht pl Psl 234-235 uu/22/2009 ttg LLAJ):

• Segera hentikan kendaraan;

• Beri pertolongan kepada korban;

• Menghubungi kantor polisi terdekat;

• Dalam keadaan yang memaksa/membahayakan bisa melanjutkan perjalanan menuju


kantor polisi terdekat untuk melaporkan kejadiannya serta minta prlindungan dan
keamanan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011

TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK,


SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

• BAB I KETENTUAN UMUM

• BAB II MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

• BAB III ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

• BAB IV MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

• BAB V KETENTUAN PENUTUP


BAB I
KETENTUAN UMUM

1. Manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian usaha dan


kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan,
pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam
rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan,
keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.

2. Keamanan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan


terbebasnya setiap orang, barang, dan/atau kendaraan dari
gangguan perbuatan melawan hukum, dan/atau rasa takut dalam
berlalu lintas.

3. Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan


terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu
lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau
lingkungan.
4. Ketertiban lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan berlalu lintas yang
berlangsung secara teratur sesuai dengan hak dan kewajiban setiap pengguna
jalan.

5. Kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan berlalu lintas dan
penggunaan angkutan yang bebas dari hambatan dan kemacetan di jalan.

6. Jaringan jalan adalah satu kesatuan jaringan yang terdiri atas sistem jaringan
jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan
hierarkis.

7. Analisis dampak lalu lintas adalah serangkaian kegiatan kajian mengenai


dampak lalu lintas dari pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan
infrastruktur yang hasilnya dituangkan dalam bentuk dokumen hasil analisis
dampak lalu lintas.

8. Manajemen kebutuhan lalu lintas adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan


sasaran meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan ruang lalu lintas dan
mengendalikan pergerakan lalu lintas.
BAB II
MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

Bagian Kesatu (umum) Pasal 2 dan 3

Manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi kegiatan:

a. perencanaan;
b. pengaturan;
c. perekayasaan;
d. pemberdayaan; dan
e. pengawasan.
Bagian Kedua (Perencanaan) Pasal 4 - pasal 21

Perencanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi:

a. identifikasi masalah lalu lintas;


b. inventarisasi dan analisis situasi arus lalu lintas;
c. inventarisasi dan analisis kebutuhan angkutan orang dan barang;
d. inventarisasi dan analisis ketersediaan atau daya tampung jalan;
e. inventarisasi dan analisis ketersediaan atau daya tampung kendaraan;
f. inventarisasi dan analisis angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas;
g. inventarisasi dan analisis dampak lalu lintas;
h. penetapan tingkat pelayanan; dan
i. penetapan rencana kebijakan pengaturan penggunaan jaringan jalan dan
gerakan lalu lintas.
Bagian Ketiga (Pengaturan ) Pasal 22 - pasal 27

Kebijakan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 22 pada jaringan jalan nasional meliputi:
a. perintah, larangan, peringatan, dan/atau petunjuk yang bersifat umum di
semua ruas jalan nasional; dan
b. perintah, larangan, peringatan, dan/atau petunjuk yang berlaku pada
masing-masing ruas jalan nasional ditetapkan oleh menteri yang
bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan
angkutan jalan.

Bagian Keempat (Perekayasaan) Pasal 28 – pasal 35

a. perbaikan geometrik ruas jalan dan/atau persimpangan serta


perlengkapan jalan yang tidak berkaitan langsung dengan pengguna jalan;
b. pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan perlengkapan jalan
yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan; dan
c. optimalisasi operasional rekayasa lalu lintas untuk meningkatkan
ketertiban, kelancaran, dan efektivitas penegakan hukum.
Bagian Keempat (Perekayasaan) Pasal 28 – pasal 35

a. perbaikan geometrik ruas jalan dan/atau persimpangan serta perlengkapan jalan


yang tidak berkaitan langsung dengan pengguna jalan;
b. pengadaan, pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan perlengkapan jalan yang
berkaitan langsung dengan pengguna jalan; dan
c. optimalisasi operasional rekayasa lalu lintas untuk meningkatkan ketertiban,
kelancaran, dan efektivitas penegakan hukum.

Bagian Kelima (Pemberdayaan ) Bagian Keenam (Pengawasan ) Pasal


Pasal 36 – pasal 42 43 – pasal 46

Pemberdayaan meliputi pemberian: Pengawasan meliputi:


a. arahan; a. penilaian terhadap pelaksanaan
b. bimbingan; kebijakan;
c. penyuluhan; b. tindakan korektif terhadap
d. pelatihan; dan kebijakan; dan
e. bantuan teknis c. tindakan penegakan hukum.
BAB III
ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

Bagian Kesatu (Pelaksanaan Analisis Dampak Lalu Lintas )


Pasal 47 – pasal 49

Bagian Kedua (Tata Cara Analisis Dampak Lalu Lintas )


Pasal 50 dan 51

Bagian Ketiga (Penilaian dan Tindak lanjut ) Pasal 52 -


pasal 59
BAB IV
MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

Bagian Kesatu (umum) Pasal 61- pasal 63

Bagian Kedua (Pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Perseorangan ) Pasal 64 - pasal 66

Bagian Ketiga (Pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Barang ) Pasal 67 - pasal 69

Bagian Keempat (Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor ) Pasal 70 dan 71

Bagian Kelima (Pembatasan Ruang Parkir Pada Kawasan Tertentu ) Pasal 72 – pasal 75

Bagian Keenam (Pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Tidak Bermotor Umum) Pasal 76 – pasal 78

Bagian Ketujuh (Retribusi Pengendalian Lalu Lintas Kendaraan Perseorangan dan Kendaraan
Barang ) Pasal 79 – pasal 83
BAB V
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 84 dan Pasal 85

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai